Rabu, 17 September 2014

Film Guide Book

Diposting oleh Unknown di 03.50
Annyeoong~ lama tak jumpa kawan :D
siapa yang suka buat film hayoo? aku suka tau /gaknanya/ ahaha artikel ini dikasih temen aku namanya paiz, dia anak film bor~ nah karena aku sama geng aku juga suka buat film (film pendek tapi haha :D) jadi dia ngasih ini buat belajar bor.. kalian yang mau iseng2 buat film juga baca aja nih film guide nya~ tapi jangan ngantuk yaa panjang banget soalnya haha :v sok atuh langsung dibaca~


Film Guide

Ide Membuat Film
Dari mana kita mendapatkan ide ?
Dalam pelatihan-pelatihan pembuatan film, seringkali muncul pertanyaan. Dari mana ide bisa didapat ? Kecenderungan jawaban yang berkembang adalah dari mana saja. Keluarga, kawan, musik, baca buku dan lain sebagainya.
Memang pendapat ini tidaklah salah, sebab kita memang bisa mendapatkan ide dari manapun. Namun kalau seorang pembuat film ditanya, dari mana dia mendapatkan idenya, maka ada jawaban menarik dari beberapa pembuat filmnya, yaitu dari kesehariannya. Dikarenakan permasalahan-permasalahan yang ada di dirinyalah yang dia pahami.
Benar sekali, bahwa dalam membuat film - terutama yang baru memulai – akan lebih baik adalah sesuatu yang dekat dengan si pembuatnya, karena sesungguhnya ada tiga tigkatan dalam memahami sesuatu :
1.     Tahu. Ini adalah tingkatan yang paling rendah, sebab kita hanya sekedar mengetahui sesuatu dan biasanya hanya permukaannya saja.
2.     Kenal. Tingkatan yang biasanya, sesuatu itu telah kita ketahui lebih dalam namun terkadang masih banyak juga informasi yang belum diketahui.
3.     Paham. Sesuatu sudah kita ketahui sampai seluk-beluknya sehingga si pembuat sudah sangat dekat dengan permasalahan tersebut.
Contohnya :
Informasi tentang Gang Langgar.
1.Tahu
Bedul tahu letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun atau sebelah Bank Clurut.
2.Kenal
Bedul kenal letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun,  banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah dan banyak anak-anak bermain.
3.Paham
Bedul paham letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun, banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah, banyak anak-anak bermain, kalau malam mesin motor yang lewat harus dimatikan, gang paling aman di daerah itu, dibangun oleh H. Kubil dan lain sebagainya.

***
Intinya, bila ingin mulai membuat film – baik film cerita maupun film dokumenter – sebaiknya mulailah mencari ide dari sesuatu yang dekat dengan pembuatnya. Hal yang paling mudah adalah kamar, rumah, tetangga, lingkungan dst. Selain melatih kepekaan dalam menghadirkan ceritanya, juga memudahkan kita dalam menyediakan dan memperlihatkan elemen-elemen visualnya.
Lalu bagaimana bila kita ingin membuat film yang idenya hanya sesuatu yang menarik kita.  Cara satu-satunya adalah dengan melakukan riset terhadap ide tersebut.  Riset ini tidak harus seperti para peneliti, walalupun kalau kita melakukannya seperti peneliti juga akan lebih baik.  Riset di sini maksudnya adalah kita menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin sehingga pembuatnya dapat memahami permasalahannya.






Bahasa Suara
Bahasa suara di dalam film tidak selalu berkonotasi dengan dialog, sebab kalau kita pernah menonton film horor, maka bisa jadi kita dapat ketakutan padahal yang berbunyi adalah derit pintu ataupun hanya suara angin.Lalu kapan suara, terutama dialog dapat digunakan ?
Bila melihat teori produksi film klasik dalam menggunakannya, maka suara dapat digunakan bila :
1. Gambar Tidak Lagi Efektif.
Misalkan kita membuat sebuah gambar laki-laki yang terlihat sedih, maka selama apapun kita memperlihatkannya kepada penonton, maka penonton hanya akan menebak-nebak mengapa dia bersedih. Inilah yang dimaksud bahwa gambar tidak lagi efektif untuk menyampaikan pesan. Maka suara dapat dimasukkan misalnya, “Apa salahku sayang, hingga engkau sudi meninggalkanku ?”. Dengan cepat penonton bisa menebak bahwa lelaki tersebut sedang bersedih karena patah hati.
2. Gambar Tidak Lagi Efisien.
Misalnya, film Wiro Sableng di mana pada sequence awal penonton disuguhi adegan-adegan mendetil yang menjelaskan siapa sebenarnya Wiro Sableng, mulai dari bapak-ibunya maupun nenek yang juga sekaligus gurunya, Sinto Gendeng.
Pada pertengahan film, Wiro Sableng berkelahi dengan Tapak Gajah yang akhirnya dapat dikalahkannya. Dalam keadaan sekarat, Tapak Gajah bertanya siapa sesungguhnya Wiro Sableng karena dia mengenal sekali jurus-jurus yang digunakan.
Bayangkan kalau penonton harus disuguhi lagi sebuah flashback adegan-adegan awal, selain durasi film yang akan bertambah panjang, juga akan membuat informasinya tidak efisien (bertele-tele). Padahal akan lebih fungsional bila dibuat adegan Wiro Sableng menjawab : “Aku adalah murid Sinto Gendeng”.
3. Sebagai Penunjang Realitas Gambar.
Misalkan ada sebuah gambar jalan raya, maka agar realitasnya harus ada suara mobil, motor maupun atmosfir lainnya.
Selain teori produksi film dalam membahas penggunaan suara, maka ada fungsi lain dalam menggunakan suara yaitu :
1. Pembentuk Ruang
Misalkan gambar yang diperlihatkan penonton adalah sebuah ruang kelas, maka ketika suara atmosfer yang diperdengarkan adalah suara deburan ombak, maka penonton akan berasumsi bahwa sekolah tersebut ada di dekat pantai.
2. Pembentuk Waktu
Misalkan gambar yang diperlihatkan penonton adalah sebuah perkampungan pada malam hari, maka ketika diperdengarkan suara ayam berkokok, maka penonton akan berasumsi bahwa pada saat itu sekitar jam setengah tiga pagi.
Contoh lain, adegan yang diperlihatkan penonton adalah seorang ibu yang sedang menyulam, maka ketika suara yang diperdengarkan adalah dentang bel dua kali, maka penonton akan berasumsi bahwa pada saat itu jam dua.
3. Pembentuk Suasana & Dramatik.
Suara bisa menambah suasana, sebenarnya sering dilakukan oleh para pembuat film pemula, yaitu dengan menggunakan musik. Sayangnya seringkali penggunaannya tidak proporsional alias kebablasan. Namun sesungguhnya dalam membentuk suasana tidak selalu suara musik yang dapat digunakan, efek suara seperti angin juga dapat membentuk suasana sejuk ketika gambar yang diperlihatkan adalah pegunungan dan hamparan hijau sawah. Sedangkan untuk menambah dramatisasi, seperti yang dicontohkan di awal pembahasan yaitu suara derit pintu dalam film horor akan menambah rasa mencekam.
* * * * *
Untuk sekedar mengingatkan bahwa saat menulis skenario, pembuat film seharusnya menuliskan deskripsi peristiwanya terlebih dahulu dibandingkan sibuk memikirkan dialognya. Dalam film cerita, dialog bisa jadi penting namun akan lebih bermanfaat bila kita dapat menjabarkan peristiwanya dengan detil dan jelas.
Bahasa Visual
Seringkali dalam benak kita muncul banyak pertanyaan ketika menonton film-film Indonesia, baik film cerita panjang maupun film dokumenter. Mengapa banyak film yang membosankan saat ditonton ? Mengapa tidak seperti film Hollywood, walaupun banyak ngomong tapi tidak membosankan ? Mengapa begini dan mengapa begitu ? Mungkin masih banyak lagi kata ‘mengapa’ yang dialamatkan kepada film Indonesia.  Setidaknya pertanyaan tersebut ditujukan pada film-film kawan-kawan kita di tingkat SMA yang mungkin pernah mengikuti workshop-workshop film di kotanya.  Ataupun film-film dokumenter yang ‘katanya’ dibuat oleh para pemenang festival ini dan itu, namun kalau ditonton, mengapa kurang menarik ?
Jawabannya memang tidak sederhana, sebab akan ada begitu banyak sumber yang memungkinkan menjawab kondisi tersebut.  Namun untuk mengawalinya perlu dikembalikan lagi ‘makhluk film’ ini pada ‘takdir’ dasarnya.  Ambil saja contoh, mengapa kalau kita menonton film-film Charlie Chaplin ataupun seri televisi dari Mr. Bean, walaupun nyaris tanpa suara (dialog) namun kita dapat mengerti dan tidak membosankan ?  Padahal ceritanya sangat sederhana.  Jawaban pendeknya adalah bahwa film Indonesia sekarang ini terlalu bertumpu pada dialog (film cerita) ataupun wawancara dan narasi (film dokumenter).  Secara tidak disadari film yang menggunakan pola dengan dialog dan wawancara yang tidak proporsional akan cenderung menggurui penontonnya dan menganggap bahwa penontonnya bodoh.
Sebagai bangsa, kita dianggap terbiasa bertutur secara verbal, namun seringkali secara tidak kita sadari sering melakukan komunikasi dengan bahasa non-verbal terutama bahasa visual. Misalnya saja di Jakarta untuk memberitahukan bahwa ada seseorang yang meninggal, maka kita tidak perlu memberitahukan kepada setiap orang di sekitar kita dengan telpon ataupun sms, namun bisa juga menggunakan bendera kuning dari kertas minyak yang diikat di tempat-tempat yang mudah dilihat orang.
Tapi apa bahasa visual itu ?
Secara sederhana bahasa visual adalah sebuah sarana penyampaian kepada penonton menggunakan hal-hal yang dapat ditangkap secara kasat mata. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan bahasa visual ini, sebab bila dipahami hal tersebut memiliki tiga tingkatan.
1. Universal
Bahasa visual tingkat pertama, biasanya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya bila kita perlihatkan kepada penonton hal-hal yang bersifat kebendaan maka kita bisa merekam benda-benda seperti sabun, gelas, koran, sapu dan lain sebagainya.  Ataupun kita juga dapat memperlihatkan hal-hal yang bersifat tindakan seperti minum, mandi, duduk, tidur dan lain sebagainya yang kita lakukan sehari-hari.
Gelas
Minuman Kaleng
Sabun
Minum
Makan

2. Lokal / Sektoral
Kita bisa memperlihatkan burung merpati putih terbang.  Bisa jadi di Indonesia penontonnya akan menganggap bahwa artinya adalah kebebasan, namun bagaimana dengan tempat lain seperti di Thailand, hal tersebut dianggap sebagai tanda kematian.  Pada hal-hal yang sifatnya benda juga dapat kita tinjau, misalnya untuk tanda kematian di wilayah Jabodetabek kita dapat menonjolkan bendera kuning, namun bila ditonton oleh masyarakat dari Surabaya, mungkin mereka tidak akan paham.
3. Ketiga, bahasa visual yang bersifat personal. Bahasa visual ini hanya berlaku bagi diri kita sendiri sang pembuat filmnya.
Lalu bagaimana menyampaikan bahasa visual di tingkat kedua dan ketiga ?
Sebenarnya kalau untuk latihan, usahakan agar bisa membuat film-film yang  menggunakan bahasa visual bersifat universal. Namun bukannya kita tidak bisa menggunakan tingkat kedua dan ketiga. Bisa saja dengan cara mengulang informasi tersebut hingga penonton memahami apa yang ingin kita sampaikan. Tetapi untuk bisa mengulang satu informasi, kecenderungannya durasi film yang dibutuhkan akan lebih lama dari 5 menit.
Produser
Apa itu Produser?
Produser adalah seseorang yang membuat film dan bertanggung jawab atas filmnya secara langsung dan melaksanakannya secara sadar.
Tugas dan Tanggung jawab Produser
Tugas dan Tanggung jawab Produser:
1.     Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.
2.     Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film.
3.     Menyusun rancangan produksi.
4.     Menyusun rencana pemasaran.
5.     Mengupayakan anggaran-dana untuk produksi.
6.     Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari semua departemen.
7.     Bertanggung jawab atas kontrak kerja  secara hukum dengan berbagai pihak dalam produksi yang dikelola.
8.     Bertanggung jawab atas seluruh produksi

Hak-hak Produser
Hak-hak Produser:
1.     Memilih dan menetapkan penulis skenario dan sutradara.
2.     Menetapkan pemain dan kru produksi utama berdasarkan calon yang telah ditetapkan dalam rancangan produksi dan juga berdasarkan usulan sutradara dan manajer produksi.
3.     Mengarahkan dan memberikan panduan (guide) kepada manajer produksi serta meletakkan dasar-dasar strategi bagi pelaksanaan produksi dan pengelolaan produksi (administratif).
4.     Mendapatkan laporan dari semua departemen (progress report).
5.     Berhak memberikan keputusan bila terjadi konflik di lapangan, terutama bila kegiatan produksi terganggu.
6.     Memberhentikan/mengganti pemain/kru produksi apabila terbukti terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan produksi tersebut yang merugikan produksi.
7.     Memberikan keputusan atas konsep kreatif sutradara yang menyimpang dari rancangan produksi.
8.     Menghentikan produksi apabila dalam pelaksanaan produksi terjadi penyimpangan dari yang telah disepakati.

Penulis Skenario
Penulis Skenario adalah sineas profesional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuatan film dalam bentuk (format) naskah (skenario).
Tugas dan Kewajiban Penulis Skenario
Tugas dan Kewajiban Penulis Skenario:
1.     Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah/skenario atas dasar ide cerita sendiri atau dari pihak lain.
2.     Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic story), treatment dan skenario, atau bisa langsung menjadi skenario.
3.     Bekerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (praproduksi).
4.     Membuat skenario dengan format yang telah ditentukan.
5.     Menjadi narasumber bagi pelaksana produksi bila diperlukan.
6.     Penulis Skenario adalah orang yang mempunyai keahlian membuat transkripsi sebuah film. Membuat film dalam bentuk tertulis.

Hak-hak Penulis Skenario
Hak-hak Penulis Skenario:
1.     Mendapatkan bahan acuan yang memadai sesuai dengan yang telah disepakati untuk menunjang penulisan scenario.
2.     Mendapatkan kelengkapan bahan acuan penulisan scenario dalam bentuk; melakukan riset literature dan/atau riset lapangan.
3.     Apabila bahan acuan penulisan scenario dilakukan secara tim, maka nama anggota tim yang terlibat berhak untuk dicantumkan dalam credit title.
4.     Mendapatkan waktu yang memadai untuk melaksanakan proses riset dan penulisan scenario.
5.     Menerima pertimbangan dari pihak lain apabila ada pengurangan, perubahan dan penambahan materi dasar dalam scenario (antara lain; ide dasar, plot, dialog, karakter tokoh-tokoh dan lain sebagainya).
6.     Namanya tercantum dalam credit title dan bahan publikasi lainnya (publicity material).
7.     Apabila scenario ditulis oleh sebuah tim, maka nama anggota tim yang terlibat dicantumkan dalam credit title.







Contoh Format Skenario
I. Halaman Muka
PT. ALPHABET FILM
“ABCD”
Ide Cerita & Penulis Skenario
AC/DC
II. Isi
01. INT. RUMAH MAKAN – SIANG
Tampak terlihat beberapa orang sedang menikmati hidangan di rumah makan tersebut. ROMI (25) terlihat duduk sambil menelepon seseorang lewat HP miliknya. Pakaiannya seperti seorang eksekutif muda.

(OS)
Sate padangnya satu, sate kambing satu..
Lalu muncul beberapa orang bergaya mafia. Berjalan SLOW MOTION. Kemudian mereka pun duduk di salah satu tempat.
FADE OUT
FADE IN
02. INT. KAMAR ROMI - SIANG
Kamar yang terlihat begitu berantakan. Beberapa pakaian, buku, majalah, CD dan kaset berantakan dimana-mana. Beberapa dinding kamar itu terpampang poster grup band terkenal. Romi terlihat tertidur pulas.
CUT TO
Sutradara
Sutradara menduduki posisi tertinggi dari segi artistik. Ia memimpin pembuatan film tentang bagaimana yang harus tampak oleh penonton. Sutradara harus mampu membuat film dengan wawasan, sense of art, serta pengetahuan tentang medium film, untuk mengontrol film dari awal produksi sampai dengan tahap penyelesaian.
Posisi Sutradara & Monitor
Beberapa bulan terakhir ini saya sedang tidak percaya dengan sebuah monitor saat produksi. Film saya yang terakhir saya selesaikan tanpa melihat monitor. Beberapa kali mengerjakan tugas penyutradaraan di kampus, saya juga mengabaikan monitor. Saya merasa lebih nyaman untuk mengoreksi acting pemain saya langsung dari sebelah kamera, dengan cara ini juga menuntut saya menjadi lebih percaya dengan kameramen saya. Mungkin hanya karena saya sedang belajar fokus pada sebuah acting, bukan pada mise en scene seperti biasanya. Ditambah juga saya sedang tidak harus mempertanggungjawabkan apa yang saya kerjaankan kepada orang lain.
Cara yang sedang saya gemari ini jelas bukan sebuah cara yang baru, justru cara yang sangat klasik yang selalu dilakukan oleh semua sutradara jaman sebelum ditemukan video sender untuk mengantarkan gambar dari kamera ke sebuah monitor. Karena itulah setiap ada kesempatan bertemu sutradara generasi tua (yang sempat melewati jaman belum bisa memakai monitor), saya pasti tergoda untuk menanyakan hubungan director dan monitor ini. Senin (24/3/08) kemaren saya kembali berkesempatan bertemu Im Kwon Taek saat kuliah.
Ifa Isfansyah : Dimanakah posisi anda saat menyutradarai film?
Im Kwon Taek : Sebanyak 69 judul film saya selesaikan dengan hanya berada di sebelah kamera, selebihnya (31 judul) saya selesaikan dengan sesekali melihat monitor karena sudah ditemukan fasilitas itu. Saya akui monitor memang sebuah alat yang efektif untuk seorang sutradara mengoreksi gambar. Tapi saya tidak terlalu percaya dengan apa yang saya lihat di monitor. Saya lebih percaya dengan apa yang saya lihat langsung dengan mata saya. Pertanyaan bagus.
Tahap Pra Produksi
1. Interpretasi Skenario (script conference)
a. Analisa skenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik, penyajian informasi, dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik film.
b. Hasil analisa didiskusikan dengan semua Kepala Departemen (sinematografi, artistik, suara, editing) dan Produser untuk merumuskan konsep penyutradaraan film
2. Pemilihan Kru
Sutradara dan Produser memilih dan menentukan Kru yang akan terlibat di dalam produksi.
3. Casting
Sutradara menentukan dan melakukan casting terhadap para pemain utama dan pendukung yang dibantu oleh Asisten Sutradara dan Casting Director.
4. Latihan/rehearsal
a. Kepada pemain utama, sutradara menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan yang ada di dalam skenario, lalu mendiskusikannya dengan tujuan untuk membangun kesamaan persepsi karakter tokoh antara sutradara dan pemain utama.
b. Sutradara melakukan pembacaan skenario (reading) bersama seluruh pemain untuk membaca bagian dari dialog dan action pemain masing-masing.
c. Sutradara melakukan latihan pemeranan dengan pemain utama.
d. Sutradara melakukan evaluasi terhadap hasil latihan pemeranan yang telah direkam sebelumnya.
5. Hunting
a. Hunting lokasi bersama Penata Fotografi, Penata Artistik, Asisten Sutradara, dan Manajer Produksi
b. Menentukan lokasi yang akan digunakan shooting berdasarkan diskusi dengan Penata Fotografi, Penata Artistik, dan Penata Suara.
c. Sutradara memastikan lokasi berdasarkan semua aspek teknis.
6. Perencanaan shot dan blocking/planning coverage dan staging
a. Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada di skenario.
b. Sutradara membuat ilustrasi staging pemain dan peletakan kamera ke dalam bentuk floorplan.
c. Sutradara membuat storyboard dibantu oleh storyboard artist.
7. Praproduksi Final (Final Preproduction)
Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama-sama dengan crew dan pemain utama untuk persiapan shooting yang terkait dengan teknis penyutradaraan dan artistik.
Tahap Produksi
1.     Berdasarkan breakdown shooting, sutradara menjelaskan adegannya kepada Astradara (Asisten Sutradara) dan Kru utama lainnya tentang urutan shot yang akan diambil (take).
2.     Mengkoordinasikan kepada Astrada untuk melakukan latihan blocking pemain yang disesuaikan dengan blocking kamera.
3.     Sutradara memberikan pengarahan terhadap pemain apabila dirasa kurang dalam akting.
4.     Sutradara mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam hal kreatif apabila ada persoalan di lapangan.
5.     Melihat hasil shooting




Tahap Pascaproduksi
1.     Bila ada catatan khusus dari laboratorium (untuk produksi film) atau Editor, Sutradara melihat dan mengevaluasi hasil shooting/materi editing.
2.     Melihat dan mendiskusikan dengan Editor hasil rought cut dan fine cut.
3.     Melakukan evaluasi tahap akhir dan diskusi dengan penata musik tentang ilustrasi musik yang telah dikonsepkan terlebih dulu pada saat praproduksi. 
4.     Melakukan evaluasi dan diskusi jalannya mixing berdasarkan konsep suara yang telah ditentukan pada saat praproduksi.
5.     Berdasarkan konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, Sutradara melakukan koreksi warna di laboratorium/studio, setelah berdiskusi dengan Produser dan Penata Fotografi.

