siapa yang suka buat film hayoo? aku suka tau /gaknanya/ ahaha artikel ini dikasih temen aku namanya paiz, dia anak film bor~ nah karena aku sama geng aku juga suka buat film (film pendek tapi haha :D) jadi dia ngasih ini buat belajar bor.. kalian yang mau iseng2 buat film juga baca aja nih film guide nya~ tapi jangan ngantuk yaa panjang banget soalnya haha :v sok atuh langsung dibaca~
Film Guide
Ide Membuat Film
Dari mana kita mendapatkan ide ?
Dalam pelatihan-pelatihan pembuatan film,
seringkali muncul pertanyaan. Dari mana ide bisa didapat ? Kecenderungan
jawaban yang berkembang adalah dari mana saja. Keluarga, kawan, musik, baca
buku dan lain sebagainya.
Memang pendapat ini tidaklah salah, sebab kita
memang bisa mendapatkan ide dari manapun. Namun kalau seorang pembuat film
ditanya, dari mana dia mendapatkan idenya, maka ada jawaban menarik dari
beberapa pembuat filmnya, yaitu dari kesehariannya. Dikarenakan
permasalahan-permasalahan yang ada di dirinyalah yang dia pahami.
Benar sekali, bahwa dalam membuat film -
terutama yang baru memulai – akan lebih baik adalah sesuatu yang dekat dengan
si pembuatnya, karena sesungguhnya ada tiga tigkatan dalam memahami sesuatu :
1.
Tahu. Ini adalah
tingkatan yang paling rendah, sebab kita hanya sekedar mengetahui sesuatu dan
biasanya hanya permukaannya saja.
2.
Kenal. Tingkatan yang
biasanya, sesuatu itu telah kita ketahui lebih dalam namun terkadang masih
banyak juga informasi yang belum diketahui.
3.
Paham. Sesuatu sudah
kita ketahui sampai seluk-beluknya sehingga si pembuat sudah sangat dekat
dengan permasalahan tersebut.
Contohnya :
Informasi tentang Gang Langgar.
1.Tahu
Bedul tahu letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun atau sebelah Bank Clurut.
2.Kenal
Bedul kenal letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun, banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah dan banyak anak-anak bermain.
3.Paham
Bedul paham letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun, banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah, banyak anak-anak bermain, kalau malam mesin motor yang lewat harus dimatikan, gang paling aman di daerah itu, dibangun oleh H. Kubil dan lain sebagainya.
Informasi tentang Gang Langgar.
1.Tahu
Bedul tahu letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun atau sebelah Bank Clurut.
2.Kenal
Bedul kenal letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun, banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah dan banyak anak-anak bermain.
3.Paham
Bedul paham letak Gang Langgar, misalnya dekat stasiun, banyak tukang becak mangkal, jalan tersebut satu arah, banyak anak-anak bermain, kalau malam mesin motor yang lewat harus dimatikan, gang paling aman di daerah itu, dibangun oleh H. Kubil dan lain sebagainya.
***
Intinya, bila ingin mulai membuat film – baik
film cerita maupun film dokumenter – sebaiknya mulailah mencari ide dari
sesuatu yang dekat dengan pembuatnya. Hal yang paling mudah adalah kamar,
rumah, tetangga, lingkungan dst. Selain melatih kepekaan dalam menghadirkan
ceritanya, juga memudahkan kita dalam menyediakan dan memperlihatkan
elemen-elemen visualnya.
Lalu bagaimana bila kita ingin membuat film
yang idenya hanya sesuatu yang menarik kita. Cara satu-satunya adalah
dengan melakukan riset terhadap ide tersebut. Riset ini tidak harus
seperti para peneliti, walalupun kalau kita melakukannya seperti peneliti juga
akan lebih baik. Riset di sini maksudnya adalah kita menggali informasi
sebanyak dan sedalam mungkin sehingga pembuatnya dapat memahami
permasalahannya.
Bahasa Suara
Bahasa suara di dalam film tidak selalu
berkonotasi dengan dialog, sebab kalau kita pernah menonton film horor, maka
bisa jadi kita dapat ketakutan padahal yang berbunyi adalah derit pintu ataupun
hanya suara angin.Lalu kapan suara, terutama dialog dapat digunakan ?
Bila melihat teori produksi film klasik dalam
menggunakannya, maka suara dapat digunakan bila :
1. Gambar Tidak Lagi Efektif.
Misalkan kita membuat sebuah gambar laki-laki yang terlihat sedih, maka selama apapun kita memperlihatkannya kepada penonton, maka penonton hanya akan menebak-nebak mengapa dia bersedih. Inilah yang dimaksud bahwa gambar tidak lagi efektif untuk menyampaikan pesan. Maka suara dapat dimasukkan misalnya, “Apa salahku sayang, hingga engkau sudi meninggalkanku ?”. Dengan cepat penonton bisa menebak bahwa lelaki tersebut sedang bersedih karena patah hati.