Jadilah Sutradara Film
Berikut ini adalah bocoran dari rencana Ifa Isfansyah dalam menulis sebuah bukunya:
Busan, 26 Februari 2008
Liburan musim dingin benar-benar sangat lama. Setelah stock rasa kesepian saya sudah habis beberapa bulan yang lalu, sekarang giliran stock rasa bosan saya yang habis. Benar-benar sudah tidak bisa lagi merasakan bagaimana rasa bosan itu. Akhirnya (waktu) Korea benar-benar berhasil saya bunuh dengan sebuah kegiatan yang mempesona : menulis buku.
Ya, saya menulis sebuah buku dengan judul yang sangat dahsyat : JADILAH SUTRADARA FILM : SEBUAH PANDUAN UNTUK GENERASI PENERUS PERFILMAN INDONESIA. Hahahahaha…Sebuah judul yang sangat sombong!!! Saya suka!! Alhamdulillah, akhirnya saya sombong. Mudah-mudahan kalo sudah cetak nanti bisa selesai dibaca sambil cengar cengir oleh para generasi penerus perfilman Indonesia yang sekarang mungkin masih SMP/SMA.
***
Dan berikut ini cuplikan (3%) dari buku “sombong” yang saya tulis untuk membunuh (waktu) Korea. Kabar buruknya adalah saya tidak tahu kapan buku ini akan terbit. Saya juga tidak tahu apakah ada penerbit yang tertarik. Dan saya juga tidak tahu kapan saya punya uang untuk menerbitkan buku ini sendiri. Yah..maklum, orang sombong yang masih pemula. Sombong tapi gak ada modal. Mungkin saya akan lebih belajar lagi untuk lebih menjadi sombong yang bertanggung jawab, maksudnya sombong yang dibarengi dengan kekuatan modal. Amin.
Langkah ke-0 : Sebelum Membuat Film
Jangan terburu-buru membuat film. Yang terpenting adalah kamu tahu dan sadar bahwa kamu ingin menjadi seorang sutradara. Memang benar untuk bisa disebut sutradara adalah kita harus membuat film. Tapi film hanyalah media dan pilihan untuk menyampaikan apa yang kamu tahu dan ada di kepalamu, jadi kalo kamu tidak tahu apa-apa filmmu juga nanti tidak akan berarti apa-apa. Yang harus kamu lakukan pertama kali adalah bahwa kamu harus yakin suatu saat nanti kamu akan menjadi seorang sutradara besar. Mulai sekarang, apa yang kamu lakukan adalah perjalanan hidupmu untuk meraih impianmu itu. Semakin kontroversial, kisah perjalanan hidupmu menuju sutradara semakin menarik. Kamu harus sadari itu. Sabar dulu, jangan terburu-buru membuat film. Karena film pertama itu sangat penting untuk orang menjadi tahu siapa dirimu. Sekarang beraktifitaslah seperti biasa, hanya saja dalam sebuah kesadaran bahwa suatu saat nanti kamu akan menjadi seorang sutradara.
Kamu bisa buktikan ini. Carilah tahu siapa Steven Spielberg dulu pada waktu remaja, siapa Jean-Luc Godard pada saat SMP. Siapa Garin Nugroho pada waktu masih hidup di Jogja. Tidak ada yang langsung membuat film.
Garin Nugroho saat di Jogja adalah .....
Langkah ke-13 : Nonton Film Jelek
Jangan anggap remeh langkah ini. Paksa mata dan hatimu untuk menonton film jelek hingga selesai, ini sangat penting. Mintalah referensi film jelek kepada temanmu. Atau mintalah reverensi film bagus kepada temanmu yang selera filmnya berbeda dengan kamu. Saya tidak akan menyarankan kamu untuk menonton film bagus, karena kamu pasti sudah melakukan tanpa saya sarankan. Tapi sekali lagi saya mohon, tontonlah film jelek. Saya tidak perlu kasih referensi disini, banyak sekali film jelek di Indonesia dan manfaatkanlah itu menjadi sebuah kelebihan. Dan yang paling penting adalah paksa dirimu menonton hingga film itu selesai.
Dalam menonton jadikanlah dirimu benar-benar sebagai penonton. Bukan kritikus atau bahkan pembuat film. Harus menonton dan dengan iklas menerima apa yang ada film itu. Jangan biarkan otakmu ataupun mulutmu mengejek film itu atau bahkan menjelek-jelekkan film itu kepada orang lain. Tapi terimalah film itu dengan iklas setelah selesai menonton, jangan ucapkan sepatah katapun. Ini pekerjaan susah, ini tantangan. Kalopun kamu liat sebuah film horor yang setannya pake celana jeans, kamu harus diam. Kalopun kamu liat film tentang anak SMP tapi aktornya kumisan, kamu harus diam. Jangan ketawa!!! Ketawa itu artinya mengejek di permainan ini, kamu kalah kalo tertawa. Begitu seterusnya. Dan kalopun kamu ketahuan temanmu bahwa kamu menonton film yang masya Allah jelek itu, jangan malu. Cukup senyum saja bila di tanya. Ingat, ini latihan, jangan menjelek-jelekkan film orang lain walaupun setelah itu kamu muntah di kamarmu. Kalopun kamu benar-benar tidak bisa diam dan ingin mengeluarkan sesuatu yang ada di pikiranmu setelah menonton, maka catatlah. Kamu masih punya catatan kecil di sakumu. Yang perlu kamu lakukan adalah ingat baik-baik nama sutradara film itu. Sesuatu yang harus kamu pelajari dari kasus ini adalah bahwa suatu saat nanti kamu sangat mungkin membuat sebuah film yang jelek. Padahal kamu sudah berusaha sebaik mungkin tapi filmmu tetep saja jelek, ini sangat mungkin terjadi. Segeralah tebus kesalahanmu itu dengan membuat film bagus. Kalopun kamu akhirnya menjadi seorang sutradara yang membuat film setan bercelana jeans itu, paling tidak kamu tidak menjelek-jelekkan film orang lain. Ini penting.
Langkah ke-14 : Olah Raga
Nah, kamu butuh olah raga. Paling tidak setelah kamu meluangkan waktu untuk menonton TVRI di langkah ke-12 dan dengan sukses menonton film jelek di langkah ke-13, pasti kamu mengalami kondisi stress yang berlebih. Maka berolah ragalah agar pikiranmu tenang. Bisa jadi kamu mengalami kondisi kejiwaan yang parah setelah menonton dua hal tersebut dan mengalami emosi yang sangat luar biasa, ingin membanting TV, ingin menjungkir balikkan tempat tidur sampai ingin melempari kaca kantor PH yang memproduksi film tersebut. Percayalah, dengan berolah raga akan mengalihkan semua energi emosimu. Kamu akan merasa segar kembali untuk melaksanakan aktifitas yang lain berhubungan menyiapkan fisik dan mentalmu untuk menjadi seorang sutradara besar.
Pilihlah olah raga yang kamu suka. Mulai dari bermain basket, sepak bola sampai lari-lari kecil di halaman depan. Tapi saya sarankan untuk berlatih berenang, jangan takut air. Jangan sampai kamu yang tidak bisa berenang dan takut melihat air suatu saat nanti ingin membuat film dengan judul Air Merah. Jangan sampai itu terjadi dengan kamu, kamu harus dekat dengan space yang ada di filmmu. Belajarlah berenang jika kamu besok suatu saat punya keinginan membuat film tentang air, ini investasi. Banyak sekali sutradara yang tidak bisa bermain bola tapi membuat film tentang sepak bola atau tidak pernah naik kereta api tapi suka dengan setting kereta api yang katanya alat transportasi paling romatis. Kamu harus menjadi sutradara yang dekat dan paham betul dengan sesuatu yang kamu kerjakan.
Kalo kamu tipe orang yang alergi olah raga, maka jangan lakukan dulu langkah ke-12 dan 13, berbahaya.




Langkah ke-24 : Kenali Agamamu
Mungkin terdengar aneh dan tiba-tiba menjadi sok moralis dan religius. Tapi ini benar dan tidak salah cetak, kenalilah agamamu! Bagaimanapun agama itu penting. Paling tidak kamu harus tahu seperti apa agamamu itu mengatur hidupmu. Apa yang dilarang oleh agamamu, apa yang dianjurkan oleh agamamu. Yang islam pergilah ke masjid, yang katolik atau kristen pergilah ke gereja, demikian juga agama yang lain. Minimal kamu tahu dasar-dasar ajaran agamamu. Kalopun ada sesuatu yang kamu tidak setuju tentang apa yang diajarkan di dalam agamamu, tanyakan ke yang lebih tahu. Cobalah baca kitabmu, cari tahu apa yang ada disana.
Selain itu, kamu juga boleh untuk mencoba mengerti apa yang diajarkan agama lain, bahkan kamu sangat boleh untuka membandingkan. Cobalah temui temanmu yang mengerti agama lain. Ajaklah berdiskusi. Jangan berdebat dan kemudian saling membenci agama masing-masing. Agama adalah masalah sensitif, tapi jadikanlah ini menjadi ringan. Bicarakan agama dengan temanmu seperti kamu membicarakan masalahmu dengan pacarmu. Dan sadari betul bahwa ini kamu lakukan bukan untuk menjadi ahli agama, tapi untuk menjadi seorang sutradara. Kalo kamu temukan sesuatu yang menarik di agamamu atau agama orang lain, catat. Kamu masih mempunyai catatan kecil rahasia kita kan di sakumu?
Kalo kebetulan kamu orang yang tidak percaya dengan agama dan memutuskan untuk tidak memiliki agama, itu tidak masalah. Yang harus kamu lakukan adalah temukan alasan kenapa kamu menjauhi agama. Argumenmu harus lebih kuat daripada apa yang ada di agama itu sendiri. Kamu adalah calon sutradara, calon pemimpin. Apa yang kamu lakukan bisa jadi dilakukan oleh orang lain. Makanya kamu harus selalu punya alasan yang orang lain bisa mengerti.
Langkah ke-25 : Nongkrong di Lokalisasi
Sekarang kamu boleh jalan-jalan ataupun sekedar duduk di daerah yang tidak moralis, carilah lokalisasi terdekat di kotamu. Kamu kan sudah belajar tentang agama sebelumnya, jadi langkah ini aman untuk dijalani. Saya sarankan untuk lebih aman lagi, jangan bawa uang. Di lokalisasi ini semuanya sangat filmis. Kamu harus bisa tangkap itu. Bagaimana dialog-dialog antara pedagang dan konsumen sangat menarik, atau bahkan sekedar cara mereka menawarkan dagangan. Bersikaplah seperti orang biasa, jangan tegang dan jangan mencatat di tempat itu juga. Kamu harus gunakan daya ingatmu dengan baik di sini. Kalo kamu temukan yang menarik, kamu catat setelah kamu keluar dari daerah itu.
Kemungkinan terburuk adalah kamu bertemu dengan tetanggamu. Dan saya kembali menyarankan, jawablah dengan jawaban seperti yang teman-teman di usiamu lakukan, seperti “sedang penelitian” atau “lagi jadi volunter sebuah LSM”. Jangan karena saking paniknya kamu jawab “lagi refreshing” seperti yang saya lakukan dulu. Itu bisa menyebabkan salah paham yang berkepanjangan. Atau juga jangan kamu jawab dengan jujur “saya kan mau jadi sutradara, jadi harus ke lokalisasi”, itu juga terdengar aneh. Kamu harus sadar bahwa calon profesimu itu beda dengan profesi-profesi yang lain. Jadi masih terdengar aneh jika ada orang mau jadi sutradara. Selain karena langkah ini juga bukan langkah wajib, ini langkah pilihan, tapi penting.
Yang perlu kamu lakukan adalah berada di tempat itu, merasakan dan melihat apa yang sebenarnya terjadi disana. Bagaimana mereka menjalani pekerjaan mereka. Lebih baik lagi kalo kamu bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Sebelum ini mungkin kamu merasa bahwa lokalisasi adalah sebuah tempat yang penuh dengan dosa dan hal-hal negatif lainnya. Tapi kamu akan menjadi tahu bahwa disana penuh juga dengan kesedihan, keputusasaan, penyesalan, rasa takut dan keterpaksaan di balik kedipan mata mereka.






Langkah ke-.... : Jalan-jalan dengan Film-mu
Langkah berikutnya adalah langkah yang paling asyik dan menyenangkan, tour with your film. Intinya adalah sebuah film harus di tonton. Jadi mulailah jalan-jalan dengan filmmu. Kemanapun kamu pergi, pastikan di dalam tas membawa DVD filmu. Kalo ada kesempatan bertemu dengan orang yang layak untuk kamu beri, berikanlah. Tapi pakailah strategi. Kamu harus dikenal sebagai sutradara, bukan sales DVD. Jadi tetaplah punya harga diri sebagai seorang sutradara, tidak asal ketemu dan langsung memberi film seperti seorang mahasiswa sekolah film pada umumnya. Ingat, sutradara bukan mahasiswa sekolah film.
Langkah ke-.... : Festival
Festival adalah cara yang paling tepat. Di acara inilah pestanya para orang film. Cari tahulah festival-festival yang penting untuk perjalanan karirmu. Baik di dalam negeri ataupun luar negeri.
Jika di ibaratkan bahwa sebuah festival adalah perjalanan karirmu sebagai seorang pembuat film, maka jangan mulailah dari atas. Hindari dulu festival-festival kelas A. Carilah dulu festival yang paling dekat dengan lingkunganmu. Kalo memang di tingkat RT rumahmu ada festival film, daftarkan filmu. Pokoknya mulailah dari yang paling bawah. Daftarkan filmmu ke festival film yang ada di Indonesia. Manfaatkanlah internet, carilah dari situ.
Banyak pembuat film yang mengikutkan filmnya ke sebuah festival untuk mencari kemenangan, kamu jangan lakukan ini. Ikutkanlah sebuah festival film agar filmmu di tonton orang dan di apresiasi di sebuah tempat yang tepat. Kemenangan? Itu bonus, bukan tujuan. Jika filmmu berhasil diputar di sebuah festival maka hadiri festival itu dengan senjatamu : DVD yang ada di tasmu. Siapa tahu di festival itu kamu akan bertemu orang yang kamu anggap harus melihat filmmu. Minimal tulislah nama judul film dan alamat email di DVD filmmu. Kalo memang dirasa perlu buatlah kartunama dan cantumkan pekerjaanmu : filmmaker.
Dibawah ini saya catat beberapa sebab kenapa pembuat film tidak mengirimkan filmnya ke festival :
1. Tidak tahu informasi mengenai festival film
Filmmaker yang mempunyai alasan seperti ini termasuk dalam kategori susah untuk di tolong karena termasuk seorang filmmaker yang malas. Informasi tentang festival film jelas tersebar luas di internet. Salah satu cara selain mencari sendiri di internet adalah dengan cara ikut milis yang berhubungan dengan film seperti dunia film, indomovie, konfiden, indonesian filmmaker dsb. Di milis itu banyak informasi tentang sebuah festival film. Atau bisa bisa masuk : filmfestivalworld.com. Bisa juga menjadi member shortfilmdepot.com atau reelport.com. Di beberapa website itu banyak sekali informasi tentang festival film.

2. Terlalu banyak informasi sehingga tidak tahu festival mana yang akan diikuti
Ini alasan yang sangat logis. Banyak sekali festival film di dunia ini. Tapi paling tidak bisa dimulai dari yang paling dekat. Di Indonesia ada festival film pendek yang diselenggarakan oleh Konfiden (Komunitas Film Independen), daftarkan filmmu dan hadiri festival itu. Kalo kamu berasal dari luar Jakarta dan kebetulan punya uang cukup, naiklah kereta ekonomi. Ingat perjalananmu akan semakin menarik menjadi biografi jika nanti kamu menjadi seorang sutradara besar. Selain itu banyak juga festival yang lain seperti Mafvie Fest di Malang, Jember Film Festival, Festival Film Dokumenter di Jogja, Ok Video, Hello Fest dan banyak lagi. Ingat, jangan mengikutkan sebuah film di festival untuk mencari kemenangan.
Setelah kamu puas filmmu jalan-jalan di dalam negeri, cari tahulah festival-festival yang ada di luar negeri. Jangan dulu festival kelas A seperti Berlin, Venice ataupun Cannes. Mulailah dari yang paling dekat seperti Singapore Int’l Film Festival atau Cinemanila Film Festival. Setelah itu kamu bisa mencoba ke festival seperti Pusan Int’l Film Festival, International Film Festival Rotterdam, Short-Short Film Festival di Tokyo, Clermont-Ferrand Short Film Festival, Hamburg Int’l Short Film Festival atau Oberhousen Short Film Festival. Kalo sudah berhasil diputar di beberapa festival seperti ini, biasanya filmmu akan jalan-jalan dengan sendirinya. Kamu hanya tinggal membuka email untuk mengecek programmer-programmer yang meminta filmmu.
3. Mahal
Iya, memang mahal untuk mengirim DVD preview copy dari Indonesia ke sebuah festival di luar negeri. Beberapa solusi yang saya lakukan adalah : Titip. Biasanya dari Indonesia pasti ada yang berangkat ke sebuah festival penting di luar negeri. Carilah informasi itu dan titipkan film kamu. Kalo kamu ingin menjadi seorang penitip yang tidak bertanggung jawab ya titiplah begitu saja. Tapi kalo kamu ingin menjadi penitip yang sedikit bertanggung jawab, bukalah website festival yang akan di datangi orang yang kamu titipi itu. Carilah guest list yang ada di website itu dan catatlah nama dan hotel tempat menginap tamu tersebut. Setelah itu kamu bisa siapkan amplop-amplop berisi filmmu yang sudah tertata rapi berdasarkan hotel tempat tamu itu menginap. Atau berikanlah filmmu dan percayakan bahwa filmmu akan diberikan kepada programmer yang hadir di festival itu. Cara yang lain adalah dengan mengajak teman untuk mendaftarkan ke sebuah festival yang sama. Semakin banyak teman yang bisa kamu ajak, maka biaya pengiriman akan jauh lebih murah.