Misalkan kita membuat sebuah gambar laki-laki yang terlihat sedih, maka selama apapun kita memperlihatkannya kepada penonton, maka penonton hanya akan menebak-nebak mengapa dia bersedih. Inilah yang dimaksud bahwa gambar tidak lagi efektif untuk menyampaikan pesan. Maka suara dapat dimasukkan misalnya, “Apa salahku sayang, hingga engkau sudi meninggalkanku ?”. Dengan cepat penonton bisa menebak bahwa lelaki tersebut sedang bersedih karena patah hati.
2. Gambar Tidak Lagi Efisien.
Misalnya, film Wiro Sableng di mana pada sequence awal penonton disuguhi adegan-adegan mendetil yang menjelaskan siapa sebenarnya Wiro Sableng, mulai dari bapak-ibunya maupun nenek yang juga sekaligus gurunya, Sinto Gendeng.
Misalnya, film Wiro Sableng di mana pada sequence awal penonton disuguhi adegan-adegan mendetil yang menjelaskan siapa sebenarnya Wiro Sableng, mulai dari bapak-ibunya maupun nenek yang juga sekaligus gurunya, Sinto Gendeng.
Pada pertengahan film, Wiro Sableng berkelahi
dengan Tapak Gajah yang akhirnya dapat dikalahkannya. Dalam keadaan sekarat, Tapak
Gajah bertanya siapa sesungguhnya Wiro Sableng karena dia mengenal sekali
jurus-jurus yang digunakan.
Bayangkan kalau penonton harus disuguhi lagi
sebuah flashback adegan-adegan awal, selain durasi film yang akan bertambah
panjang, juga akan membuat informasinya tidak efisien (bertele-tele). Padahal
akan lebih fungsional bila dibuat adegan Wiro Sableng menjawab : “Aku adalah
murid Sinto Gendeng”.
3. Sebagai Penunjang Realitas Gambar.
Misalkan ada sebuah gambar jalan raya, maka agar realitasnya harus ada suara mobil, motor maupun atmosfir lainnya.
Misalkan ada sebuah gambar jalan raya, maka agar realitasnya harus ada suara mobil, motor maupun atmosfir lainnya.
Selain teori produksi film dalam membahas
penggunaan suara, maka ada fungsi lain dalam menggunakan suara yaitu :
1. Pembentuk Ruang
Misalkan gambar yang diperlihatkan penonton adalah sebuah ruang kelas, maka ketika suara atmosfer yang diperdengarkan adalah suara deburan ombak, maka penonton akan berasumsi bahwa sekolah tersebut ada di dekat pantai.
Misalkan gambar yang diperlihatkan penonton adalah sebuah ruang kelas, maka ketika suara atmosfer yang diperdengarkan adalah suara deburan ombak, maka penonton akan berasumsi bahwa sekolah tersebut ada di dekat pantai.
2. Pembentuk Waktu
Misalkan gambar yang diperlihatkan penonton adalah sebuah perkampungan pada malam hari, maka ketika diperdengarkan suara ayam berkokok, maka penonton akan berasumsi bahwa pada saat itu sekitar jam setengah tiga pagi.
Misalkan gambar yang diperlihatkan penonton adalah sebuah perkampungan pada malam hari, maka ketika diperdengarkan suara ayam berkokok, maka penonton akan berasumsi bahwa pada saat itu sekitar jam setengah tiga pagi.
Contoh lain, adegan yang diperlihatkan
penonton adalah seorang ibu yang sedang menyulam, maka ketika suara yang
diperdengarkan adalah dentang bel dua kali, maka penonton akan berasumsi bahwa
pada saat itu jam dua.
3. Pembentuk Suasana & Dramatik.
Suara bisa menambah suasana, sebenarnya sering dilakukan oleh para pembuat film pemula, yaitu dengan menggunakan musik. Sayangnya seringkali penggunaannya tidak proporsional alias kebablasan. Namun sesungguhnya dalam membentuk suasana tidak selalu suara musik yang dapat digunakan, efek suara seperti angin juga dapat membentuk suasana sejuk ketika gambar yang diperlihatkan adalah pegunungan dan hamparan hijau sawah. Sedangkan untuk menambah dramatisasi, seperti yang dicontohkan di awal pembahasan yaitu suara derit pintu dalam film horor akan menambah rasa mencekam.
Suara bisa menambah suasana, sebenarnya sering dilakukan oleh para pembuat film pemula, yaitu dengan menggunakan musik. Sayangnya seringkali penggunaannya tidak proporsional alias kebablasan. Namun sesungguhnya dalam membentuk suasana tidak selalu suara musik yang dapat digunakan, efek suara seperti angin juga dapat membentuk suasana sejuk ketika gambar yang diperlihatkan adalah pegunungan dan hamparan hijau sawah. Sedangkan untuk menambah dramatisasi, seperti yang dicontohkan di awal pembahasan yaitu suara derit pintu dalam film horor akan menambah rasa mencekam.
* * * * *
Untuk sekedar mengingatkan bahwa saat menulis skenario, pembuat film seharusnya menuliskan deskripsi peristiwanya terlebih dahulu dibandingkan sibuk memikirkan dialognya. Dalam film cerita, dialog bisa jadi penting namun akan lebih bermanfaat bila kita dapat menjabarkan peristiwanya dengan detil dan jelas.
Untuk sekedar mengingatkan bahwa saat menulis skenario, pembuat film seharusnya menuliskan deskripsi peristiwanya terlebih dahulu dibandingkan sibuk memikirkan dialognya. Dalam film cerita, dialog bisa jadi penting namun akan lebih bermanfaat bila kita dapat menjabarkan peristiwanya dengan detil dan jelas.
Bahasa Visual
Seringkali dalam benak kita muncul banyak
pertanyaan ketika menonton film-film Indonesia, baik film cerita panjang maupun
film dokumenter. Mengapa banyak film yang membosankan saat ditonton ? Mengapa
tidak seperti film Hollywood, walaupun banyak ngomong tapi tidak membosankan ?
Mengapa begini dan mengapa begitu ? Mungkin masih banyak lagi kata ‘mengapa’
yang dialamatkan kepada film Indonesia. Setidaknya pertanyaan tersebut
ditujukan pada film-film kawan-kawan kita di tingkat SMA yang mungkin pernah
mengikuti workshop-workshop film di kotanya. Ataupun film-film dokumenter
yang ‘katanya’ dibuat oleh para pemenang festival ini dan itu, namun kalau
ditonton, mengapa kurang menarik ?
Jawabannya memang tidak sederhana, sebab akan
ada begitu banyak sumber yang memungkinkan menjawab kondisi tersebut.
Namun untuk mengawalinya perlu dikembalikan lagi ‘makhluk film’ ini pada
‘takdir’ dasarnya. Ambil saja contoh, mengapa kalau kita menonton
film-film Charlie Chaplin ataupun seri televisi dari Mr. Bean, walaupun nyaris
tanpa suara (dialog) namun kita dapat mengerti dan tidak membosankan ?
Padahal ceritanya sangat sederhana. Jawaban pendeknya adalah bahwa film
Indonesia sekarang ini terlalu bertumpu pada dialog (film cerita) ataupun
wawancara dan narasi (film dokumenter). Secara tidak disadari film yang
menggunakan pola dengan dialog dan wawancara yang tidak proporsional akan
cenderung menggurui penontonnya dan menganggap bahwa penontonnya bodoh.
Sebagai bangsa, kita dianggap terbiasa
bertutur secara verbal, namun seringkali secara tidak kita sadari sering
melakukan komunikasi dengan bahasa non-verbal terutama bahasa visual. Misalnya
saja di Jakarta untuk memberitahukan bahwa ada seseorang yang meninggal, maka
kita tidak perlu memberitahukan kepada setiap orang di sekitar kita dengan
telpon ataupun sms, namun bisa juga menggunakan bendera kuning dari kertas
minyak yang diikat di tempat-tempat yang mudah dilihat orang.
Tapi apa bahasa visual itu ?
Secara sederhana bahasa visual adalah sebuah
sarana penyampaian kepada penonton menggunakan hal-hal yang dapat ditangkap
secara kasat mata. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan bahasa visual ini, sebab bila dipahami hal tersebut memiliki tiga
tingkatan.
1. Universal
Bahasa visual tingkat pertama, biasanya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya bila kita perlihatkan kepada penonton hal-hal yang bersifat kebendaan maka kita bisa merekam benda-benda seperti sabun, gelas, koran, sapu dan lain sebagainya. Ataupun kita juga dapat memperlihatkan hal-hal yang bersifat tindakan seperti minum, mandi, duduk, tidur dan lain sebagainya yang kita lakukan sehari-hari.
Bahasa visual tingkat pertama, biasanya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya bila kita perlihatkan kepada penonton hal-hal yang bersifat kebendaan maka kita bisa merekam benda-benda seperti sabun, gelas, koran, sapu dan lain sebagainya. Ataupun kita juga dapat memperlihatkan hal-hal yang bersifat tindakan seperti minum, mandi, duduk, tidur dan lain sebagainya yang kita lakukan sehari-hari.
Gelas
Minuman Kaleng
Sabun
Minum
Makan
2. Lokal / Sektoral
Kita bisa memperlihatkan burung merpati putih terbang. Bisa jadi di Indonesia penontonnya akan menganggap bahwa artinya adalah kebebasan, namun bagaimana dengan tempat lain seperti di Thailand, hal tersebut dianggap sebagai tanda kematian. Pada hal-hal yang sifatnya benda juga dapat kita tinjau, misalnya untuk tanda kematian di wilayah Jabodetabek kita dapat menonjolkan bendera kuning, namun bila ditonton oleh masyarakat dari Surabaya, mungkin mereka tidak akan paham.
Kita bisa memperlihatkan burung merpati putih terbang. Bisa jadi di Indonesia penontonnya akan menganggap bahwa artinya adalah kebebasan, namun bagaimana dengan tempat lain seperti di Thailand, hal tersebut dianggap sebagai tanda kematian. Pada hal-hal yang sifatnya benda juga dapat kita tinjau, misalnya untuk tanda kematian di wilayah Jabodetabek kita dapat menonjolkan bendera kuning, namun bila ditonton oleh masyarakat dari Surabaya, mungkin mereka tidak akan paham.
3. Ketiga, bahasa visual yang bersifat
personal. Bahasa visual ini hanya berlaku bagi diri kita sendiri sang pembuat
filmnya.