4. Mutung
Apa sih bahasa Indonesianya? Tapi mutung adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sebab ini. Ini adalah sebab psikologis seseorang tidak mengirimkan filmnya ke sebuah festival. Biasanya filmmaker yang seperti ini mendaftarkan filmnya di sebuah festival untuk mencari kemenangan. Di saat filmnya ternyata tidak menang ia menjadi mutung untuk mengikutkan filmnya ke sebuah festival film yang lain. Bahakan parahnya lagi filmmaker seperti ini biasanya terus memusuhi sebuah festival film. Hanya doa dan bujukan pacar yang bisa menyelesaikan masalah ini.

Ada yang penting juga, carilah festival yang bisa memberi tiket jika filmmu berhasil diputar seperti : Short-Short Film Festival di Jepang, Almaty Int’l Film Festival di Kazakhstan, Hongkong Independent Film-Video Award dan masih banyak lagi. Begitu kamu ada kesempatan ke luar negeri, bawalah senjatamu : DVD, kartunama dan broken english-mu. Jadilah Sutradara!
Langkah ke-.... : Bersahabat dengan Programmer
Profesi ini mungkin belum di kenal di negara kita. Tapi seorang programmer adalah jabatan yang sangat penting dalam sebuah festival. Dia lah yang akan memilih film-film yang akan diputar di festivalnya. Kalo kamu merasa bahwa festival ada;ah jenjang karirmu, maka bersahabatlah dengan programmer. Jangan ada niatan untuk mendekati programmer karena agar filmmu diputar, tidak sama sekali. Tapi bersahabatlah seperti kamu bersahabat dengan temanmu yang lain. Berperilakulah seperti biasa. Pastikan dia memiliki filmu dan menonton, dan bersikaplah seperti layaknya seorang teman kerja atau teman main, jangan ada tendensi apa-apa.
Karena semakin kamu mengenal ...
Departemen Kamera
Pengertian Sinematografi :
Secara sederhana, Sinematografi dapat diartikan sebagai seni dan teknologi dari fotografi gambar bergerak (motion picture photography).
Seni Sinematografi :
1.     Memvisualisasikan sesuai skenario dan konsep penyutradaraan.
2.     Mengkomposisikan sebuah adegan.
3.     Menciptakan look dan mood.
4.     Melukis adegan dan aktor dengan pencahayaan.
5.     Penggambaran setiap shot untuk melebur ke dalam cerita.



Teknologi Sinematografi :
1.     Pemilihan kamera, lensa, dan filter.
2.     Pemilihan bahan baku untuk dapat menetapkan look dari filmnya.
3.     Pemilihan peralatan lampu dan menguasai kondisi lokasi.
4.     Koordinasi dengan personil film dan lighting.
5.     Integrasi dengan spesial efek.
Seorang sinematografer diharapkan menterjemahkan naskah cerita dan konsep sutradara ke dalam imaji visual. Kolaborasi mereka sudah dimulai jauh sebelum shooting dimulai.

Bidang Kerja - Departemen Sinematografi
Praproduksi :
   1. Pemilihan dan tes bahan baku/format digital.
   2. Pemilihan dan tes filter.
   3. Merencanakan pencahayaan.
   4. Identifikasi kebutuhan peralatan.
Produksi :
   1. Jadwal pembagian shot.
   2. Penempatan kamera.
   3. Komposisi shot-shot.
   4. Menjaga kontinuiti visual.
Pascaproduksi :
   1. Penggunaan spesial proses.
   2. Komunikasi dengan laboratorium.
   3. Komunikasi dengan editor.
   4. Komunikasi dengan colorist.
Tim Kerja - Departemen Kamera
Tim Kerja Departemen Kamera :
1. Sinematografer/Pengarah Fotografi/Director of Photography
2. Operator Kamera
3. Asisten Kamera 1 / focus puller
4. Asisten Kamera 2 / clapper loader / DV Engineer
5. Kontinuiti Cahaya / still foto
6. Gaffer
7. Best Boy
8. Electrician
9. Grip
10. Best Boy
Director of Photography (DOP)
Pengertian:
Yang menciptakan imaji visual film adalah sinematografer atau Pengarah Fotografi/PF. Ia adalah orang yang bertanggungjawab terhadap kualitas fotografi dan pandangan sinematik (cinematik look) dari sebuah film. Ia juga melakukan supervisi personil kamera dan pendukungnya serta bekerja sangat dekat dengan sutradara. Dengan pengetahuannya tentang pencahayaan, lensa, kamera, emulsi film dan imaji digital, seorang sinematografer menciptakan kesan/rasa yang tepat, suasana dan gaya visual pada setiap shot yang membangkitkan emosi sesuai keinginan sutradara.


Tugas dan Kewajiban Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP:
Tahap Praproduksi:
1.      Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan penata artistik agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk nyata, dengan menciptakan konsep look dan mood yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan.
2.     Bersama sutradara dan penata artistik menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
3.     Bersama sutradara, penata artistik dan departemen produksi, mengecek dan melihat ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merencanakan letak kamera dan pencahayaan di lokasi. Kemudian membuat floorplan.
4.     Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi persyaratan.
5.     Menjabarkan konsep visual dalam pencapaian look dan mood (mencakup warna, pencahayaan, karakter visual, komposisi yang juga menghasilkan gerak) lebih baik dengan referensi foto/gambar yang selanjutnya didiskusikan dengan personil kamera dan pendukungnya.
6.     Menentukan kebutuhan dan menjamin semua peralatan dengan spesifikasi sesuai dengan desain visual. Kemudian mengkoordinasikan tugas personil kamera dan pendukungnya untuk menyiapkan dan memilih serta menentukan sarana peralatan dan bahan baku yang diperlukan dalam menjalankan tugasnya (membuat breakdown kebutuhan alat sesuai dengan desain floorplan).
7.     Melakukan uji coba peralatan dan bahan baku dengan uji coba filter, make up, kostum, properti dan warna set.
8.     Ikut menentukan laboratorium/studio pascaproduksi (film).

Tahap Produksi:
1.     Mempelajari breakdown script dan shooting script dimana seorang sinematografer dapat mengembangkan checklist di setiap harinya dan merencanakan berapa set up per harinya. Dalam setiap set up sinematografer harus memperhatikan lingkungan dan masalah pencahayaan. Contohnya, jika shooting eksterior, penjadwalan menjadi penting berkaitan dengan pergerakan matahari. Catatan penting: jika masuk set jangan lupa dengan block, light, rehearsal, shot.
2.     Memberikan pengarahan tegas kepada personil kamera sesuai dengan design yang sudah dibuat.
3.     Mengawasi set lampu dan waspada terhadap kontiniti. Mengarahkan dan menjaga kesinambungan suasana (atmosfer) dan format visual serta tata cahaya dari setiap shot. Menuntun dan mengembangkan teknis kreatif pencahayaan sebagai gaya dan perubahan peralatan untuk menerangi area aksi/subyek visual untuk menentukan eksposur yang tepat.
4.     Pada saat sutradara mengarahkan aktornya, sinematografer menyiapkan sudut pengambilan gambar, komposisi sesuai dengan blocking sutradara.
5.     Siap menghadapi perubahan karena situasi tertentu di luar rencana (perubahan cuaca, lingkungan set yang berubah).
6.     Memeriksa laporan kamera (camera report) dan continuity lighting log.
7.     Memberikan petunjuk kepada pihak laboratorium/studio pascaproduksi (film) mengenai processing negative (pencucian dengan bahan kimia) dan pencetakan rush copy/release copy (color grading).
8.     Selalu mengingatkan tanggungjawab keselamatan personil dan seluruh sarana peralatan dan bahan baku yang dipergunakan dalam produksi.
9.     Ikut serta memeriksa hasil release copy untuk koreksi kualitas.
10.  Kebutuhan seorang sinematografer terhadap kontrol akhir melalui color-timing.

Hak-hak Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP:
1.     Mendapatkan jumlah dan kualitas awak/kru produksi, sarana peralatan kerja dan bahan baku sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
2.     Memberikan persetujuan; sarana teknis yang akan digunakan, penetapan hasil-hasil shooting yang baik (OK), memberikan persetujuan atas kualitas hasil cetakan release copy.
3.     Memberikan usul kreatif baik teknis, artistik, dan dramatik kepada sutradara dalam hal perekaman visual untuk mendapatkan hasil yang baik.
4.     Membuat catatan SUP (shot under protest) bila terpaksa merekam visual yang tidak disetujui.
5.     Jika ada perubahan yang mendasar dari konsep awal look film, sinematografer berhak diberitahu sebelumnya.

DOP on Location

Aktifitas apa saja yang dilakukan oleh team kamera dan lighting di lapangan?

Seluruh aktifitas yang dilakukan oleh team kamera dan lighting tidak lepas dari kebutuhan yang tertuang dalam skenario.
Langkah awal Penata Sinematografi (Director of Photography) bersama dengan sutradara menentukan serta memilih sudut penempatan kamera. Acuannya bisa saja didapat dari kesepakatan yang secara bersama sudah diputuskan pada saat hunting location dilakukan, ataupun penentuan yang merupakan penyesuaian dengan blocking pemain dan situasi pada set yang sudah digarap oleh team artistik.
Penempatan sudut penempatan ini juga mungkin saja sekaligus disertai dengan penggunaan sarana pendukung kamera (grip). Misalnya penggunaan dolly, jimijib (crane) ataupun steadicam. Juga pemilihan jenis lensa, filter yang dianggap sesuai dengan kebutuhan adegan.
Langkah berikutnya, Director of Photography berkoordinasi dengan Gaffer dan crew lighting memilih jenis lampu, filter dan berbagai sarana pendukung lainnya, kemudian menentukan peletakannya. Dalam melaksanakan tahapan aktifitas mengacu kepada pola kerja efektif, baik dalam masalah pengaturan waktu, maupun dalam pencapaian targetnya. Tentu saja hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan serta penanganan terhadap peralatan tetap harus terjaga dengan baik.
Terakhir adalah melalui berbagai fasilitas kamera dan penataan cahaya untuk menciptakan karakter gambar yang direncanakan/diinginkan.
Juru Kamera - Operator Kamera
Pengertian Juru Kamera (Operator Kamera):
Juru kamera secara teknis melakukan perekaman visual dengan kamera mekanik ataupun elektronik dalam produksi film di bawah arahan pengarah fotografi dan bertanggungjawab kepadanya. Sutradara juga bekerja sama dekat dengan operator kamera untuk memastikan bahwa pandangan sutradara ditangkap oleh film sebagaimana yang diinginkan. Operator kamera adalah kru dari yang terpilih dalam produksi film yang secara langsung bertanggungjawab dari apa yang terlihat di layar.
Tanggungjawab pribadi adalah menjalankan kamera dan menghentikannya sesuai petunjuk/isyarat dari sutradara. Mengoperasikan kamera sesuai mood cerita dan efisien selama produksi dan menjaga komposisi frame yang pantas. Dalam produksi menggunakan video, juru kamera menggunakan headset yang dihubungkan dengan sutradara. Juru kamera bertanggungjawab kepada pengarah fotografi atas panning dan tilting dari kamera dan menjaga shot frame serta komposisi yang sudah diisyaratkan oleh pengarah forografi dan mempunyai kekuasaan untuk membatalkan shot karena kesalahan gerak kamera, fokus, komposisi, atau berbagai gangguan yang tidak diinginkan dalam frame oleh orang, benda dan lainnya.
Pada proyek film dengan bujet kecil, peran operator kamera biasa dipegang langsung oleh pengarah fotografi. Ia berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan sinematografi dengan bantuan beberapa orang asisten. Sistem Inggris (English System), biasanya memerlukan seorang operator kamera untuk melakukan pembngkaian gambar, karena pengarah fotografi berkonsentrasi penuh terhadap penataan cahaya. Ia menginstruksikan operator kamera tentang penggunaan lensa dan filter yang dibutuhkan, serta gerak kamera yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu lainnya, seperti dolly atau crane.
Tugas dan Kewajiban Juru kamera (Operator Kamera):
Tahap Persiapan produksi:
1.     Menganalisa mood dari skenario dan konsep sutradara. Dengan melakukan pengarahan, melakukan persiapan dan pemeliharaan peralatan kamera serta sarana penunjangnya.
2.     Melakukan uji coba secara teknis atas peralatan dan bahan baku yang akan dipergunakan dalam produksi.
3.     Melakukan koordinasi dengan key grip sehingga secara teknis dan efisien mampu melaksanakan konsep visual dan gerakannya.
Tahap Produksi:
1.     Melakukan perekaman visual secara teknis sesuai arahan pengarah fotografi, baik dalam hal komposisi, sudut pengambilan, gerak kamera dengan segala perubahannya.
2.     Mengkoordinasikan awak/kru kamera dalam melaksanakan tugasnya.
3.     Menjaga dan memelihara peralatan kamera dalam kondisi baik dan siap pakai.

Hak-hak Juru Kamera (Operator Kamera):
1.     Memberikan usulan yang bersifat teknis agar tercapai hasil rekaman yang baik.
2.     Meminta pengambilan ulang bila secara teknis hasil rekaman sebelumnya kurang baik.
3.     Operator kamera berhak untuk mengingatkan setelah pengambilan gambar, seperti menegur pengatur boom atau microphone apabila masuk ke dalam shot, refleksi equipment atau kru pada kaca, fokus yang tidak tajam atau kesalahan fokus lainnya, flare pada lensa, gerak kamera yang kurang halus atau kurang baik, dan hal-hal lain yang dapat mengurangi keindahan shot yang diinginkan. Pada produksi film yang memiliki bujet besar, operator kamera dapat melaporkan segala hal yang menjadi kekurangan setelah selesai melakukan pengambilan gambar.

Departemen Artistik
Pengertian TATA ARTISTIK:
Tata Artistik sebagai seni dan kerajinan (craft) dari cara bertutur sinematik (cinematic storytelling).
Yang termasuk di dalam seni tata artistik:
1. Merancang desain-desain sesuai skenario dan konsep sutradara
2. Menciptakan look dan style
3. Menghadirkan karakter melalui penciptaan lewat makeover elemen artistik
Yang termasuk di dalam kerajinan (craft):
1. Pemilihan material untuk menetapkan look dan style
2. Pemilihan tekstur sesuai kondisi lokasi dan periode
3. Koordinasi dengan personel tata artistik dan anggota produksi film lainnya.
Seorang production designer (perancang tata artistik) diharapkan mampu menterjemahkan skenario dan konsep cerita ke dalam bentuk artistik yang nyata (kasat mata). Kolaborasi sutradara, penata fotografi (DoP) dan production designer sudah dilaksanakan jauh sebelum shooting dimulai.
Tata Artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film.
Setting harus memberi informasi lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan penonton.
1. Setting menunjukkan tentang waktu atau masa berlangsungnya cerita. Apakah dahulu, sekarang, atau di masa mendatang.
2. Tentang tempat terjadinya peristiwa. Di kota, desa, di dalam ruangan, atau di tempat-tempat terbuka. Bagaimana dengan lingkungan masyarakatnya? Adat?
Bidang Kerja - Departemen Tata Artistik
Bidang Kerja Departemen TATA ARTISTIK:
1. Praproduksi
1. Membuat sketsa-sketsa awal
2. Menuangkan sketsa menjadi rancangan desain-desain
3. Menentukan color palette
4. Menentukan konsep artistik secara integral
5. Merancang biaya tata artistik
2. Produksi
1. Menjadwalkan pembagian shot
2. Membuat setting dan property
3. Menjaga kontinuitas artistik
3. Pascaproduksi (pertanggungjawaban tata artistik)
Tim Kerja - Departemen Artistik
Selain profesi di bawah, di dalam departemen tata artistik masih ada beberapa pekerja lain yang mendukung. Diantaranya adalah asisten art director, set decorator, set dresser, property master, property bayer, hair and make up, costum designer, wardrobe dresser, production ilustrator, location manager dan special effect.
Art Director (Penata Artistik)
Pengertian:
Art director secara teknis adalah koordinator lapangan yang melaksanakan eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik/gambar kerja yang menjadi tanggungjawab pekerjaan production designer. Seluruh proses penyediaan material artistik sejak persiapan hingga berlangsungnya perekaman gambar dan suara saat produksi menjadi tanggunghawab seorang art director.
Penyimpangan/perubahan pada saat eksekusi atas rancangan desain tata artistik/gambar kerja minimal harus atas persetujuan production designer atau sutradara terlabih dahulu. Seluruh proses dan hasil kerja seorang art director di bawah kendali/menjadi tanggungjawab production designer.
Pada proyek produksi dengan biaya terbatas, peran art director biasa dipegang langsung oleh production designer. Ia berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan rancangan tata artistik dengan bantuan beberapa orang asisten.
Sistem produksi yang diterapkan di Eropa biasanya diperlukan seorang art director untuk mengeksekusi semua rancangan tata artistik karena seorang production designer berkonsentrasi penuh terhadap tata artistik secara menyeluruh. Production designer menginstruksikan art director dan timnya tentang tata letak seluruh elemen-elemen artistik, baik di dalam set maupun untuk persiapan adegan selanjutnya.
Tugas dan Kewajiban ART DIRECTOR:
Tahap Praproduksi:
1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik sejak persiapan hingga menjelang dilaksanakannya perekaman gambar dan suara di lokasi yang telah ditentukan.
2. Membuat breakdown dan jadwal kerja khusus bidang tata artistik.
3. Menyiapkan elemen-elemen material tata artistik lebih awal sesuai dengan rancangan gambar kerja dari production designer sebagai kesiapan menjelang shooting.
4. Bersama-sama manajer produksi dan asisten sutradara membuat jadwal shooting.
Tahap Produksi:
1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik termasuk penanggungjawab penyediaan segenap unsur tata artistik sesuai dengan tahapan proses perekaman gambar dan suara.
2. Mengarahkan pelaksanaan kerja staf tata artistik dan menentukan kualitas hasil akhir sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara.
Hak-hak Art Director:
1. Bersama production designer memilih dan menentukan tim kerja bidang tata artistik yang profesional dan cocok untuk bekerja dalam sebuah produksi film.
2. Art director berhak menolak perubahan bentuk tata artistik yang tidak mendapat persetujuan dari production designer dan sutradara.