Lalu bagaimana menyampaikan bahasa visual di
tingkat kedua dan ketiga ?
Sebenarnya kalau untuk latihan, usahakan agar
bisa membuat film-film yang menggunakan bahasa visual bersifat universal.
Namun bukannya kita tidak bisa menggunakan tingkat kedua dan ketiga. Bisa saja
dengan cara mengulang informasi tersebut hingga penonton memahami apa yang
ingin kita sampaikan. Tetapi untuk bisa mengulang satu informasi,
kecenderungannya durasi film yang dibutuhkan akan lebih lama dari 5 menit.
Produser
Apa itu Produser?
Produser adalah seseorang yang membuat film dan bertanggung jawab atas filmnya secara langsung dan melaksanakannya secara sadar.
Produser adalah seseorang yang membuat film dan bertanggung jawab atas filmnya secara langsung dan melaksanakannya secara sadar.
Tugas dan Tanggung jawab Produser
Tugas dan Tanggung jawab Produser:
1.
Mencari dan
mendapatkan ide cerita untuk produksi.
2.
Membuat proposal
produksi berdasarkan ide atau skenario film.
3.
Menyusun rancangan
produksi.
4.
Menyusun rencana
pemasaran.
5.
Mengupayakan
anggaran-dana untuk produksi.
6.
Mengawasi pelaksanaan
produksi melalui laporan yang diterima dari semua departemen.
7.
Bertanggung jawab atas
kontrak kerja secara hukum dengan berbagai pihak dalam produksi yang
dikelola.
8.
Bertanggung jawab atas
seluruh produksi
Hak-hak Produser
Hak-hak Produser:
1.
Memilih dan menetapkan
penulis skenario dan sutradara.
2.
Menetapkan pemain dan
kru produksi utama berdasarkan calon yang telah ditetapkan dalam rancangan
produksi dan juga berdasarkan usulan sutradara dan manajer produksi.
3.
Mengarahkan dan
memberikan panduan (guide) kepada manajer produksi serta meletakkan dasar-dasar
strategi bagi pelaksanaan produksi dan pengelolaan produksi (administratif).
4.
Mendapatkan laporan
dari semua departemen (progress report).
5.
Berhak memberikan
keputusan bila terjadi konflik di lapangan, terutama bila kegiatan produksi
terganggu.
6.
Memberhentikan/mengganti
pemain/kru produksi apabila terbukti terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan
produksi tersebut yang merugikan produksi.
7.
Memberikan keputusan
atas konsep kreatif sutradara yang menyimpang dari rancangan produksi.
8.
Menghentikan produksi
apabila dalam pelaksanaan produksi terjadi penyimpangan dari yang telah
disepakati.
Penulis Skenario
Penulis Skenario adalah sineas profesional
yang menciptakan dan meletakkan dasar acuan bagi pembuatan film dalam bentuk
(format) naskah (skenario).
Tugas dan Kewajiban Penulis Skenario
Tugas dan Kewajiban Penulis Skenario:
1.
Menciptakan dan
menulis dasar acuan dalam bentuk naskah/skenario atas dasar ide cerita sendiri
atau dari pihak lain.
2.
Bagi penulis dasar
acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic
story), treatment dan skenario, atau bisa langsung menjadi skenario.
3.
Bekerja dari tahap
pengembangan ide (development) sampai jangka waktu terakhir (praproduksi).
4.
Membuat skenario
dengan format yang telah ditentukan.
5.
Menjadi narasumber
bagi pelaksana produksi bila diperlukan.
6.
Penulis Skenario
adalah orang yang mempunyai keahlian membuat transkripsi sebuah film. Membuat
film dalam bentuk tertulis.
Hak-hak Penulis Skenario
Hak-hak Penulis Skenario:
1.
Mendapatkan bahan
acuan yang memadai sesuai dengan yang telah disepakati untuk menunjang
penulisan scenario.
2.
Mendapatkan
kelengkapan bahan acuan penulisan scenario dalam bentuk; melakukan riset
literature dan/atau riset lapangan.
3.
Apabila bahan acuan
penulisan scenario dilakukan secara tim, maka nama anggota tim yang terlibat
berhak untuk dicantumkan dalam credit title.
4.
Mendapatkan waktu yang
memadai untuk melaksanakan proses riset dan penulisan scenario.
5.
Menerima pertimbangan
dari pihak lain apabila ada pengurangan, perubahan dan penambahan materi dasar
dalam scenario (antara lain; ide dasar, plot, dialog, karakter tokoh-tokoh dan
lain sebagainya).
6.
Namanya tercantum
dalam credit title dan bahan publikasi lainnya (publicity material).
7.
Apabila scenario
ditulis oleh sebuah tim, maka nama anggota tim yang terlibat dicantumkan dalam
credit title.
Contoh Format Skenario
I. Halaman Muka
PT. ALPHABET FILM
“ABCD”
“ABCD”
Ide Cerita & Penulis Skenario
AC/DC
AC/DC
II. Isi
01. INT. RUMAH MAKAN – SIANG
Tampak terlihat beberapa orang sedang menikmati hidangan di rumah makan tersebut. ROMI (25) terlihat duduk sambil menelepon seseorang lewat HP miliknya. Pakaiannya seperti seorang eksekutif muda.