Production Designer (Perancang Tata Artistik)
Pengertian:
Perancang tata artistik adalah seorang profesional dibidang perancangan tata rtistik yang bertugas merencanakan dan membuat gambar-gambar desain yang memenuhi standar estetika untuk sebuah produksi film. Bertanggungjawab dalam menciptakan look dan style dari sebuah film. Mengkoordinir seluruh profesional bidang tata artistik dan bekerja sangat dekat dengan sutradara.
Dengan pengetahuannya tentang arsitektur, warna, periode, lokasi, desain, set, seorang production designer menciptakan nuansa, atmosfir dan gaya untuk membangkitkan emosi dari keinginan sutradara.
Tugas dan Kewajiban Production Designer:
Tahap Praproduksi:
1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan pengarah fotografi agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk artistik nyata (kasat mata) dengan menciptakan konsep look dan style yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan.
2. Bersama asisten sutradara dan location manager melakukan hunting lokasi.
3. Bersama sutradara dan pengarah fotografi menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
4. Bersama sutradara dan pengarah fotografi dan departemen produksi mengecek ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merancang desain tata letak (floorplan) untuk menentukan set dekorasi dan berkoordinasi dengan sutradara dan pengarah fotografi dalam menentukan tata letak kamera.
5. Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi syarat.
6. Menjabarkan konsep dari bentuk rancangan desain-desain menjadi bentuk gambar-gambar kerja/foto yang dijadikan acuan untuk dikerjakan saat persiapan produksi oleh seluruh personel tata artistik dan pendukungnya.
7. Menentukan kebutuhan material sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam rancangan desain artistik/gambar kerja bersama seluruh personel tata artistik yang berkepentingan dibidangnya masing-masing (breakdown kebutuhan material artistik sesuai gambar kerja).
Tahap Produksi:
1. Mengkoordinir pekerjaan departemen tata artistik yang secara teknis di lapangan ditangani oleh art director dan asistennya.
2. Melaksanakan kontrol atas hasil akhir pekerjaan tata artistik sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara (shooting).
3. Selalu berada di dekat sutradara manakala harus dengan cepat, tepat, dan cermat mengatasi kesulitan yang timbul di dalam set di saat perekaman gambar dan suara sedang berlangsung.
4. Siap menghadapi perubahan manakala situasi di luar rencana (perubahan cuaca, perubahan tata letak set dan lain sebagainya).
5. Bertanggungjawab atas hasil dan mutu tata artistik baik dari segi teknis maupun estetika secara utuh.
Hak-hak Perancang Tata Artistik
1. Mendapatkan jumlah dan kualitas kru produksi yang profesional, sarana peralatan kerja dan fasilitas sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
2. Mengajukan rancangan tata artistik kepada sutradara dan produser dengan harapan agar pengajuannya disetujui mengingat akan berkaitan erat dengan rancangan biaya tata artistik.
3. Manakala ada perubahan konsep awal, perancang tata artistik wajib diberitahukan perubahan tersebut sebelumnya.




Departemen Editing
Pengertian Editing :
Editing (penyuntingan gambar) dalam produksi film cerita untuk bioskop dan televisi adalah proses penyusunan atau perekonstruksian gambar dan dialog berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan untuk membentuk rangkaian penuturan cerita sinematik yang memenuhi standar dramatik, artistik, dan teknis.
Editor (Penyunting Gambar)
Pengertian:
Adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah film cerita yang utuh.
Seorang editor dituntut memiliki sense of story telling (kesadaran/rasa/indra penceritaan) yang kuat, sehingga sudah pasti dituntut sikap kreatif dalam menyusun shot-shotnya. Maksud sense of story telling yang kuat adalah editor harus sangat mengerti akan konstruksi dari struktur cerita yang menarik, serta kadar dramatik yang ada di dalam shot-shot yang disusun dan mampu mengesinambungkan aspek emosionalnya dan membentuk irama adegan/cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film.
Tugas dan Kewajiban EDITOR;
Tahap Praproduksi;
1.     Menganalisa skenario dengan melihat adegan yang tertulis dalam skenario dan mengungkapkan penilaiannya pada sutradara.
2.     Berdiskusi dengan departemen yang lain dalam script conference untuk menganalisa skenario, baik secara teknis, artistik dan dramatik.
3.     Dalam produksi film ceriita untuk bioskop, editor bersama produser dan sutradara menentukan proses pascaproduksi yang akan digunakan seperti kinetransfer, digital intermediate atau negative cutting.
Tahap Produksi;
Dalam tahap ini seorang editor tidak memiliki tugas dan kewajiban khusus. Namun dalam proses produksi ini seorang editor dapat membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi mulai dari laboratorium sampai materi tersebut berada di meja editing. Pihak yang dibantu oleh editor adalah individu profesional yang ditunju kkan oleh rumah produksi yang bersangkutan dalam melaksanakan pendistribusian materi tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh manajer unit, koordinator pascaproduksi (post production supervisor) ataupun seorang runner.
Tahap Pascaproduksi;
1.     Membuat struktur awal shot-shot sesuai dengan struktur skenario (rough cut 1).
2.     Mempresentasikan hasil susunan rought cut 1 kepada sutradara dan produser.
3.     Setelah dilakukan revisi berdasarkan hasil diskusi dengan sutradara dan produser, maka dengan kreativitas dan imajinasi editor, ia membentuk struktur baru yang lebih baik. Dalam struktur baru ini editor harus bisa membangun emosi, irama dan alur yang menarik.
4.     Mempresentasikan dan mendiskusikan struktur baru yang dihasilkannya bersama sutradara dan produser hingga struktur yang paling diharapkan (final edit).
5.     Menghaluskan hasil final edit (trimming) hingga film selesai dalam proses kerja editing (picture lock).
6.     Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor bersama sutradara membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian (reeling) untuk kebutuhan laboratorium, pengolahan suara dan musik. Sementara untuk film for television, editor bersama sutradara membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian untuk pertimbangan kebutuhan jeda iklan (commercial break).
7.     Editor dapat menjadi rekanan diskusi untuk pengolahan suara dan musik. Diskusi ini berupa penentuan suara efek dan musik sebagai pembentuk kesatuan gambar dan suara yang saling mendukung.
8.     Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor dapat juga menjadi pengawas pada proses laboratorium hingga pada proses cetak hasil pertama film (copy A). Sementara dalam produksi film for television, editor dapat menjadi pengawas proses transfer hasil editing yang siap untuk ditayangkan (master edit) ke dalam pita video.
Hak-hak Editor:
1.     Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan penuturan sinematik guna mendapatkan konstruksi dramatik yang lebih baik.
2.     Mengajukan usul kepada sutradara untuk menambah, mengurangi atau mengganti materi gambar dan suara yang kurang atau tidak sempurna secara teknis maupun efek dramatisnya.
3.     Mendapatkan ruang editing serta sarana kerja yang layak/standar.
4.     Mendapatkan honorarium yang sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dan disetujui oleh produser.
5.     Berhak meminta kontrak baru jika ada permintaan tambahan (misalnya pembuatan trailer) untuk bahan promosi film.
6.     Berhak untuk menolak permintaan yang sifatnya pribadi dan menyimpang dari ketentuan yang sudah ada dalam skenario.

Asisten Editor
Di dalam mengedit film (untuk film cerita bioskop maupun televisi), editor selalu dibantu oleh asisten editor. Asisten editor ini bisa lebih dari satu orang. Ada yang disebut dengan asisten editor 1, 2 dan magang.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor 1:
1. Bertanggungjawab untuk menyusun materi sesuai dengan urutan yang ada pada skenario (assembling).
2. Dituntut agar menghafal semua materi (shot). Hal ini berguna apabila editor mencari shot yang dibutuhkan, sehingga asisten editor 1 dapat membantu mencari shot yang dimaksud.
3. Mengawasi distribusi materi dari lapangan (produksi) ke laboratorium, sampai akhirnya di meja editing.
4. Membuat catatan editing atau EDL (Edit Decision List) setelah film dinyatakan picture lock.
5. Dalam produksi film cerita untuk televisi, asisten editor 1 dapat membantu editor mengawasi proses transfer hasil editing yang siap ditayangkan (master edit) ke dalam pita video.
6. Menguasai peralatan yang digunakan untuk proses editing.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor 2:
1. Menyusun dan merapikan catatan yang dibuat oleh pencatat skrip.
2. Memasukkan materi ke dalam komputer (digitize) sesuai dengan catatan dari lapangan.
3. Memastikan alat yang digunakan untuk proses editing dalam keadaan baik.
4. Menguasai alat yang digunakan dalam proses editing.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor Magang:
1. Membuat catatan harian (daily report) selama proses editing.
2. Membantu asisten editor 2 untuk merapikan catatan yang dibuat oleh pencatat skrip untuk kebutuhan digitalisasi (digitize).




Departemen Suara
Pengertian Desain Suara: Desain Suara adalah seni penciptaan dan penempatan suara yang tepat pada tempat dan saat yang tepat.

Termasuk di dalam Desain Suara:
·         Menggabungkan semua unsur suara menjadi satu kesatuan
·         Menciptakan efek-efek suara baru untuk kebutuhan film Termasuk di dalam Teknologi Desain Suara
·         Pemilihan format akhir suara film
·         Pemilihan peralatan dan perangkat kerja Departemen Suara
 Pada kelompok kerja Departemen Suara, terdapat beberapa profesi. Diantaranya adalah; 1. Sound Designer (Desainer Suara) 2. Production Mixer (Sound Recordist) 3. Boom Operator 4. Sound Assistant 5. Supervising Sound Editor 6. Dialogue Editor 7. ADR Mixer 8. ADR Editor 9. Assistant Editor 10. Effect Editor 11. Foley Mixer 12. Foley Editor 13. Foley Artist 14. Re-recording Mixer
Sound Designer (Desainer Suara)
Pengertian:
Orang yang bertanggung jawab atas segala aspek suara yang terdapat dalam sebuah film. Bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari desain suara dan tiap track suara berdasarkan fungsinya. Bekerja sama dengan Sutradara dari tahap praproduksi, berdiskusi untuk membuat konsep dan desain suara dari skenario dan visi Sutradara.
Seorang Sound Designer harus menguasai teori-teori dasar suara dan pengetahuan teknis. Ia dituntut tidak hanya mendesain suara dari suara yang sudah ada, tetapi juga harus bisa menciptakan suara-suara baru yang dapat mendukung skenario dan dapat menjadi karakter sebuah film. Sound Designer harus dapat menciptakan mood dan suasana yang akan dirasakan oleh penonton seperti ketegangan, ketakutan, kegelisahan berdasarkan gagasan yang dituangkan melalui suara dari hasil ide dan imajinasi kreatifnya berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
Sound Designer terkadang turun langsung dalam penciptaan suara-suara baru untuk kebutuhan sebuah film. Sound Designer juga harus mempunyai pengetahuan tentang musik, karena musik merupakan bagian dari desain suara.
Sound Designer dalam pekerjaannya dibantu supervising sound editor, sound editor, dan re-recording mixer, tetapi dia juga bisa turun langsung untuk melakukan pekerjaan seperti melakukan editing suara dan mixing akhir.
Tugas dan Kewajiban Sound Designer;
Tahap Praproduksi;
1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan re-recording mixer untuk mendesain konsep suara apa saja yang akan dibuat berdasarkan skenario dan visi sutradara.
2. Membahas kembali konsep suara yang telah dibuat bersama dengan supervising sound editor dan production mixer.
3. Melakukan perekrutan tim yang dapat bekerja sama dengan baik.
Tahap Produksi;
1. Mengawasi, menganalisa serta memberikan saran-saran kepada production mixer mengenai hasil perekaman suara.
2. Meminta kepada production mixer untuk merekam suara-suara selain dari dialog yang bisa digunakan dan dibutuhkan pada saat pascaproduksi/mixing.
Tahap Pascaproduksi;
1. Menuangkan konsep suara yang telah dibuat ke dalam cue sheet untuk kebutuhan atau acuan bagi sound editor dan re-recording mixer.
2. Ikut terlibat secara langsung dalam pembuatan suara-suara efek baru.
3. Memimpin dan mengarahkan semua bagian di sound-post departement.
4. Hadir dan memberikan masukan pada saat melakukan musik spotting.
5. Bertanggungjawab terhadap hasil desain suara.
6. Bersama re-recording mixer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara (sound transfering) hasil final mix dari jalur suara magnetic ataupun media digital ke jalur suara optik analog maupun digital hingga ke married print.
Hak Sound Designer:
Berhak menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan suara film yang sedang dikerjakan.
Production Mixer (Sound Recordist)
Pengertian:
Orang yang bertanggungjawab terhadap perekaman suara langsung di lapangan dan hasil rekamannya.
Tugas dan Kewajiban Production Mixer (Sound Recordist);
Tahap Praproduksi;
1. Wajib ikut hunting lokasi
2. Menentukan teknik perekaman suara di lapangan.
3. Menentukan kebutuhan peralatan (jenis mikrofon, alat perekaman dan aksesorisnya).
4. Mengikuti script conference.
5. Wajib melakukan meeting dengan sound designer.
Tahap Produksi;
1. Bertanggungjawab untuk melakukan perekaman stok suara (misalnya ambience) di lapangan dan melakukan wild track recording untuk kebutuhan di studio.
2. Menyediakan administrasi sound report dari keterangan hasil rekaman dan jenis mikrofon yang digunakan untuk kebutuhan sound post.
3. Wajib mengarahkan boom operator untuk mengoperasikan mikrofon berdasarkan type of shot.
Hak-hak Production Mixer (Sound Recordist):
1. Ikut menentukan kelayakan lokasi untuk melakukan perekaman langsung.
2. Berhak untuk ikut menentukan apakah sebuah take bisa diambil atau tidak.
3. Berhak meminta kru lain untuk tenang sebelum sebuah take dimulai.
4. Memiliki hak untuk take ulang apabila take sebelumnya hasilnya tidak bagus dari segi suara.
5. Berhak meminta waktu untuk melakukan perekaman room tone pada saat shooting berlangsung.
6. Berhak meminta waktu untuk melakukan perekaman stok suara, baik pada saat shooting berlangsung maupun di luar shooting.
Supervising Sound Editor
Pengertian;
Orang yang bertanggungjawab pada tahap editing suara dalam film, termasuk dialog dan efek. Supervising sound editor menyediakan semua elemen suara yang nantinya akan diproses lebih lanjut oleh re-recording mixer. Dalam pekerjaannya supervising sound editor dibantu oleh dialogue dan effect editor.
Tugas dan Kewajiban Supervising Sound Editor;
1. Membahas konsep suara dengan sound designer, lalu menjabarkannya kepada dialogue dan effect editor (praproduksi).
2. Mengawasi hasil suara yang telah direkam production mixer (produksi).
3. Mengawasi pekerjaan dialogue dan effect editor (pascaproduksi).
Hak-hak Supervising Sound Editor:
1. Memberikan masukan kepada production mixer apabila ada kekurangan pada hasil perekaman suara sebelumnya.
2. Meminta suara-suara yang mungkin dibutuhkannya kepada production mixer.
3. Meminta revisi suara yang menurutnya masih kurang kepada dialogue dan effect editor.
Boom Operator
Pengertian;
Orang yang bertanggungjawab untuk mengoperasikan dan mengarahkan mikrofon.
Tugas dan Kewajiban Boom Operator;
Tahap Produksi;
1. Melakukan set up mikrofon.
2. Mengikuti instruksi dari production mixer.
3. Menggantikan posisi production mixer apabila yang bersangkutan berhalangan untuk menjalani tugasnya.
4. Wajib membaca script dan menghafal dialog untuk mengetahui perpindahan mikrofon (dari pemain A ke B, dst).
5. Wajib mengetahui ukuran lensa.
6. Wajib bekerja sama dengan camera operator dan kru lighting.
Hak-hak Boom Operator:
1. Berhak untuk menentukan posisi mikrofon yang menurutnya ideal.
2. Berhak untuk melihat video assist untuk menentukan posisi mikrofon.
Foley Artist
Pengertian;
Orang yang membuat/menciptakan efek-efek suara berdasarkan apa yang dilihatnya di gambar.
Tugas dan Kewajiban Foley Artist;
Tahap Pascaproduksi;
1. Bekerja sama dengan foley editor untuk membuat cue sheet.
2. Melakukan spotting berdasarkan gambar untuk menentukan jenis-jenis suara efek yang akan dibuat.
3. Menyiapkan propeerti untuk kebutuhan foley.
Hak Foley Artist:
Meminta foley mixer untuk melakukan take ulang apabila take sebelumnya tidak bagus secara teknis.
Re-Recording Mixer
Pengertian;
Orang yang melakukan mixing akhir semua elemen suara yang telah disesiakan oleh supervising sound editor.
Tugas dan Kewajiban Re-Recording Mixer;
Tahap Praproduksi;
Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan sound designer untuk mendesain konsep suara apa saja yang akan dibuat berdasarkan skenario dan visi sutradara.
Tahap Pascaproduksi;
1. Melakukan mixing suara dalam format mono, stereo ataupun multi-channel untuk kebutuhan bioskop dan juga media lainnya.
2. Mempersiapkan final mix untuk kebutuhan mastering ke dalam berbagai macam media.
3. Bersama sound designer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara (sound transfering) hasil final mix dari jalur suara magnetic ataupun media digital ke jalur suara optik analog maupun digital hingga married print.
Hak Re-Recording Mixer:
Berhak meminta revisi suara yang menurutnya masih kurang kepada supervising sound editor.
Sekilas Tentang Film Pendek
Film pendek merupakan primadona bagi para pembuat film indepeden. Selain dapat diraih dengan biaya yang relatif lebih murah dari film cerita panjang, film pendek juga memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa. Meski tidak sedikit juga pembuat film yang hanya menganggapnya sebagai sebuah batu loncatan menuju film cerita panjang.
Film pendek pada hakikatnya bukanlah sebuah reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar wahana pelatihan belaka. Film pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan film cerita panjang, bukan lebih sempit dalam pemaknaan, atau bukan lebih mudah. Sebagai analogi, dalam dunia sastra, seorang penulis cerpen yang baik belum tentu dapat menulis cerpen dengan baik; begitu juga sebaliknya, seorang penulis novel, belum tentu dapat memahami cara penuturan simpleks dari sebuah cerpen.
Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi –dari sudut pandang pemirsa- karena tidak mendapatkan media distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.
Secara teknis, film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi dibawah 50 menit (Derek Hill dalam Gotot Prakosa, 1997) . Meskipun banyak batasan lain yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia, akan tetapi batasan teknis ini lebih banyak dipegang secara konvensi. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema.


0 komentar on "Film Guide Book"

Posting Komentar

Film Guide Book

Annyeoong~ lama tak jumpa kawan :D
siapa yang suka buat film hayoo? aku suka tau /gaknanya/ ahaha artikel ini dikasih temen aku namanya paiz, dia anak film bor~ nah karena aku sama geng aku juga suka buat film (film pendek tapi haha :D) jadi dia ngasih ini buat belajar bor.. kalian yang mau iseng2 buat film juga baca aja nih film guide nya~ tapi jangan ngantuk yaa panjang banget soalnya haha :v sok atuh langsung dibaca~


Film Guide

Ide Membuat Film
Dari mana kita mendapatkan ide ?
Dalam pelatihan-pelatihan pembuatan film, seringkali muncul pertanyaan. Dari mana ide bisa didapat ? Kecenderungan jawaban yang berkembang adalah dari mana saja. Keluarga, kawan, musik, baca buku dan lain sebagainya.
Memang pendapat ini tidaklah salah, sebab kita memang bisa mendapatkan ide dari manapun. Namun kalau seorang pembuat film ditanya, dari mana dia mendapatkan idenya, maka ada jawaban menarik dari beberapa pembuat filmnya, yaitu dari kesehariannya. Dikarenakan permasalahan-permasalahan yang ada di dirinyalah yang dia pahami.
Benar sekali, bahwa dalam membuat film - terutama yang baru memulai – akan lebih baik adalah sesuatu yang dekat dengan si pembuatnya, karena sesungguhnya ada tiga tigkatan dalam memahami sesuatu :
1.     Tahu. Ini adalah tingkatan yang paling rendah, sebab kita hanya sekedar mengetahui sesuatu dan biasanya hanya permukaannya saja.
2.     Kenal. Tingkatan yang biasanya, sesuatu itu telah kita ketahui lebih dalam namun terkadang masih banyak juga informasi yang belum diketahui.
3.     Paham. Sesuatu sudah kita ketahui sampai seluk-beluknya sehingga si pembuat sudah sangat dekat dengan permasalahan tersebut.
Contohnya :
Informasi tentang Gang Langgar.
1.Tahu
Bedul tahu letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun atau sebelah Bank Clurut.
2.Kenal
Bedul kenal letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun,  banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah dan banyak anak-anak bermain.
3.Paham
Bedul paham letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun, banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah, banyak anak-anak bermain, kalau malam mesin motor yang lewat harus dimatikan, gang paling aman di daerah itu, dibangun oleh H. Kubil dan lain sebagainya.

***
Intinya, bila ingin mulai membuat film – baik film cerita maupun film dokumenter – sebaiknya mulailah mencari ide dari sesuatu yang dekat dengan pembuatnya. Hal yang paling mudah adalah kamar, rumah, tetangga, lingkungan dst. Selain melatih kepekaan dalam menghadirkan ceritanya, juga memudahkan kita dalam menyediakan dan memperlihatkan elemen-elemen visualnya.
Lalu bagaimana bila kita ingin membuat film yang idenya hanya sesuatu yang menarik kita.  Cara satu-satunya adalah dengan melakukan riset terhadap ide tersebut.  Riset ini tidak harus seperti para peneliti, walalupun kalau kita melakukannya seperti peneliti juga akan lebih baik.  Riset di sini maksudnya adalah kita menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin sehingga pembuatnya dapat memahami permasalahannya.






Bahasa Suara
Bahasa suara di dalam film tidak selalu berkonotasi dengan dialog, sebab kalau kita pernah menonton film horor, maka bisa jadi kita dapat ketakutan padahal yang berbunyi adalah derit pintu ataupun hanya suara angin.Lalu kapan suara, terutama dialog dapat digunakan ?
Bila melihat teori produksi film klasik dalam menggunakannya, maka suara dapat digunakan bila :
1. Gambar Tidak Lagi Efektif.
Misalkan kita membuat sebuah gambar laki-laki yang terlihat sedih, maka selama apapun kita memperlihatkannya kepada penonton, maka penonton hanya akan menebak-nebak mengapa dia bersedih. Inilah yang dimaksud bahwa gambar tidak lagi efektif untuk menyampaikan pesan. Maka suara dapat dimasukkan misalnya, “Apa salahku sayang, hingga engkau sudi meninggalkanku ?”. Dengan cepat penonton bisa menebak bahwa lelaki tersebut sedang bersedih karena patah hati.
2. Gambar Tidak Lagi Efisien.
Misalnya, film Wiro Sableng di mana pada sequence awal penonton disuguhi adegan-adegan mendetil yang menjelaskan siapa sebenarnya Wiro Sableng, mulai dari bapak-ibunya maupun nenek yang juga sekaligus gurunya, Sinto Gendeng.
Pada pertengahan film, Wiro Sableng berkelahi dengan Tapak Gajah yang akhirnya dapat dikalahkannya. Dalam keadaan sekarat, Tapak Gajah bertanya siapa sesungguhnya Wiro Sableng karena dia mengenal sekali jurus-jurus yang digunakan.
Bayangkan kalau penonton harus disuguhi lagi sebuah flashback adegan-adegan awal, selain durasi film yang akan bertambah panjang, juga akan membuat informasinya tidak efisien (bertele-tele). Padahal akan lebih fungsional bila dibuat adegan Wiro Sableng menjawab : “Aku adalah murid Sinto Gendeng”.
3. Sebagai Penunjang Realitas Gambar.
Misalkan ada sebuah gambar jalan raya, maka agar realitasnya harus ada suara mobil, motor maupun atmosfir lainnya.
Selain teori produksi film dalam membahas penggunaan suara, maka ada fungsi lain dalam menggunakan suara yaitu :
1. Pembentuk Ruang
Misalkan gambar yang diperlihatkan penonton adalah sebuah ruang kelas, maka ketika suara atmosfer yang diperdengarkan adalah suara deburan ombak, maka penonton akan berasumsi bahwa sekolah tersebut ada di dekat pantai.
2. Pembentuk Waktu
Misalkan gambar yang diperlihatkan penonton adalah sebuah perkampungan pada malam hari, maka ketika diperdengarkan suara ayam berkokok, maka penonton akan berasumsi bahwa pada saat itu sekitar jam setengah tiga pagi.
Contoh lain, adegan yang diperlihatkan penonton adalah seorang ibu yang sedang menyulam, maka ketika suara yang diperdengarkan adalah dentang bel dua kali, maka penonton akan berasumsi bahwa pada saat itu jam dua.
3. Pembentuk Suasana & Dramatik.
Suara bisa menambah suasana, sebenarnya sering dilakukan oleh para pembuat film pemula, yaitu dengan menggunakan musik. Sayangnya seringkali penggunaannya tidak proporsional alias kebablasan. Namun sesungguhnya dalam membentuk suasana tidak selalu suara musik yang dapat digunakan, efek suara seperti angin juga dapat membentuk suasana sejuk ketika gambar yang diperlihatkan adalah pegunungan dan hamparan hijau sawah. Sedangkan untuk menambah dramatisasi, seperti yang dicontohkan di awal pembahasan yaitu suara derit pintu dalam film horor akan menambah rasa mencekam.
* * * * *
Untuk sekedar mengingatkan bahwa saat menulis skenario, pembuat film seharusnya menuliskan deskripsi peristiwanya terlebih dahulu dibandingkan sibuk memikirkan dialognya. Dalam film cerita, dialog bisa jadi penting namun akan lebih bermanfaat bila kita dapat menjabarkan peristiwanya dengan detil dan jelas.
Bahasa Visual
Seringkali dalam benak kita muncul banyak pertanyaan ketika menonton film-film Indonesia, baik film cerita panjang maupun film dokumenter. Mengapa banyak film yang membosankan saat ditonton ? Mengapa tidak seperti film Hollywood, walaupun banyak ngomong tapi tidak membosankan ? Mengapa begini dan mengapa begitu ? Mungkin masih banyak lagi kata ‘mengapa’ yang dialamatkan kepada film Indonesia.  Setidaknya pertanyaan tersebut ditujukan pada film-film kawan-kawan kita di tingkat SMA yang mungkin pernah mengikuti workshop-workshop film di kotanya.  Ataupun film-film dokumenter yang ‘katanya’ dibuat oleh para pemenang festival ini dan itu, namun kalau ditonton, mengapa kurang menarik ?
Jawabannya memang tidak sederhana, sebab akan ada begitu banyak sumber yang memungkinkan menjawab kondisi tersebut.  Namun untuk mengawalinya perlu dikembalikan lagi ‘makhluk film’ ini pada ‘takdir’ dasarnya.  Ambil saja contoh, mengapa kalau kita menonton film-film Charlie Chaplin ataupun seri televisi dari Mr. Bean, walaupun nyaris tanpa suara (dialog) namun kita dapat mengerti dan tidak membosankan ?  Padahal ceritanya sangat sederhana.  Jawaban pendeknya adalah bahwa film Indonesia sekarang ini terlalu bertumpu pada dialog (film cerita) ataupun wawancara dan narasi (film dokumenter).  Secara tidak disadari film yang menggunakan pola dengan dialog dan wawancara yang tidak proporsional akan cenderung menggurui penontonnya dan menganggap bahwa penontonnya bodoh.
Sebagai bangsa, kita dianggap terbiasa bertutur secara verbal, namun seringkali secara tidak kita sadari sering melakukan komunikasi dengan bahasa non-verbal terutama bahasa visual. Misalnya saja di Jakarta untuk memberitahukan bahwa ada seseorang yang meninggal, maka kita tidak perlu memberitahukan kepada setiap orang di sekitar kita dengan telpon ataupun sms, namun bisa juga menggunakan bendera kuning dari kertas minyak yang diikat di tempat-tempat yang mudah dilihat orang.
Tapi apa bahasa visual itu ?
Secara sederhana bahasa visual adalah sebuah sarana penyampaian kepada penonton menggunakan hal-hal yang dapat ditangkap secara kasat mata. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan bahasa visual ini, sebab bila dipahami hal tersebut memiliki tiga tingkatan.
1. Universal
Bahasa visual tingkat pertama, biasanya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya bila kita perlihatkan kepada penonton hal-hal yang bersifat kebendaan maka kita bisa merekam benda-benda seperti sabun, gelas, koran, sapu dan lain sebagainya.  Ataupun kita juga dapat memperlihatkan hal-hal yang bersifat tindakan seperti minum, mandi, duduk, tidur dan lain sebagainya yang kita lakukan sehari-hari.
Gelas
Minuman Kaleng
Sabun
Minum
Makan

2. Lokal / Sektoral
Kita bisa memperlihatkan burung merpati putih terbang.  Bisa jadi di Indonesia penontonnya akan menganggap bahwa artinya adalah kebebasan, namun bagaimana dengan tempat lain seperti di Thailand, hal tersebut dianggap sebagai tanda kematian.  Pada hal-hal yang sifatnya benda juga dapat kita tinjau, misalnya untuk tanda kematian di wilayah Jabodetabek kita dapat menonjolkan bendera kuning, namun bila ditonton oleh masyarakat dari Surabaya, mungkin mereka tidak akan paham.
3. Ketiga, bahasa visual yang bersifat personal. Bahasa visual ini hanya berlaku bagi diri kita sendiri sang pembuat filmnya.
Lalu bagaimana menyampaikan bahasa visual di tingkat kedua dan ketiga ?
Sebenarnya kalau untuk latihan, usahakan agar bisa membuat film-film yang  menggunakan bahasa visual bersifat universal. Namun bukannya kita tidak bisa menggunakan tingkat kedua dan ketiga. Bisa saja dengan cara mengulang informasi tersebut hingga penonton memahami apa yang ingin kita sampaikan. Tetapi untuk bisa mengulang satu informasi, kecenderungannya durasi film yang dibutuhkan akan lebih lama dari 5 menit.
Produser
Apa itu Produser?
Produser adalah seseorang yang membuat film dan bertanggung jawab atas filmnya secara langsung dan melaksanakannya secara sadar.
Tugas dan Tanggung jawab Produser
Tugas dan Tanggung jawab Produser:
1.     Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi.
2.     Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film.
3.     Menyusun rancangan produksi.
4.     Menyusun rencana pemasaran.
5.     Mengupayakan anggaran-dana untuk produksi.
6.     Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari semua departemen.
7.     Bertanggung jawab atas kontrak kerja  secara hukum dengan berbagai pihak dalam produksi yang dikelola.
8.     Bertanggung jawab atas seluruh produksi

Hak-hak Produser
Hak-hak Produser:
1.     Memilih dan menetapkan penulis skenario dan sutradara.
2.     Menetapkan pemain dan kru produksi utama berdasarkan calon yang telah ditetapkan dalam rancangan produksi dan juga berdasarkan usulan sutradara dan manajer produksi.
3.     Mengarahkan dan memberikan panduan (guide) kepada manajer produksi serta meletakkan dasar-dasar strategi bagi pelaksanaan produksi dan pengelolaan produksi (administratif).
4.     Mendapatkan laporan dari semua departemen (progress report).
5.     Berhak memberikan keputusan bila terjadi konflik di lapangan, terutama bila kegiatan produksi terganggu.
6.     Memberhentikan/mengganti pemain/kru produksi apabila terbukti terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan produksi tersebut yang merugikan produksi.
7.     Memberikan keputusan atas konsep kreatif sutradara yang menyimpang dari rancangan produksi.
8.     Menghentikan produksi apabila dalam pelaksanaan produksi terjadi penyimpangan dari yang telah disepakati.

Penulis Skenario
Penulis Skenario adalah sineas profesional yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuatan film dalam bentuk (format) naskah (skenario).
Tugas dan Kewajiban Penulis Skenario
Tugas dan Kewajiban Penulis Skenario:
1.     Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah/skenario atas dasar ide cerita sendiri atau dari pihak lain.
2.     Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic story), treatment dan skenario, atau bisa langsung menjadi skenario.
3.     Bekerja dari tahap pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (praproduksi).
4.     Membuat skenario dengan format yang telah ditentukan.
5.     Menjadi narasumber bagi pelaksana produksi bila diperlukan.
6.     Penulis Skenario adalah orang yang mempunyai keahlian membuat transkripsi sebuah film. Membuat film dalam bentuk tertulis.

Hak-hak Penulis Skenario
Hak-hak Penulis Skenario:
1.     Mendapatkan bahan acuan yang memadai sesuai dengan yang telah disepakati untuk menunjang penulisan scenario.
2.     Mendapatkan kelengkapan bahan acuan penulisan scenario dalam bentuk; melakukan riset literature dan/atau riset lapangan.
3.     Apabila bahan acuan penulisan scenario dilakukan secara tim, maka nama anggota tim yang terlibat berhak untuk dicantumkan dalam credit title.
4.     Mendapatkan waktu yang memadai untuk melaksanakan proses riset dan penulisan scenario.
5.     Menerima pertimbangan dari pihak lain apabila ada pengurangan, perubahan dan penambahan materi dasar dalam scenario (antara lain; ide dasar, plot, dialog, karakter tokoh-tokoh dan lain sebagainya).
6.     Namanya tercantum dalam credit title dan bahan publikasi lainnya (publicity material).
7.     Apabila scenario ditulis oleh sebuah tim, maka nama anggota tim yang terlibat dicantumkan dalam credit title.







Contoh Format Skenario
I. Halaman Muka
PT. ALPHABET FILM
“ABCD”
Ide Cerita & Penulis Skenario
AC/DC
II. Isi
01. INT. RUMAH MAKAN – SIANG
Tampak terlihat beberapa orang sedang menikmati hidangan di rumah makan tersebut. ROMI (25) terlihat duduk sambil menelepon seseorang lewat HP miliknya. Pakaiannya seperti seorang eksekutif muda.

(OS)
Sate padangnya satu, sate kambing satu..
Lalu muncul beberapa orang bergaya mafia. Berjalan SLOW MOTION. Kemudian mereka pun duduk di salah satu tempat.
FADE OUT
FADE IN
02. INT. KAMAR ROMI - SIANG
Kamar yang terlihat begitu berantakan. Beberapa pakaian, buku, majalah, CD dan kaset berantakan dimana-mana. Beberapa dinding kamar itu terpampang poster grup band terkenal. Romi terlihat tertidur pulas.
CUT TO
Sutradara
Sutradara menduduki posisi tertinggi dari segi artistik. Ia memimpin pembuatan film tentang bagaimana yang harus tampak oleh penonton. Sutradara harus mampu membuat film dengan wawasan, sense of art, serta pengetahuan tentang medium film, untuk mengontrol film dari awal produksi sampai dengan tahap penyelesaian.
Posisi Sutradara & Monitor
Beberapa bulan terakhir ini saya sedang tidak percaya dengan sebuah monitor saat produksi. Film saya yang terakhir saya selesaikan tanpa melihat monitor. Beberapa kali mengerjakan tugas penyutradaraan di kampus, saya juga mengabaikan monitor. Saya merasa lebih nyaman untuk mengoreksi acting pemain saya langsung dari sebelah kamera, dengan cara ini juga menuntut saya menjadi lebih percaya dengan kameramen saya. Mungkin hanya karena saya sedang belajar fokus pada sebuah acting, bukan pada mise en scene seperti biasanya. Ditambah juga saya sedang tidak harus mempertanggungjawabkan apa yang saya kerjaankan kepada orang lain.
Cara yang sedang saya gemari ini jelas bukan sebuah cara yang baru, justru cara yang sangat klasik yang selalu dilakukan oleh semua sutradara jaman sebelum ditemukan video sender untuk mengantarkan gambar dari kamera ke sebuah monitor. Karena itulah setiap ada kesempatan bertemu sutradara generasi tua (yang sempat melewati jaman belum bisa memakai monitor), saya pasti tergoda untuk menanyakan hubungan director dan monitor ini. Senin (24/3/08) kemaren saya kembali berkesempatan bertemu Im Kwon Taek saat kuliah.
Ifa Isfansyah : Dimanakah posisi anda saat menyutradarai film?
Im Kwon Taek : Sebanyak 69 judul film saya selesaikan dengan hanya berada di sebelah kamera, selebihnya (31 judul) saya selesaikan dengan sesekali melihat monitor karena sudah ditemukan fasilitas itu. Saya akui monitor memang sebuah alat yang efektif untuk seorang sutradara mengoreksi gambar. Tapi saya tidak terlalu percaya dengan apa yang saya lihat di monitor. Saya lebih percaya dengan apa yang saya lihat langsung dengan mata saya. Pertanyaan bagus.
Tahap Pra Produksi
1. Interpretasi Skenario (script conference)
a. Analisa skenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik, penyajian informasi, dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik film.
b. Hasil analisa didiskusikan dengan semua Kepala Departemen (sinematografi, artistik, suara, editing) dan Produser untuk merumuskan konsep penyutradaraan film
2. Pemilihan Kru
Sutradara dan Produser memilih dan menentukan Kru yang akan terlibat di dalam produksi.
3. Casting
Sutradara menentukan dan melakukan casting terhadap para pemain utama dan pendukung yang dibantu oleh Asisten Sutradara dan Casting Director.
4. Latihan/rehearsal
a. Kepada pemain utama, sutradara menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan yang ada di dalam skenario, lalu mendiskusikannya dengan tujuan untuk membangun kesamaan persepsi karakter tokoh antara sutradara dan pemain utama.
b. Sutradara melakukan pembacaan skenario (reading) bersama seluruh pemain untuk membaca bagian dari dialog dan action pemain masing-masing.
c. Sutradara melakukan latihan pemeranan dengan pemain utama.
d. Sutradara melakukan evaluasi terhadap hasil latihan pemeranan yang telah direkam sebelumnya.
5. Hunting
a. Hunting lokasi bersama Penata Fotografi, Penata Artistik, Asisten Sutradara, dan Manajer Produksi
b. Menentukan lokasi yang akan digunakan shooting berdasarkan diskusi dengan Penata Fotografi, Penata Artistik, dan Penata Suara.
c. Sutradara memastikan lokasi berdasarkan semua aspek teknis.
6. Perencanaan shot dan blocking/planning coverage dan staging
a. Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada di skenario.
b. Sutradara membuat ilustrasi staging pemain dan peletakan kamera ke dalam bentuk floorplan.
c. Sutradara membuat storyboard dibantu oleh storyboard artist.
7. Praproduksi Final (Final Preproduction)
Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama-sama dengan crew dan pemain utama untuk persiapan shooting yang terkait dengan teknis penyutradaraan dan artistik.
Tahap Produksi
1.     Berdasarkan breakdown shooting, sutradara menjelaskan adegannya kepada Astradara (Asisten Sutradara) dan Kru utama lainnya tentang urutan shot yang akan diambil (take).
2.     Mengkoordinasikan kepada Astrada untuk melakukan latihan blocking pemain yang disesuaikan dengan blocking kamera.
3.     Sutradara memberikan pengarahan terhadap pemain apabila dirasa kurang dalam akting.
4.     Sutradara mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam hal kreatif apabila ada persoalan di lapangan.
5.     Melihat hasil shooting




Tahap Pascaproduksi
1.     Bila ada catatan khusus dari laboratorium (untuk produksi film) atau Editor, Sutradara melihat dan mengevaluasi hasil shooting/materi editing.
2.     Melihat dan mendiskusikan dengan Editor hasil rought cut dan fine cut.
3.     Melakukan evaluasi tahap akhir dan diskusi dengan penata musik tentang ilustrasi musik yang telah dikonsepkan terlebih dulu pada saat praproduksi. 
4.     Melakukan evaluasi dan diskusi jalannya mixing berdasarkan konsep suara yang telah ditentukan pada saat praproduksi.
5.     Berdasarkan konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, Sutradara melakukan koreksi warna di laboratorium/studio, setelah berdiskusi dengan Produser dan Penata Fotografi.