Tampak terlihat beberapa orang sedang menikmati hidangan di rumah makan tersebut. ROMI (25) terlihat duduk sambil menelepon seseorang lewat HP miliknya. Pakaiannya seperti seorang eksekutif muda.
(OS)
Sate padangnya satu, sate kambing satu..
Sate padangnya satu, sate kambing satu..
Lalu muncul beberapa orang bergaya mafia.
Berjalan SLOW MOTION. Kemudian mereka pun duduk di salah satu tempat.
FADE OUT
FADE IN
02. INT. KAMAR ROMI - SIANG
Kamar yang terlihat begitu berantakan. Beberapa pakaian, buku, majalah, CD dan kaset berantakan dimana-mana. Beberapa dinding kamar itu terpampang poster grup band terkenal. Romi terlihat tertidur pulas.
Kamar yang terlihat begitu berantakan. Beberapa pakaian, buku, majalah, CD dan kaset berantakan dimana-mana. Beberapa dinding kamar itu terpampang poster grup band terkenal. Romi terlihat tertidur pulas.
CUT TO
Sutradara
Sutradara menduduki posisi tertinggi dari segi
artistik. Ia memimpin pembuatan film tentang bagaimana yang harus tampak oleh
penonton. Sutradara harus mampu membuat film dengan wawasan, sense of art,
serta pengetahuan tentang medium film, untuk mengontrol film dari awal produksi
sampai dengan tahap penyelesaian.
Posisi Sutradara & Monitor
Beberapa bulan terakhir ini saya sedang tidak
percaya dengan sebuah monitor saat produksi. Film saya yang terakhir saya
selesaikan tanpa melihat monitor. Beberapa kali mengerjakan tugas
penyutradaraan di kampus, saya juga mengabaikan monitor. Saya merasa lebih
nyaman untuk mengoreksi acting pemain saya langsung dari sebelah kamera, dengan
cara ini juga menuntut saya menjadi lebih percaya dengan kameramen saya.
Mungkin hanya karena saya sedang belajar fokus pada sebuah acting, bukan pada
mise en scene seperti biasanya. Ditambah juga saya sedang tidak harus
mempertanggungjawabkan apa yang saya kerjaankan kepada orang lain.
Cara yang sedang saya gemari ini jelas bukan
sebuah cara yang baru, justru cara yang sangat klasik yang selalu dilakukan
oleh semua sutradara jaman sebelum ditemukan video sender untuk mengantarkan
gambar dari kamera ke sebuah monitor. Karena itulah setiap ada kesempatan
bertemu sutradara generasi tua (yang sempat melewati jaman belum bisa memakai
monitor), saya pasti tergoda untuk menanyakan hubungan director dan monitor
ini. Senin (24/3/08) kemaren saya kembali berkesempatan bertemu Im Kwon Taek
saat kuliah.
Ifa Isfansyah : Dimanakah posisi anda saat
menyutradarai film?
Im Kwon Taek : Sebanyak 69 judul film saya
selesaikan dengan hanya berada di sebelah kamera, selebihnya (31 judul) saya
selesaikan dengan sesekali melihat monitor karena sudah ditemukan fasilitas itu.
Saya akui monitor memang sebuah alat yang efektif untuk seorang sutradara
mengoreksi gambar. Tapi saya tidak terlalu percaya dengan apa yang saya lihat
di monitor. Saya lebih percaya dengan apa yang saya lihat langsung dengan mata
saya. Pertanyaan bagus.
Tahap Pra Produksi
1. Interpretasi Skenario (script conference)
a. Analisa skenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik, penyajian informasi, dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik film.
b. Hasil analisa didiskusikan dengan semua Kepala Departemen (sinematografi, artistik, suara, editing) dan Produser untuk merumuskan konsep penyutradaraan film
2. Pemilihan Kru
Sutradara dan Produser memilih dan menentukan Kru yang akan terlibat di dalam produksi.
3. Casting
Sutradara menentukan dan melakukan casting terhadap para pemain utama dan pendukung yang dibantu oleh Asisten Sutradara dan Casting Director.
4. Latihan/rehearsal
a. Kepada pemain utama, sutradara menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan yang ada di dalam skenario, lalu mendiskusikannya dengan tujuan untuk membangun kesamaan persepsi karakter tokoh antara sutradara dan pemain utama.
b. Sutradara melakukan pembacaan skenario (reading) bersama seluruh pemain untuk membaca bagian dari dialog dan action pemain masing-masing.
c. Sutradara melakukan latihan pemeranan dengan pemain utama.
d. Sutradara melakukan evaluasi terhadap hasil latihan pemeranan yang telah direkam sebelumnya.
5. Hunting
a. Hunting lokasi bersama Penata Fotografi, Penata Artistik, Asisten Sutradara, dan Manajer Produksi
b. Menentukan lokasi yang akan digunakan shooting berdasarkan diskusi dengan Penata Fotografi, Penata Artistik, dan Penata Suara.
c. Sutradara memastikan lokasi berdasarkan semua aspek teknis.