Jadilah Sutradara Film
Berikut ini adalah bocoran dari rencana Ifa Isfansyah dalam menulis sebuah bukunya:
Busan, 26 Februari 2008
Liburan musim dingin benar-benar sangat lama. Setelah stock rasa kesepian saya sudah habis beberapa bulan yang lalu, sekarang giliran stock rasa bosan saya yang habis. Benar-benar sudah tidak bisa lagi merasakan bagaimana rasa bosan itu. Akhirnya (waktu) Korea benar-benar berhasil saya bunuh dengan sebuah kegiatan yang mempesona : menulis buku.
Ya, saya menulis sebuah buku dengan judul yang sangat dahsyat : JADILAH SUTRADARA FILM : SEBUAH PANDUAN UNTUK GENERASI PENERUS PERFILMAN INDONESIA. Hahahahaha…Sebuah judul yang sangat sombong!!! Saya suka!! Alhamdulillah, akhirnya saya sombong. Mudah-mudahan kalo sudah cetak nanti bisa selesai dibaca sambil cengar cengir oleh para generasi penerus perfilman Indonesia yang sekarang mungkin masih SMP/SMA.
***
Dan berikut ini cuplikan (3%) dari buku “sombong” yang saya tulis untuk membunuh (waktu) Korea. Kabar buruknya adalah saya tidak tahu kapan buku ini akan terbit. Saya juga tidak tahu apakah ada penerbit yang tertarik. Dan saya juga tidak tahu kapan saya punya uang untuk menerbitkan buku ini sendiri. Yah..maklum, orang sombong yang masih pemula. Sombong tapi gak ada modal. Mungkin saya akan lebih belajar lagi untuk lebih menjadi sombong yang bertanggung jawab, maksudnya sombong yang dibarengi dengan kekuatan modal. Amin.
Langkah ke-0 : Sebelum Membuat Film
Jangan terburu-buru membuat film. Yang terpenting adalah kamu tahu dan sadar bahwa kamu ingin menjadi seorang sutradara. Memang benar untuk bisa disebut sutradara adalah kita harus membuat film. Tapi film hanyalah media dan pilihan untuk menyampaikan apa yang kamu tahu dan ada di kepalamu, jadi kalo kamu tidak tahu apa-apa filmmu juga nanti tidak akan berarti apa-apa. Yang harus kamu lakukan pertama kali adalah bahwa kamu harus yakin suatu saat nanti kamu akan menjadi seorang sutradara besar. Mulai sekarang, apa yang kamu lakukan adalah perjalanan hidupmu untuk meraih impianmu itu. Semakin kontroversial, kisah perjalanan hidupmu menuju sutradara semakin menarik. Kamu harus sadari itu. Sabar dulu, jangan terburu-buru membuat film. Karena film pertama itu sangat penting untuk orang menjadi tahu siapa dirimu. Sekarang beraktifitaslah seperti biasa, hanya saja dalam sebuah kesadaran bahwa suatu saat nanti kamu akan menjadi seorang sutradara.
Kamu bisa buktikan ini. Carilah tahu siapa Steven Spielberg dulu pada waktu remaja, siapa Jean-Luc Godard pada saat SMP. Siapa Garin Nugroho pada waktu masih hidup di Jogja. Tidak ada yang langsung membuat film.
Garin Nugroho saat di Jogja adalah .....
Langkah ke-13 : Nonton Film Jelek
Jangan anggap remeh langkah ini. Paksa mata dan hatimu untuk menonton film jelek hingga selesai, ini sangat penting. Mintalah referensi film jelek kepada temanmu. Atau mintalah reverensi film bagus kepada temanmu yang selera filmnya berbeda dengan kamu. Saya tidak akan menyarankan kamu untuk menonton film bagus, karena kamu pasti sudah melakukan tanpa saya sarankan. Tapi sekali lagi saya mohon, tontonlah film jelek. Saya tidak perlu kasih referensi disini, banyak sekali film jelek di Indonesia dan manfaatkanlah itu menjadi sebuah kelebihan. Dan yang paling penting adalah paksa dirimu menonton hingga film itu selesai.
Dalam menonton jadikanlah dirimu benar-benar sebagai penonton. Bukan kritikus atau bahkan pembuat film. Harus menonton dan dengan iklas menerima apa yang ada film itu. Jangan biarkan otakmu ataupun mulutmu mengejek film itu atau bahkan menjelek-jelekkan film itu kepada orang lain. Tapi terimalah film itu dengan iklas setelah selesai menonton, jangan ucapkan sepatah katapun. Ini pekerjaan susah, ini tantangan. Kalopun kamu liat sebuah film horor yang setannya pake celana jeans, kamu harus diam. Kalopun kamu liat film tentang anak SMP tapi aktornya kumisan, kamu harus diam. Jangan ketawa!!! Ketawa itu artinya mengejek di permainan ini, kamu kalah kalo tertawa. Begitu seterusnya. Dan kalopun kamu ketahuan temanmu bahwa kamu menonton film yang masya Allah jelek itu, jangan malu. Cukup senyum saja bila di tanya. Ingat, ini latihan, jangan menjelek-jelekkan film orang lain walaupun setelah itu kamu muntah di kamarmu. Kalopun kamu benar-benar tidak bisa diam dan ingin mengeluarkan sesuatu yang ada di pikiranmu setelah menonton, maka catatlah. Kamu masih punya catatan kecil di sakumu. Yang perlu kamu lakukan adalah ingat baik-baik nama sutradara film itu. Sesuatu yang harus kamu pelajari dari kasus ini adalah bahwa suatu saat nanti kamu sangat mungkin membuat sebuah film yang jelek. Padahal kamu sudah berusaha sebaik mungkin tapi filmmu tetep saja jelek, ini sangat mungkin terjadi. Segeralah tebus kesalahanmu itu dengan membuat film bagus. Kalopun kamu akhirnya menjadi seorang sutradara yang membuat film setan bercelana jeans itu, paling tidak kamu tidak menjelek-jelekkan film orang lain. Ini penting.
Langkah ke-14 : Olah Raga
Nah, kamu butuh olah raga. Paling tidak setelah kamu meluangkan waktu untuk menonton TVRI di langkah ke-12 dan dengan sukses menonton film jelek di langkah ke-13, pasti kamu mengalami kondisi stress yang berlebih. Maka berolah ragalah agar pikiranmu tenang. Bisa jadi kamu mengalami kondisi kejiwaan yang parah setelah menonton dua hal tersebut dan mengalami emosi yang sangat luar biasa, ingin membanting TV, ingin menjungkir balikkan tempat tidur sampai ingin melempari kaca kantor PH yang memproduksi film tersebut. Percayalah, dengan berolah raga akan mengalihkan semua energi emosimu. Kamu akan merasa segar kembali untuk melaksanakan aktifitas yang lain berhubungan menyiapkan fisik dan mentalmu untuk menjadi seorang sutradara besar.
Pilihlah olah raga yang kamu suka. Mulai dari bermain basket, sepak bola sampai lari-lari kecil di halaman depan. Tapi saya sarankan untuk berlatih berenang, jangan takut air. Jangan sampai kamu yang tidak bisa berenang dan takut melihat air suatu saat nanti ingin membuat film dengan judul Air Merah. Jangan sampai itu terjadi dengan kamu, kamu harus dekat dengan space yang ada di filmmu. Belajarlah berenang jika kamu besok suatu saat punya keinginan membuat film tentang air, ini investasi. Banyak sekali sutradara yang tidak bisa bermain bola tapi membuat film tentang sepak bola atau tidak pernah naik kereta api tapi suka dengan setting kereta api yang katanya alat transportasi paling romatis. Kamu harus menjadi sutradara yang dekat dan paham betul dengan sesuatu yang kamu kerjakan.
Kalo kamu tipe orang yang alergi olah raga, maka jangan lakukan dulu langkah ke-12 dan 13, berbahaya.




Langkah ke-24 : Kenali Agamamu
Mungkin terdengar aneh dan tiba-tiba menjadi sok moralis dan religius. Tapi ini benar dan tidak salah cetak, kenalilah agamamu! Bagaimanapun agama itu penting. Paling tidak kamu harus tahu seperti apa agamamu itu mengatur hidupmu. Apa yang dilarang oleh agamamu, apa yang dianjurkan oleh agamamu. Yang islam pergilah ke masjid, yang katolik atau kristen pergilah ke gereja, demikian juga agama yang lain. Minimal kamu tahu dasar-dasar ajaran agamamu. Kalopun ada sesuatu yang kamu tidak setuju tentang apa yang diajarkan di dalam agamamu, tanyakan ke yang lebih tahu. Cobalah baca kitabmu, cari tahu apa yang ada disana.
Selain itu, kamu juga boleh untuk mencoba mengerti apa yang diajarkan agama lain, bahkan kamu sangat boleh untuka membandingkan. Cobalah temui temanmu yang mengerti agama lain. Ajaklah berdiskusi. Jangan berdebat dan kemudian saling membenci agama masing-masing. Agama adalah masalah sensitif, tapi jadikanlah ini menjadi ringan. Bicarakan agama dengan temanmu seperti kamu membicarakan masalahmu dengan pacarmu. Dan sadari betul bahwa ini kamu lakukan bukan untuk menjadi ahli agama, tapi untuk menjadi seorang sutradara. Kalo kamu temukan sesuatu yang menarik di agamamu atau agama orang lain, catat. Kamu masih mempunyai catatan kecil rahasia kita kan di sakumu?
Kalo kebetulan kamu orang yang tidak percaya dengan agama dan memutuskan untuk tidak memiliki agama, itu tidak masalah. Yang harus kamu lakukan adalah temukan alasan kenapa kamu menjauhi agama. Argumenmu harus lebih kuat daripada apa yang ada di agama itu sendiri. Kamu adalah calon sutradara, calon pemimpin. Apa yang kamu lakukan bisa jadi dilakukan oleh orang lain. Makanya kamu harus selalu punya alasan yang orang lain bisa mengerti.
Langkah ke-25 : Nongkrong di Lokalisasi
Sekarang kamu boleh jalan-jalan ataupun sekedar duduk di daerah yang tidak moralis, carilah lokalisasi terdekat di kotamu. Kamu kan sudah belajar tentang agama sebelumnya, jadi langkah ini aman untuk dijalani. Saya sarankan untuk lebih aman lagi, jangan bawa uang. Di lokalisasi ini semuanya sangat filmis. Kamu harus bisa tangkap itu. Bagaimana dialog-dialog antara pedagang dan konsumen sangat menarik, atau bahkan sekedar cara mereka menawarkan dagangan. Bersikaplah seperti orang biasa, jangan tegang dan jangan mencatat di tempat itu juga. Kamu harus gunakan daya ingatmu dengan baik di sini. Kalo kamu temukan yang menarik, kamu catat setelah kamu keluar dari daerah itu.
Kemungkinan terburuk adalah kamu bertemu dengan tetanggamu. Dan saya kembali menyarankan, jawablah dengan jawaban seperti yang teman-teman di usiamu lakukan, seperti “sedang penelitian” atau “lagi jadi volunter sebuah LSM”. Jangan karena saking paniknya kamu jawab “lagi refreshing” seperti yang saya lakukan dulu. Itu bisa menyebabkan salah paham yang berkepanjangan. Atau juga jangan kamu jawab dengan jujur “saya kan mau jadi sutradara, jadi harus ke lokalisasi”, itu juga terdengar aneh. Kamu harus sadar bahwa calon profesimu itu beda dengan profesi-profesi yang lain. Jadi masih terdengar aneh jika ada orang mau jadi sutradara. Selain karena langkah ini juga bukan langkah wajib, ini langkah pilihan, tapi penting.
Yang perlu kamu lakukan adalah berada di tempat itu, merasakan dan melihat apa yang sebenarnya terjadi disana. Bagaimana mereka menjalani pekerjaan mereka. Lebih baik lagi kalo kamu bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Sebelum ini mungkin kamu merasa bahwa lokalisasi adalah sebuah tempat yang penuh dengan dosa dan hal-hal negatif lainnya. Tapi kamu akan menjadi tahu bahwa disana penuh juga dengan kesedihan, keputusasaan, penyesalan, rasa takut dan keterpaksaan di balik kedipan mata mereka.






Langkah ke-.... : Jalan-jalan dengan Film-mu
Langkah berikutnya adalah langkah yang paling asyik dan menyenangkan, tour with your film. Intinya adalah sebuah film harus di tonton. Jadi mulailah jalan-jalan dengan filmmu. Kemanapun kamu pergi, pastikan di dalam tas membawa DVD filmu. Kalo ada kesempatan bertemu dengan orang yang layak untuk kamu beri, berikanlah. Tapi pakailah strategi. Kamu harus dikenal sebagai sutradara, bukan sales DVD. Jadi tetaplah punya harga diri sebagai seorang sutradara, tidak asal ketemu dan langsung memberi film seperti seorang mahasiswa sekolah film pada umumnya. Ingat, sutradara bukan mahasiswa sekolah film.
Langkah ke-.... : Festival
Festival adalah cara yang paling tepat. Di acara inilah pestanya para orang film. Cari tahulah festival-festival yang penting untuk perjalanan karirmu. Baik di dalam negeri ataupun luar negeri.
Jika di ibaratkan bahwa sebuah festival adalah perjalanan karirmu sebagai seorang pembuat film, maka jangan mulailah dari atas. Hindari dulu festival-festival kelas A. Carilah dulu festival yang paling dekat dengan lingkunganmu. Kalo memang di tingkat RT rumahmu ada festival film, daftarkan filmu. Pokoknya mulailah dari yang paling bawah. Daftarkan filmmu ke festival film yang ada di Indonesia. Manfaatkanlah internet, carilah dari situ.
Banyak pembuat film yang mengikutkan filmnya ke sebuah festival untuk mencari kemenangan, kamu jangan lakukan ini. Ikutkanlah sebuah festival film agar filmmu di tonton orang dan di apresiasi di sebuah tempat yang tepat. Kemenangan? Itu bonus, bukan tujuan. Jika filmmu berhasil diputar di sebuah festival maka hadiri festival itu dengan senjatamu : DVD yang ada di tasmu. Siapa tahu di festival itu kamu akan bertemu orang yang kamu anggap harus melihat filmmu. Minimal tulislah nama judul film dan alamat email di DVD filmmu. Kalo memang dirasa perlu buatlah kartunama dan cantumkan pekerjaanmu : filmmaker.
Dibawah ini saya catat beberapa sebab kenapa pembuat film tidak mengirimkan filmnya ke festival :
1. Tidak tahu informasi mengenai festival film
Filmmaker yang mempunyai alasan seperti ini termasuk dalam kategori susah untuk di tolong karena termasuk seorang filmmaker yang malas. Informasi tentang festival film jelas tersebar luas di internet. Salah satu cara selain mencari sendiri di internet adalah dengan cara ikut milis yang berhubungan dengan film seperti dunia film, indomovie, konfiden, indonesian filmmaker dsb. Di milis itu banyak informasi tentang sebuah festival film. Atau bisa bisa masuk : filmfestivalworld.com. Bisa juga menjadi member shortfilmdepot.com atau reelport.com. Di beberapa website itu banyak sekali informasi tentang festival film.

2. Terlalu banyak informasi sehingga tidak tahu festival mana yang akan diikuti
Ini alasan yang sangat logis. Banyak sekali festival film di dunia ini. Tapi paling tidak bisa dimulai dari yang paling dekat. Di Indonesia ada festival film pendek yang diselenggarakan oleh Konfiden (Komunitas Film Independen), daftarkan filmmu dan hadiri festival itu. Kalo kamu berasal dari luar Jakarta dan kebetulan punya uang cukup, naiklah kereta ekonomi. Ingat perjalananmu akan semakin menarik menjadi biografi jika nanti kamu menjadi seorang sutradara besar. Selain itu banyak juga festival yang lain seperti Mafvie Fest di Malang, Jember Film Festival, Festival Film Dokumenter di Jogja, Ok Video, Hello Fest dan banyak lagi. Ingat, jangan mengikutkan sebuah film di festival untuk mencari kemenangan.
Setelah kamu puas filmmu jalan-jalan di dalam negeri, cari tahulah festival-festival yang ada di luar negeri. Jangan dulu festival kelas A seperti Berlin, Venice ataupun Cannes. Mulailah dari yang paling dekat seperti Singapore Int’l Film Festival atau Cinemanila Film Festival. Setelah itu kamu bisa mencoba ke festival seperti Pusan Int’l Film Festival, International Film Festival Rotterdam, Short-Short Film Festival di Tokyo, Clermont-Ferrand Short Film Festival, Hamburg Int’l Short Film Festival atau Oberhousen Short Film Festival. Kalo sudah berhasil diputar di beberapa festival seperti ini, biasanya filmmu akan jalan-jalan dengan sendirinya. Kamu hanya tinggal membuka email untuk mengecek programmer-programmer yang meminta filmmu.
3. Mahal
Iya, memang mahal untuk mengirim DVD preview copy dari Indonesia ke sebuah festival di luar negeri. Beberapa solusi yang saya lakukan adalah : Titip. Biasanya dari Indonesia pasti ada yang berangkat ke sebuah festival penting di luar negeri. Carilah informasi itu dan titipkan film kamu. Kalo kamu ingin menjadi seorang penitip yang tidak bertanggung jawab ya titiplah begitu saja. Tapi kalo kamu ingin menjadi penitip yang sedikit bertanggung jawab, bukalah website festival yang akan di datangi orang yang kamu titipi itu. Carilah guest list yang ada di website itu dan catatlah nama dan hotel tempat menginap tamu tersebut. Setelah itu kamu bisa siapkan amplop-amplop berisi filmmu yang sudah tertata rapi berdasarkan hotel tempat tamu itu menginap. Atau berikanlah filmmu dan percayakan bahwa filmmu akan diberikan kepada programmer yang hadir di festival itu. Cara yang lain adalah dengan mengajak teman untuk mendaftarkan ke sebuah festival yang sama. Semakin banyak teman yang bisa kamu ajak, maka biaya pengiriman akan jauh lebih murah.

4. Mutung
Apa sih bahasa Indonesianya? Tapi mutung adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sebab ini. Ini adalah sebab psikologis seseorang tidak mengirimkan filmnya ke sebuah festival. Biasanya filmmaker yang seperti ini mendaftarkan filmnya di sebuah festival untuk mencari kemenangan. Di saat filmnya ternyata tidak menang ia menjadi mutung untuk mengikutkan filmnya ke sebuah festival film yang lain. Bahakan parahnya lagi filmmaker seperti ini biasanya terus memusuhi sebuah festival film. Hanya doa dan bujukan pacar yang bisa menyelesaikan masalah ini.

Ada yang penting juga, carilah festival yang bisa memberi tiket jika filmmu berhasil diputar seperti : Short-Short Film Festival di Jepang, Almaty Int’l Film Festival di Kazakhstan, Hongkong Independent Film-Video Award dan masih banyak lagi. Begitu kamu ada kesempatan ke luar negeri, bawalah senjatamu : DVD, kartunama dan broken english-mu. Jadilah Sutradara!
Langkah ke-.... : Bersahabat dengan Programmer
Profesi ini mungkin belum di kenal di negara kita. Tapi seorang programmer adalah jabatan yang sangat penting dalam sebuah festival. Dia lah yang akan memilih film-film yang akan diputar di festivalnya. Kalo kamu merasa bahwa festival ada;ah jenjang karirmu, maka bersahabatlah dengan programmer. Jangan ada niatan untuk mendekati programmer karena agar filmmu diputar, tidak sama sekali. Tapi bersahabatlah seperti kamu bersahabat dengan temanmu yang lain. Berperilakulah seperti biasa. Pastikan dia memiliki filmu dan menonton, dan bersikaplah seperti layaknya seorang teman kerja atau teman main, jangan ada tendensi apa-apa.
Karena semakin kamu mengenal ...
Departemen Kamera
Pengertian Sinematografi :
Secara sederhana, Sinematografi dapat diartikan sebagai seni dan teknologi dari fotografi gambar bergerak (motion picture photography).
Seni Sinematografi :
1.     Memvisualisasikan sesuai skenario dan konsep penyutradaraan.
2.     Mengkomposisikan sebuah adegan.
3.     Menciptakan look dan mood.
4.     Melukis adegan dan aktor dengan pencahayaan.
5.     Penggambaran setiap shot untuk melebur ke dalam cerita.



Teknologi Sinematografi :
1.     Pemilihan kamera, lensa, dan filter.
2.     Pemilihan bahan baku untuk dapat menetapkan look dari filmnya.
3.     Pemilihan peralatan lampu dan menguasai kondisi lokasi.
4.     Koordinasi dengan personil film dan lighting.
5.     Integrasi dengan spesial efek.
Seorang sinematografer diharapkan menterjemahkan naskah cerita dan konsep sutradara ke dalam imaji visual. Kolaborasi mereka sudah dimulai jauh sebelum shooting dimulai.

Bidang Kerja - Departemen Sinematografi
Praproduksi :
   1. Pemilihan dan tes bahan baku/format digital.
   2. Pemilihan dan tes filter.
   3. Merencanakan pencahayaan.
   4. Identifikasi kebutuhan peralatan.
Produksi :
   1. Jadwal pembagian shot.
   2. Penempatan kamera.
   3. Komposisi shot-shot.
   4. Menjaga kontinuiti visual.
Pascaproduksi :
   1. Penggunaan spesial proses.
   2. Komunikasi dengan laboratorium.
   3. Komunikasi dengan editor.
   4. Komunikasi dengan colorist.
Tim Kerja - Departemen Kamera
Tim Kerja Departemen Kamera :
1. Sinematografer/Pengarah Fotografi/Director of Photography
2. Operator Kamera
3. Asisten Kamera 1 / focus puller
4. Asisten Kamera 2 / clapper loader / DV Engineer
5. Kontinuiti Cahaya / still foto
6. Gaffer
7. Best Boy
8. Electrician
9. Grip
10. Best Boy
Director of Photography (DOP)
Pengertian:
Yang menciptakan imaji visual film adalah sinematografer atau Pengarah Fotografi/PF. Ia adalah orang yang bertanggungjawab terhadap kualitas fotografi dan pandangan sinematik (cinematik look) dari sebuah film. Ia juga melakukan supervisi personil kamera dan pendukungnya serta bekerja sangat dekat dengan sutradara. Dengan pengetahuannya tentang pencahayaan, lensa, kamera, emulsi film dan imaji digital, seorang sinematografer menciptakan kesan/rasa yang tepat, suasana dan gaya visual pada setiap shot yang membangkitkan emosi sesuai keinginan sutradara.


Tugas dan Kewajiban Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP:
Tahap Praproduksi:
1.      Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan penata artistik agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk nyata, dengan menciptakan konsep look dan mood yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan.
2.     Bersama sutradara dan penata artistik menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
3.     Bersama sutradara, penata artistik dan departemen produksi, mengecek dan melihat ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merencanakan letak kamera dan pencahayaan di lokasi. Kemudian membuat floorplan.
4.     Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi persyaratan.
5.     Menjabarkan konsep visual dalam pencapaian look dan mood (mencakup warna, pencahayaan, karakter visual, komposisi yang juga menghasilkan gerak) lebih baik dengan referensi foto/gambar yang selanjutnya didiskusikan dengan personil kamera dan pendukungnya.
6.     Menentukan kebutuhan dan menjamin semua peralatan dengan spesifikasi sesuai dengan desain visual. Kemudian mengkoordinasikan tugas personil kamera dan pendukungnya untuk menyiapkan dan memilih serta menentukan sarana peralatan dan bahan baku yang diperlukan dalam menjalankan tugasnya (membuat breakdown kebutuhan alat sesuai dengan desain floorplan).
7.     Melakukan uji coba peralatan dan bahan baku dengan uji coba filter, make up, kostum, properti dan warna set.
8.     Ikut menentukan laboratorium/studio pascaproduksi (film).

Tahap Produksi:
1.     Mempelajari breakdown script dan shooting script dimana seorang sinematografer dapat mengembangkan checklist di setiap harinya dan merencanakan berapa set up per harinya. Dalam setiap set up sinematografer harus memperhatikan lingkungan dan masalah pencahayaan. Contohnya, jika shooting eksterior, penjadwalan menjadi penting berkaitan dengan pergerakan matahari. Catatan penting: jika masuk set jangan lupa dengan block, light, rehearsal, shot.
2.     Memberikan pengarahan tegas kepada personil kamera sesuai dengan design yang sudah dibuat.
3.     Mengawasi set lampu dan waspada terhadap kontiniti. Mengarahkan dan menjaga kesinambungan suasana (atmosfer) dan format visual serta tata cahaya dari setiap shot. Menuntun dan mengembangkan teknis kreatif pencahayaan sebagai gaya dan perubahan peralatan untuk menerangi area aksi/subyek visual untuk menentukan eksposur yang tepat.
4.     Pada saat sutradara mengarahkan aktornya, sinematografer menyiapkan sudut pengambilan gambar, komposisi sesuai dengan blocking sutradara.
5.     Siap menghadapi perubahan karena situasi tertentu di luar rencana (perubahan cuaca, lingkungan set yang berubah).
6.     Memeriksa laporan kamera (camera report) dan continuity lighting log.
7.     Memberikan petunjuk kepada pihak laboratorium/studio pascaproduksi (film) mengenai processing negative (pencucian dengan bahan kimia) dan pencetakan rush copy/release copy (color grading).
8.     Selalu mengingatkan tanggungjawab keselamatan personil dan seluruh sarana peralatan dan bahan baku yang dipergunakan dalam produksi.
9.     Ikut serta memeriksa hasil release copy untuk koreksi kualitas.
10.  Kebutuhan seorang sinematografer terhadap kontrol akhir melalui color-timing.

Hak-hak Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP:
1.     Mendapatkan jumlah dan kualitas awak/kru produksi, sarana peralatan kerja dan bahan baku sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
2.     Memberikan persetujuan; sarana teknis yang akan digunakan, penetapan hasil-hasil shooting yang baik (OK), memberikan persetujuan atas kualitas hasil cetakan release copy.
3.     Memberikan usul kreatif baik teknis, artistik, dan dramatik kepada sutradara dalam hal perekaman visual untuk mendapatkan hasil yang baik.
4.     Membuat catatan SUP (shot under protest) bila terpaksa merekam visual yang tidak disetujui.
5.     Jika ada perubahan yang mendasar dari konsep awal look film, sinematografer berhak diberitahu sebelumnya.

DOP on Location

Aktifitas apa saja yang dilakukan oleh team kamera dan lighting di lapangan?

Seluruh aktifitas yang dilakukan oleh team kamera dan lighting tidak lepas dari kebutuhan yang tertuang dalam skenario.
Langkah awal Penata Sinematografi (Director of Photography) bersama dengan sutradara menentukan serta memilih sudut penempatan kamera. Acuannya bisa saja didapat dari kesepakatan yang secara bersama sudah diputuskan pada saat hunting location dilakukan, ataupun penentuan yang merupakan penyesuaian dengan blocking pemain dan situasi pada set yang sudah digarap oleh team artistik.
Penempatan sudut penempatan ini juga mungkin saja sekaligus disertai dengan penggunaan sarana pendukung kamera (grip). Misalnya penggunaan dolly, jimijib (crane) ataupun steadicam. Juga pemilihan jenis lensa, filter yang dianggap sesuai dengan kebutuhan adegan.
Langkah berikutnya, Director of Photography berkoordinasi dengan Gaffer dan crew lighting memilih jenis lampu, filter dan berbagai sarana pendukung lainnya, kemudian menentukan peletakannya. Dalam melaksanakan tahapan aktifitas mengacu kepada pola kerja efektif, baik dalam masalah pengaturan waktu, maupun dalam pencapaian targetnya. Tentu saja hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan serta penanganan terhadap peralatan tetap harus terjaga dengan baik.
Terakhir adalah melalui berbagai fasilitas kamera dan penataan cahaya untuk menciptakan karakter gambar yang direncanakan/diinginkan.
Juru Kamera - Operator Kamera
Pengertian Juru Kamera (Operator Kamera):
Juru kamera secara teknis melakukan perekaman visual dengan kamera mekanik ataupun elektronik dalam produksi film di bawah arahan pengarah fotografi dan bertanggungjawab kepadanya. Sutradara juga bekerja sama dekat dengan operator kamera untuk memastikan bahwa pandangan sutradara ditangkap oleh film sebagaimana yang diinginkan. Operator kamera adalah kru dari yang terpilih dalam produksi film yang secara langsung bertanggungjawab dari apa yang terlihat di layar.
Tanggungjawab pribadi adalah menjalankan kamera dan menghentikannya sesuai petunjuk/isyarat dari sutradara. Mengoperasikan kamera sesuai mood cerita dan efisien selama produksi dan menjaga komposisi frame yang pantas. Dalam produksi menggunakan video, juru kamera menggunakan headset yang dihubungkan dengan sutradara. Juru kamera bertanggungjawab kepada pengarah fotografi atas panning dan tilting dari kamera dan menjaga shot frame serta komposisi yang sudah diisyaratkan oleh pengarah forografi dan mempunyai kekuasaan untuk membatalkan shot karena kesalahan gerak kamera, fokus, komposisi, atau berbagai gangguan yang tidak diinginkan dalam frame oleh orang, benda dan lainnya.
Pada proyek film dengan bujet kecil, peran operator kamera biasa dipegang langsung oleh pengarah fotografi. Ia berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan sinematografi dengan bantuan beberapa orang asisten. Sistem Inggris (English System), biasanya memerlukan seorang operator kamera untuk melakukan pembngkaian gambar, karena pengarah fotografi berkonsentrasi penuh terhadap penataan cahaya. Ia menginstruksikan operator kamera tentang penggunaan lensa dan filter yang dibutuhkan, serta gerak kamera yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu lainnya, seperti dolly atau crane.
Tugas dan Kewajiban Juru kamera (Operator Kamera):
Tahap Persiapan produksi:
1.     Menganalisa mood dari skenario dan konsep sutradara. Dengan melakukan pengarahan, melakukan persiapan dan pemeliharaan peralatan kamera serta sarana penunjangnya.
2.     Melakukan uji coba secara teknis atas peralatan dan bahan baku yang akan dipergunakan dalam produksi.
3.     Melakukan koordinasi dengan key grip sehingga secara teknis dan efisien mampu melaksanakan konsep visual dan gerakannya.
Tahap Produksi:
1.     Melakukan perekaman visual secara teknis sesuai arahan pengarah fotografi, baik dalam hal komposisi, sudut pengambilan, gerak kamera dengan segala perubahannya.
2.     Mengkoordinasikan awak/kru kamera dalam melaksanakan tugasnya.
3.     Menjaga dan memelihara peralatan kamera dalam kondisi baik dan siap pakai.

Hak-hak Juru Kamera (Operator Kamera):
1.     Memberikan usulan yang bersifat teknis agar tercapai hasil rekaman yang baik.
2.     Meminta pengambilan ulang bila secara teknis hasil rekaman sebelumnya kurang baik.
3.     Operator kamera berhak untuk mengingatkan setelah pengambilan gambar, seperti menegur pengatur boom atau microphone apabila masuk ke dalam shot, refleksi equipment atau kru pada kaca, fokus yang tidak tajam atau kesalahan fokus lainnya, flare pada lensa, gerak kamera yang kurang halus atau kurang baik, dan hal-hal lain yang dapat mengurangi keindahan shot yang diinginkan. Pada produksi film yang memiliki bujet besar, operator kamera dapat melaporkan segala hal yang menjadi kekurangan setelah selesai melakukan pengambilan gambar.

Departemen Artistik
Pengertian TATA ARTISTIK:
Tata Artistik sebagai seni dan kerajinan (craft) dari cara bertutur sinematik (cinematic storytelling).
Yang termasuk di dalam seni tata artistik:
1. Merancang desain-desain sesuai skenario dan konsep sutradara
2. Menciptakan look dan style
3. Menghadirkan karakter melalui penciptaan lewat makeover elemen artistik
Yang termasuk di dalam kerajinan (craft):
1. Pemilihan material untuk menetapkan look dan style
2. Pemilihan tekstur sesuai kondisi lokasi dan periode
3. Koordinasi dengan personel tata artistik dan anggota produksi film lainnya.
Seorang production designer (perancang tata artistik) diharapkan mampu menterjemahkan skenario dan konsep cerita ke dalam bentuk artistik yang nyata (kasat mata). Kolaborasi sutradara, penata fotografi (DoP) dan production designer sudah dilaksanakan jauh sebelum shooting dimulai.
Tata Artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film.
Setting harus memberi informasi lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan penonton.
1. Setting menunjukkan tentang waktu atau masa berlangsungnya cerita. Apakah dahulu, sekarang, atau di masa mendatang.
2. Tentang tempat terjadinya peristiwa. Di kota, desa, di dalam ruangan, atau di tempat-tempat terbuka. Bagaimana dengan lingkungan masyarakatnya? Adat?
Bidang Kerja - Departemen Tata Artistik
Bidang Kerja Departemen TATA ARTISTIK:
1. Praproduksi
1. Membuat sketsa-sketsa awal
2. Menuangkan sketsa menjadi rancangan desain-desain
3. Menentukan color palette
4. Menentukan konsep artistik secara integral
5. Merancang biaya tata artistik
2. Produksi
1. Menjadwalkan pembagian shot
2. Membuat setting dan property
3. Menjaga kontinuitas artistik
3. Pascaproduksi (pertanggungjawaban tata artistik)
Tim Kerja - Departemen Artistik
Selain profesi di bawah, di dalam departemen tata artistik masih ada beberapa pekerja lain yang mendukung. Diantaranya adalah asisten art director, set decorator, set dresser, property master, property bayer, hair and make up, costum designer, wardrobe dresser, production ilustrator, location manager dan special effect.
Art Director (Penata Artistik)
Pengertian:
Art director secara teknis adalah koordinator lapangan yang melaksanakan eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik/gambar kerja yang menjadi tanggungjawab pekerjaan production designer. Seluruh proses penyediaan material artistik sejak persiapan hingga berlangsungnya perekaman gambar dan suara saat produksi menjadi tanggunghawab seorang art director.
Penyimpangan/perubahan pada saat eksekusi atas rancangan desain tata artistik/gambar kerja minimal harus atas persetujuan production designer atau sutradara terlabih dahulu. Seluruh proses dan hasil kerja seorang art director di bawah kendali/menjadi tanggungjawab production designer.
Pada proyek produksi dengan biaya terbatas, peran art director biasa dipegang langsung oleh production designer. Ia berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan rancangan tata artistik dengan bantuan beberapa orang asisten.
Sistem produksi yang diterapkan di Eropa biasanya diperlukan seorang art director untuk mengeksekusi semua rancangan tata artistik karena seorang production designer berkonsentrasi penuh terhadap tata artistik secara menyeluruh. Production designer menginstruksikan art director dan timnya tentang tata letak seluruh elemen-elemen artistik, baik di dalam set maupun untuk persiapan adegan selanjutnya.
Tugas dan Kewajiban ART DIRECTOR:
Tahap Praproduksi:
1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik sejak persiapan hingga menjelang dilaksanakannya perekaman gambar dan suara di lokasi yang telah ditentukan.
2. Membuat breakdown dan jadwal kerja khusus bidang tata artistik.
3. Menyiapkan elemen-elemen material tata artistik lebih awal sesuai dengan rancangan gambar kerja dari production designer sebagai kesiapan menjelang shooting.
4. Bersama-sama manajer produksi dan asisten sutradara membuat jadwal shooting.
Tahap Produksi:
1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik termasuk penanggungjawab penyediaan segenap unsur tata artistik sesuai dengan tahapan proses perekaman gambar dan suara.
2. Mengarahkan pelaksanaan kerja staf tata artistik dan menentukan kualitas hasil akhir sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara.
Hak-hak Art Director:
1. Bersama production designer memilih dan menentukan tim kerja bidang tata artistik yang profesional dan cocok untuk bekerja dalam sebuah produksi film.
2. Art director berhak menolak perubahan bentuk tata artistik yang tidak mendapat persetujuan dari production designer dan sutradara.