6. Perencanaan shot dan blocking/planning coverage dan staging
a. Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada di skenario.
b. Sutradara membuat ilustrasi staging pemain dan peletakan kamera ke dalam bentuk floorplan.
c. Sutradara membuat storyboard dibantu oleh storyboard artist.
7. Praproduksi Final (Final Preproduction)
Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama-sama dengan crew dan pemain utama untuk persiapan shooting yang terkait dengan teknis penyutradaraan dan artistik.
a. Analisa skenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik, penyajian informasi, dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik film.
b. Hasil analisa didiskusikan dengan semua Kepala Departemen (sinematografi, artistik, suara, editing) dan Produser untuk merumuskan konsep penyutradaraan film
2. Pemilihan Kru
Sutradara dan Produser memilih dan menentukan Kru yang akan terlibat di dalam produksi.
3. Casting
Sutradara menentukan dan melakukan casting terhadap para pemain utama dan pendukung yang dibantu oleh Asisten Sutradara dan Casting Director.
4. Latihan/rehearsal
a. Kepada pemain utama, sutradara menyampaikan visi dan misinya terhadap penokohan yang ada di dalam skenario, lalu mendiskusikannya dengan tujuan untuk membangun kesamaan persepsi karakter tokoh antara sutradara dan pemain utama.
b. Sutradara melakukan pembacaan skenario (reading) bersama seluruh pemain untuk membaca bagian dari dialog dan action pemain masing-masing.
c. Sutradara melakukan latihan pemeranan dengan pemain utama.
d. Sutradara melakukan evaluasi terhadap hasil latihan pemeranan yang telah direkam sebelumnya.
5. Hunting
a. Hunting lokasi bersama Penata Fotografi, Penata Artistik, Asisten Sutradara, dan Manajer Produksi
b. Menentukan lokasi yang akan digunakan shooting berdasarkan diskusi dengan Penata Fotografi, Penata Artistik, dan Penata Suara.
c. Sutradara memastikan lokasi berdasarkan semua aspek teknis.
6. Perencanaan shot dan blocking/planning coverage dan staging
a. Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada di skenario.
b. Sutradara membuat ilustrasi staging pemain dan peletakan kamera ke dalam bentuk floorplan.
c. Sutradara membuat storyboard dibantu oleh storyboard artist.
7. Praproduksi Final (Final Preproduction)
Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama-sama dengan crew dan pemain utama untuk persiapan shooting yang terkait dengan teknis penyutradaraan dan artistik.
Tahap Produksi
1.
Berdasarkan breakdown
shooting, sutradara menjelaskan adegannya kepada Astradara (Asisten Sutradara)
dan Kru utama lainnya tentang urutan shot yang akan diambil (take).
2.
Mengkoordinasikan
kepada Astrada untuk melakukan latihan blocking pemain yang disesuaikan dengan
blocking kamera.
3.
Sutradara memberikan
pengarahan terhadap pemain apabila dirasa kurang dalam akting.
4.
Sutradara mengambil
keputusan yang cepat dan tepat dalam hal kreatif apabila ada persoalan di
lapangan.
5.
Melihat hasil shooting
Tahap Pascaproduksi
1.
Bila ada catatan
khusus dari laboratorium (untuk produksi film) atau Editor, Sutradara melihat
dan mengevaluasi hasil shooting/materi editing.
2.
Melihat dan
mendiskusikan dengan Editor hasil rought cut dan fine cut.
3.
Melakukan evaluasi
tahap akhir dan diskusi dengan penata musik tentang ilustrasi musik yang telah
dikonsepkan terlebih dulu pada saat praproduksi.
4.
Melakukan evaluasi dan
diskusi jalannya mixing berdasarkan konsep suara yang telah ditentukan pada
saat praproduksi.
5.
Berdasarkan konsep
warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, Sutradara melakukan koreksi
warna di laboratorium/studio, setelah berdiskusi dengan Produser dan Penata
Fotografi.
Jadilah Sutradara Film
Berikut ini adalah bocoran dari rencana Ifa
Isfansyah dalam menulis sebuah bukunya:
Busan, 26 Februari 2008
Liburan musim dingin benar-benar sangat lama. Setelah stock rasa kesepian saya sudah habis beberapa bulan yang lalu, sekarang giliran stock rasa bosan saya yang habis. Benar-benar sudah tidak bisa lagi merasakan bagaimana rasa bosan itu. Akhirnya (waktu) Korea benar-benar berhasil saya bunuh dengan sebuah kegiatan yang mempesona : menulis buku.
Liburan musim dingin benar-benar sangat lama. Setelah stock rasa kesepian saya sudah habis beberapa bulan yang lalu, sekarang giliran stock rasa bosan saya yang habis. Benar-benar sudah tidak bisa lagi merasakan bagaimana rasa bosan itu. Akhirnya (waktu) Korea benar-benar berhasil saya bunuh dengan sebuah kegiatan yang mempesona : menulis buku.