Production Designer (Perancang Tata Artistik)
Pengertian:
Perancang tata artistik adalah seorang profesional dibidang perancangan tata rtistik yang bertugas merencanakan dan membuat gambar-gambar desain yang memenuhi standar estetika untuk sebuah produksi film. Bertanggungjawab dalam menciptakan look dan style dari sebuah film. Mengkoordinir seluruh profesional bidang tata artistik dan bekerja sangat dekat dengan sutradara.
Dengan pengetahuannya tentang arsitektur, warna, periode, lokasi, desain, set, seorang production designer menciptakan nuansa, atmosfir dan gaya untuk membangkitkan emosi dari keinginan sutradara.
Tugas dan Kewajiban Production Designer:
Tahap Praproduksi:
1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan pengarah fotografi agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk artistik nyata (kasat mata) dengan menciptakan konsep look dan style yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan.
2. Bersama asisten sutradara dan location manager melakukan hunting lokasi.
3. Bersama sutradara dan pengarah fotografi menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
4. Bersama sutradara dan pengarah fotografi dan departemen produksi mengecek ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merancang desain tata letak (floorplan) untuk menentukan set dekorasi dan berkoordinasi dengan sutradara dan pengarah fotografi dalam menentukan tata letak kamera.
5. Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi syarat.
6. Menjabarkan konsep dari bentuk rancangan desain-desain menjadi bentuk gambar-gambar kerja/foto yang dijadikan acuan untuk dikerjakan saat persiapan produksi oleh seluruh personel tata artistik dan pendukungnya.
7. Menentukan kebutuhan material sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam rancangan desain artistik/gambar kerja bersama seluruh personel tata artistik yang berkepentingan dibidangnya masing-masing (breakdown kebutuhan material artistik sesuai gambar kerja).
Tahap Produksi:
1. Mengkoordinir pekerjaan departemen tata artistik yang secara teknis di lapangan ditangani oleh art director dan asistennya.
2. Melaksanakan kontrol atas hasil akhir pekerjaan tata artistik sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara (shooting).
3. Selalu berada di dekat sutradara manakala harus dengan cepat, tepat, dan cermat mengatasi kesulitan yang timbul di dalam set di saat perekaman gambar dan suara sedang berlangsung.
4. Siap menghadapi perubahan manakala situasi di luar rencana (perubahan cuaca, perubahan tata letak set dan lain sebagainya).
5. Bertanggungjawab atas hasil dan mutu tata artistik baik dari segi teknis maupun estetika secara utuh.
Hak-hak Perancang Tata Artistik
1. Mendapatkan jumlah dan kualitas kru produksi yang profesional, sarana peralatan kerja dan fasilitas sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
2. Mengajukan rancangan tata artistik kepada sutradara dan produser dengan harapan agar pengajuannya disetujui mengingat akan berkaitan erat dengan rancangan biaya tata artistik.
3. Manakala ada perubahan konsep awal, perancang tata artistik wajib diberitahukan perubahan tersebut sebelumnya.




Departemen Editing
Pengertian Editing :
Editing (penyuntingan gambar) dalam produksi film cerita untuk bioskop dan televisi adalah proses penyusunan atau perekonstruksian gambar dan dialog berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan untuk membentuk rangkaian penuturan cerita sinematik yang memenuhi standar dramatik, artistik, dan teknis.
Editor (Penyunting Gambar)
Pengertian:
Adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah film cerita yang utuh.
Seorang editor dituntut memiliki sense of story telling (kesadaran/rasa/indra penceritaan) yang kuat, sehingga sudah pasti dituntut sikap kreatif dalam menyusun shot-shotnya. Maksud sense of story telling yang kuat adalah editor harus sangat mengerti akan konstruksi dari struktur cerita yang menarik, serta kadar dramatik yang ada di dalam shot-shot yang disusun dan mampu mengesinambungkan aspek emosionalnya dan membentuk irama adegan/cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film.
Tugas dan Kewajiban EDITOR;
Tahap Praproduksi;
1.     Menganalisa skenario dengan melihat adegan yang tertulis dalam skenario dan mengungkapkan penilaiannya pada sutradara.
2.     Berdiskusi dengan departemen yang lain dalam script conference untuk menganalisa skenario, baik secara teknis, artistik dan dramatik.
3.     Dalam produksi film ceriita untuk bioskop, editor bersama produser dan sutradara menentukan proses pascaproduksi yang akan digunakan seperti kinetransfer, digital intermediate atau negative cutting.
Tahap Produksi;
Dalam tahap ini seorang editor tidak memiliki tugas dan kewajiban khusus. Namun dalam proses produksi ini seorang editor dapat membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi mulai dari laboratorium sampai materi tersebut berada di meja editing. Pihak yang dibantu oleh editor adalah individu profesional yang ditunju kkan oleh rumah produksi yang bersangkutan dalam melaksanakan pendistribusian materi tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh manajer unit, koordinator pascaproduksi (post production supervisor) ataupun seorang runner.
Tahap Pascaproduksi;
1.     Membuat struktur awal shot-shot sesuai dengan struktur skenario (rough cut 1).
2.     Mempresentasikan hasil susunan rought cut 1 kepada sutradara dan produser.
3.     Setelah dilakukan revisi berdasarkan hasil diskusi dengan sutradara dan produser, maka dengan kreativitas dan imajinasi editor, ia membentuk struktur baru yang lebih baik. Dalam struktur baru ini editor harus bisa membangun emosi, irama dan alur yang menarik.
4.     Mempresentasikan dan mendiskusikan struktur baru yang dihasilkannya bersama sutradara dan produser hingga struktur yang paling diharapkan (final edit).
5.     Menghaluskan hasil final edit (trimming) hingga film selesai dalam proses kerja editing (picture lock).
6.     Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor bersama sutradara membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian (reeling) untuk kebutuhan laboratorium, pengolahan suara dan musik. Sementara untuk film for television, editor bersama sutradara membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian untuk pertimbangan kebutuhan jeda iklan (commercial break).
7.     Editor dapat menjadi rekanan diskusi untuk pengolahan suara dan musik. Diskusi ini berupa penentuan suara efek dan musik sebagai pembentuk kesatuan gambar dan suara yang saling mendukung.
8.     Dalam produksi film cerita untuk bioskop, editor dapat juga menjadi pengawas pada proses laboratorium hingga pada proses cetak hasil pertama film (copy A). Sementara dalam produksi film for television, editor dapat menjadi pengawas proses transfer hasil editing yang siap untuk ditayangkan (master edit) ke dalam pita video.
Hak-hak Editor:
1.     Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan penuturan sinematik guna mendapatkan konstruksi dramatik yang lebih baik.
2.     Mengajukan usul kepada sutradara untuk menambah, mengurangi atau mengganti materi gambar dan suara yang kurang atau tidak sempurna secara teknis maupun efek dramatisnya.
3.     Mendapatkan ruang editing serta sarana kerja yang layak/standar.
4.     Mendapatkan honorarium yang sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dan disetujui oleh produser.
5.     Berhak meminta kontrak baru jika ada permintaan tambahan (misalnya pembuatan trailer) untuk bahan promosi film.
6.     Berhak untuk menolak permintaan yang sifatnya pribadi dan menyimpang dari ketentuan yang sudah ada dalam skenario.

Asisten Editor
Di dalam mengedit film (untuk film cerita bioskop maupun televisi), editor selalu dibantu oleh asisten editor. Asisten editor ini bisa lebih dari satu orang. Ada yang disebut dengan asisten editor 1, 2 dan magang.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor 1:
1. Bertanggungjawab untuk menyusun materi sesuai dengan urutan yang ada pada skenario (assembling).
2. Dituntut agar menghafal semua materi (shot). Hal ini berguna apabila editor mencari shot yang dibutuhkan, sehingga asisten editor 1 dapat membantu mencari shot yang dimaksud.
3. Mengawasi distribusi materi dari lapangan (produksi) ke laboratorium, sampai akhirnya di meja editing.
4. Membuat catatan editing atau EDL (Edit Decision List) setelah film dinyatakan picture lock.
5. Dalam produksi film cerita untuk televisi, asisten editor 1 dapat membantu editor mengawasi proses transfer hasil editing yang siap ditayangkan (master edit) ke dalam pita video.
6. Menguasai peralatan yang digunakan untuk proses editing.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor 2:
1. Menyusun dan merapikan catatan yang dibuat oleh pencatat skrip.
2. Memasukkan materi ke dalam komputer (digitize) sesuai dengan catatan dari lapangan.
3. Memastikan alat yang digunakan untuk proses editing dalam keadaan baik.
4. Menguasai alat yang digunakan dalam proses editing.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor Magang:
1. Membuat catatan harian (daily report) selama proses editing.
2. Membantu asisten editor 2 untuk merapikan catatan yang dibuat oleh pencatat skrip untuk kebutuhan digitalisasi (digitize).




Departemen Suara
Pengertian Desain Suara: Desain Suara adalah seni penciptaan dan penempatan suara yang tepat pada tempat dan saat yang tepat.

Termasuk di dalam Desain Suara:
·         Menggabungkan semua unsur suara menjadi satu kesatuan
·         Menciptakan efek-efek suara baru untuk kebutuhan film Termasuk di dalam Teknologi Desain Suara
·         Pemilihan format akhir suara film
·         Pemilihan peralatan dan perangkat kerja Departemen Suara
 Pada kelompok kerja Departemen Suara, terdapat beberapa profesi. Diantaranya adalah; 1. Sound Designer (Desainer Suara) 2. Production Mixer (Sound Recordist) 3. Boom Operator 4. Sound Assistant 5. Supervising Sound Editor 6. Dialogue Editor 7. ADR Mixer 8. ADR Editor 9. Assistant Editor 10. Effect Editor 11. Foley Mixer 12. Foley Editor 13. Foley Artist 14. Re-recording Mixer
Sound Designer (Desainer Suara)
Pengertian:
Orang yang bertanggung jawab atas segala aspek suara yang terdapat dalam sebuah film. Bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari desain suara dan tiap track suara berdasarkan fungsinya. Bekerja sama dengan Sutradara dari tahap praproduksi, berdiskusi untuk membuat konsep dan desain suara dari skenario dan visi Sutradara.
Seorang Sound Designer harus menguasai teori-teori dasar suara dan pengetahuan teknis. Ia dituntut tidak hanya mendesain suara dari suara yang sudah ada, tetapi juga harus bisa menciptakan suara-suara baru yang dapat mendukung skenario dan dapat menjadi karakter sebuah film. Sound Designer harus dapat menciptakan mood dan suasana yang akan dirasakan oleh penonton seperti ketegangan, ketakutan, kegelisahan berdasarkan gagasan yang dituangkan melalui suara dari hasil ide dan imajinasi kreatifnya berdasarkan pengalaman yang dimiliki.
Sound Designer terkadang turun langsung dalam penciptaan suara-suara baru untuk kebutuhan sebuah film. Sound Designer juga harus mempunyai pengetahuan tentang musik, karena musik merupakan bagian dari desain suara.
Sound Designer dalam pekerjaannya dibantu supervising sound editor, sound editor, dan re-recording mixer, tetapi dia juga bisa turun langsung untuk melakukan pekerjaan seperti melakukan editing suara dan mixing akhir.
Tugas dan Kewajiban Sound Designer;
Tahap Praproduksi;
1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan re-recording mixer untuk mendesain konsep suara apa saja yang akan dibuat berdasarkan skenario dan visi sutradara.
2. Membahas kembali konsep suara yang telah dibuat bersama dengan supervising sound editor dan production mixer.
3. Melakukan perekrutan tim yang dapat bekerja sama dengan baik.
Tahap Produksi;
1. Mengawasi, menganalisa serta memberikan saran-saran kepada production mixer mengenai hasil perekaman suara.
2. Meminta kepada production mixer untuk merekam suara-suara selain dari dialog yang bisa digunakan dan dibutuhkan pada saat pascaproduksi/mixing.
Tahap Pascaproduksi;
1. Menuangkan konsep suara yang telah dibuat ke dalam cue sheet untuk kebutuhan atau acuan bagi sound editor dan re-recording mixer.
2. Ikut terlibat secara langsung dalam pembuatan suara-suara efek baru.
3. Memimpin dan mengarahkan semua bagian di sound-post departement.
4. Hadir dan memberikan masukan pada saat melakukan musik spotting.
5. Bertanggungjawab terhadap hasil desain suara.
6. Bersama re-recording mixer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara (sound transfering) hasil final mix dari jalur suara magnetic ataupun media digital ke jalur suara optik analog maupun digital hingga ke married print.
Hak Sound Designer:
Berhak menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan suara film yang sedang dikerjakan.
Production Mixer (Sound Recordist)
Pengertian:
Orang yang bertanggungjawab terhadap perekaman suara langsung di lapangan dan hasil rekamannya.
Tugas dan Kewajiban Production Mixer (Sound Recordist);
Tahap Praproduksi;
1. Wajib ikut hunting lokasi
2. Menentukan teknik perekaman suara di lapangan.
3. Menentukan kebutuhan peralatan (jenis mikrofon, alat perekaman dan aksesorisnya).
4. Mengikuti script conference.
5. Wajib melakukan meeting dengan sound designer.
Tahap Produksi;
1. Bertanggungjawab untuk melakukan perekaman stok suara (misalnya ambience) di lapangan dan melakukan wild track recording untuk kebutuhan di studio.
2. Menyediakan administrasi sound report dari keterangan hasil rekaman dan jenis mikrofon yang digunakan untuk kebutuhan sound post.
3. Wajib mengarahkan boom operator untuk mengoperasikan mikrofon berdasarkan type of shot.
Hak-hak Production Mixer (Sound Recordist):
1. Ikut menentukan kelayakan lokasi untuk melakukan perekaman langsung.
2. Berhak untuk ikut menentukan apakah sebuah take bisa diambil atau tidak.
3. Berhak meminta kru lain untuk tenang sebelum sebuah take dimulai.
4. Memiliki hak untuk take ulang apabila take sebelumnya hasilnya tidak bagus dari segi suara.
5. Berhak meminta waktu untuk melakukan perekaman room tone pada saat shooting berlangsung.
6. Berhak meminta waktu untuk melakukan perekaman stok suara, baik pada saat shooting berlangsung maupun di luar shooting.
Supervising Sound Editor
Pengertian;
Orang yang bertanggungjawab pada tahap editing suara dalam film, termasuk dialog dan efek. Supervising sound editor menyediakan semua elemen suara yang nantinya akan diproses lebih lanjut oleh re-recording mixer. Dalam pekerjaannya supervising sound editor dibantu oleh dialogue dan effect editor.
Tugas dan Kewajiban Supervising Sound Editor;
1. Membahas konsep suara dengan sound designer, lalu menjabarkannya kepada dialogue dan effect editor (praproduksi).
2. Mengawasi hasil suara yang telah direkam production mixer (produksi).
3. Mengawasi pekerjaan dialogue dan effect editor (pascaproduksi).
Hak-hak Supervising Sound Editor:
1. Memberikan masukan kepada production mixer apabila ada kekurangan pada hasil perekaman suara sebelumnya.
2. Meminta suara-suara yang mungkin dibutuhkannya kepada production mixer.
3. Meminta revisi suara yang menurutnya masih kurang kepada dialogue dan effect editor.
Boom Operator
Pengertian;
Orang yang bertanggungjawab untuk mengoperasikan dan mengarahkan mikrofon.
Tugas dan Kewajiban Boom Operator;
Tahap Produksi;
1. Melakukan set up mikrofon.
2. Mengikuti instruksi dari production mixer.
3. Menggantikan posisi production mixer apabila yang bersangkutan berhalangan untuk menjalani tugasnya.
4. Wajib membaca script dan menghafal dialog untuk mengetahui perpindahan mikrofon (dari pemain A ke B, dst).
5. Wajib mengetahui ukuran lensa.
6. Wajib bekerja sama dengan camera operator dan kru lighting.
Hak-hak Boom Operator:
1. Berhak untuk menentukan posisi mikrofon yang menurutnya ideal.
2. Berhak untuk melihat video assist untuk menentukan posisi mikrofon.
Foley Artist
Pengertian;
Orang yang membuat/menciptakan efek-efek suara berdasarkan apa yang dilihatnya di gambar.
Tugas dan Kewajiban Foley Artist;
Tahap Pascaproduksi;
1. Bekerja sama dengan foley editor untuk membuat cue sheet.
2. Melakukan spotting berdasarkan gambar untuk menentukan jenis-jenis suara efek yang akan dibuat.
3. Menyiapkan propeerti untuk kebutuhan foley.
Hak Foley Artist:
Meminta foley mixer untuk melakukan take ulang apabila take sebelumnya tidak bagus secara teknis.
Re-Recording Mixer
Pengertian;
Orang yang melakukan mixing akhir semua elemen suara yang telah disesiakan oleh supervising sound editor.
Tugas dan Kewajiban Re-Recording Mixer;
Tahap Praproduksi;
Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan sound designer untuk mendesain konsep suara apa saja yang akan dibuat berdasarkan skenario dan visi sutradara.
Tahap Pascaproduksi;
1. Melakukan mixing suara dalam format mono, stereo ataupun multi-channel untuk kebutuhan bioskop dan juga media lainnya.
2. Mempersiapkan final mix untuk kebutuhan mastering ke dalam berbagai macam media.
3. Bersama sound designer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara (sound transfering) hasil final mix dari jalur suara magnetic ataupun media digital ke jalur suara optik analog maupun digital hingga married print.
Hak Re-Recording Mixer:
Berhak meminta revisi suara yang menurutnya masih kurang kepada supervising sound editor.
Sekilas Tentang Film Pendek
Film pendek merupakan primadona bagi para pembuat film indepeden. Selain dapat diraih dengan biaya yang relatif lebih murah dari film cerita panjang, film pendek juga memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa. Meski tidak sedikit juga pembuat film yang hanya menganggapnya sebagai sebuah batu loncatan menuju film cerita panjang.
Film pendek pada hakikatnya bukanlah sebuah reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar wahana pelatihan belaka. Film pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan film cerita panjang, bukan lebih sempit dalam pemaknaan, atau bukan lebih mudah. Sebagai analogi, dalam dunia sastra, seorang penulis cerpen yang baik belum tentu dapat menulis cerpen dengan baik; begitu juga sebaliknya, seorang penulis novel, belum tentu dapat memahami cara penuturan simpleks dari sebuah cerpen.
Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi –dari sudut pandang pemirsa- karena tidak mendapatkan media distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.
Secara teknis, film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi dibawah 50 menit (Derek Hill dalam Gotot Prakosa, 1997) . Meskipun banyak batasan lain yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia, akan tetapi batasan teknis ini lebih banyak dipegang secara konvensi. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ceres Planet!! Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipietoon Blogger Template Image by Online Journal