Ya, saya menulis sebuah buku dengan judul yang
sangat dahsyat : JADILAH SUTRADARA FILM : SEBUAH PANDUAN UNTUK GENERASI PENERUS
PERFILMAN INDONESIA. Hahahahaha…Sebuah judul yang sangat sombong!!! Saya suka!!
Alhamdulillah, akhirnya saya sombong. Mudah-mudahan kalo sudah cetak nanti bisa
selesai dibaca sambil cengar cengir oleh para generasi penerus perfilman
Indonesia yang sekarang mungkin masih SMP/SMA.
***
Dan berikut ini cuplikan (3%) dari buku “sombong” yang saya tulis untuk membunuh (waktu) Korea. Kabar buruknya adalah saya tidak tahu kapan buku ini akan terbit. Saya juga tidak tahu apakah ada penerbit yang tertarik. Dan saya juga tidak tahu kapan saya punya uang untuk menerbitkan buku ini sendiri. Yah..maklum, orang sombong yang masih pemula. Sombong tapi gak ada modal. Mungkin saya akan lebih belajar lagi untuk lebih menjadi sombong yang bertanggung jawab, maksudnya sombong yang dibarengi dengan kekuatan modal. Amin.
Dan berikut ini cuplikan (3%) dari buku “sombong” yang saya tulis untuk membunuh (waktu) Korea. Kabar buruknya adalah saya tidak tahu kapan buku ini akan terbit. Saya juga tidak tahu apakah ada penerbit yang tertarik. Dan saya juga tidak tahu kapan saya punya uang untuk menerbitkan buku ini sendiri. Yah..maklum, orang sombong yang masih pemula. Sombong tapi gak ada modal. Mungkin saya akan lebih belajar lagi untuk lebih menjadi sombong yang bertanggung jawab, maksudnya sombong yang dibarengi dengan kekuatan modal. Amin.
Langkah ke-0 : Sebelum Membuat Film
Jangan terburu-buru membuat film. Yang
terpenting adalah kamu tahu dan sadar bahwa kamu ingin menjadi seorang
sutradara. Memang benar untuk bisa disebut sutradara adalah kita harus membuat
film. Tapi film hanyalah media dan pilihan untuk menyampaikan apa yang kamu
tahu dan ada di kepalamu, jadi kalo kamu tidak tahu apa-apa filmmu juga nanti
tidak akan berarti apa-apa. Yang harus kamu lakukan pertama kali adalah bahwa
kamu harus yakin suatu saat nanti kamu akan menjadi seorang sutradara besar.
Mulai sekarang, apa yang kamu lakukan adalah perjalanan hidupmu untuk meraih
impianmu itu. Semakin kontroversial, kisah perjalanan hidupmu menuju sutradara
semakin menarik. Kamu harus sadari itu. Sabar dulu, jangan terburu-buru membuat
film. Karena film pertama itu sangat penting untuk orang menjadi tahu siapa
dirimu. Sekarang beraktifitaslah seperti biasa, hanya saja dalam sebuah
kesadaran bahwa suatu saat nanti kamu akan menjadi seorang sutradara.
Kamu bisa buktikan ini. Carilah tahu siapa
Steven Spielberg dulu pada waktu remaja, siapa Jean-Luc Godard pada saat SMP.
Siapa Garin Nugroho pada waktu masih hidup di Jogja. Tidak ada yang langsung
membuat film.
Garin Nugroho saat di Jogja adalah .....
Langkah ke-13 : Nonton Film Jelek
Jangan anggap remeh langkah ini. Paksa mata
dan hatimu untuk menonton film jelek hingga selesai, ini sangat penting.
Mintalah referensi film jelek kepada temanmu. Atau mintalah reverensi film
bagus kepada temanmu yang selera filmnya berbeda dengan kamu. Saya tidak akan
menyarankan kamu untuk menonton film bagus, karena kamu pasti sudah melakukan
tanpa saya sarankan. Tapi sekali lagi saya mohon, tontonlah film jelek. Saya
tidak perlu kasih referensi disini, banyak sekali film jelek di Indonesia dan
manfaatkanlah itu menjadi sebuah kelebihan. Dan yang paling penting adalah
paksa dirimu menonton hingga film itu selesai.
Dalam menonton jadikanlah dirimu benar-benar
sebagai penonton. Bukan kritikus atau bahkan pembuat film. Harus menonton dan
dengan iklas menerima apa yang ada film itu. Jangan biarkan otakmu ataupun
mulutmu mengejek film itu atau bahkan menjelek-jelekkan film itu kepada orang
lain. Tapi terimalah film itu dengan iklas setelah selesai menonton, jangan
ucapkan sepatah katapun. Ini pekerjaan susah, ini tantangan. Kalopun kamu liat
sebuah film horor yang setannya pake celana jeans, kamu harus diam. Kalopun
kamu liat film tentang anak SMP tapi aktornya kumisan, kamu harus diam. Jangan
ketawa!!! Ketawa itu artinya mengejek di permainan ini, kamu kalah kalo
tertawa. Begitu seterusnya. Dan kalopun kamu ketahuan temanmu bahwa kamu
menonton film yang masya Allah jelek itu, jangan malu. Cukup senyum saja bila
di tanya. Ingat, ini latihan, jangan menjelek-jelekkan film orang lain walaupun
setelah itu kamu muntah di kamarmu. Kalopun kamu benar-benar tidak bisa diam
dan ingin mengeluarkan sesuatu yang ada di pikiranmu setelah menonton, maka
catatlah. Kamu masih punya catatan kecil di sakumu. Yang perlu kamu lakukan
adalah ingat baik-baik nama sutradara film itu. Sesuatu yang harus kamu
pelajari dari kasus ini adalah bahwa suatu saat nanti kamu sangat mungkin
membuat sebuah film yang jelek. Padahal kamu sudah berusaha sebaik mungkin tapi
filmmu tetep saja jelek, ini sangat mungkin terjadi. Segeralah tebus
kesalahanmu itu dengan membuat film bagus. Kalopun kamu akhirnya menjadi
seorang sutradara yang membuat film setan bercelana jeans itu, paling tidak
kamu tidak menjelek-jelekkan film orang lain. Ini penting.
Langkah ke-14 : Olah Raga
Nah, kamu butuh olah raga. Paling tidak
setelah kamu meluangkan waktu untuk menonton TVRI di langkah ke-12 dan dengan
sukses menonton film jelek di langkah ke-13, pasti kamu mengalami kondisi
stress yang berlebih. Maka berolah ragalah agar pikiranmu tenang. Bisa jadi
kamu mengalami kondisi kejiwaan yang parah setelah menonton dua hal tersebut
dan mengalami emosi yang sangat luar biasa, ingin membanting TV, ingin
menjungkir balikkan tempat tidur sampai ingin melempari kaca kantor PH yang
memproduksi film tersebut. Percayalah, dengan berolah raga akan mengalihkan
semua energi emosimu. Kamu akan merasa segar kembali untuk melaksanakan
aktifitas yang lain berhubungan menyiapkan fisik dan mentalmu untuk menjadi
seorang sutradara besar.
Pilihlah olah raga yang kamu suka. Mulai dari
bermain basket, sepak bola sampai lari-lari kecil di halaman depan. Tapi saya
sarankan untuk berlatih berenang, jangan takut air. Jangan sampai kamu yang
tidak bisa berenang dan takut melihat air suatu saat nanti ingin membuat film
dengan judul Air Merah. Jangan sampai itu terjadi dengan kamu, kamu harus dekat
dengan space yang ada di filmmu. Belajarlah berenang jika kamu besok suatu saat
punya keinginan membuat film tentang air, ini investasi. Banyak sekali
sutradara yang tidak bisa bermain bola tapi membuat film tentang sepak bola
atau tidak pernah naik kereta api tapi suka dengan setting kereta api yang
katanya alat transportasi paling romatis. Kamu harus menjadi sutradara yang
dekat dan paham betul dengan sesuatu yang kamu kerjakan.
Kalo kamu tipe orang yang alergi olah raga,
maka jangan lakukan dulu langkah ke-12 dan 13, berbahaya.
Langkah ke-24 : Kenali Agamamu
Mungkin terdengar aneh dan tiba-tiba menjadi
sok moralis dan religius. Tapi ini benar dan tidak salah cetak, kenalilah
agamamu! Bagaimanapun agama itu penting. Paling tidak kamu harus tahu seperti
apa agamamu itu mengatur hidupmu. Apa yang dilarang oleh agamamu, apa yang
dianjurkan oleh agamamu. Yang islam pergilah ke masjid, yang katolik atau
kristen pergilah ke gereja, demikian juga agama yang lain. Minimal kamu tahu
dasar-dasar ajaran agamamu. Kalopun ada sesuatu yang kamu tidak setuju tentang
apa yang diajarkan di dalam agamamu, tanyakan ke yang lebih tahu. Cobalah baca
kitabmu, cari tahu apa yang ada disana.
Selain itu, kamu juga boleh untuk mencoba mengerti apa yang diajarkan agama lain, bahkan kamu sangat boleh untuka membandingkan. Cobalah temui temanmu yang mengerti agama lain. Ajaklah berdiskusi. Jangan berdebat dan kemudian saling membenci agama masing-masing. Agama adalah masalah sensitif, tapi jadikanlah ini menjadi ringan. Bicarakan agama dengan temanmu seperti kamu membicarakan masalahmu dengan pacarmu. Dan sadari betul bahwa ini kamu lakukan bukan untuk menjadi ahli agama, tapi untuk menjadi seorang sutradara. Kalo kamu temukan sesuatu yang menarik di agamamu atau agama orang lain, catat. Kamu masih mempunyai catatan kecil rahasia kita kan di sakumu?
Selain itu, kamu juga boleh untuk mencoba mengerti apa yang diajarkan agama lain, bahkan kamu sangat boleh untuka membandingkan. Cobalah temui temanmu yang mengerti agama lain. Ajaklah berdiskusi. Jangan berdebat dan kemudian saling membenci agama masing-masing. Agama adalah masalah sensitif, tapi jadikanlah ini menjadi ringan. Bicarakan agama dengan temanmu seperti kamu membicarakan masalahmu dengan pacarmu. Dan sadari betul bahwa ini kamu lakukan bukan untuk menjadi ahli agama, tapi untuk menjadi seorang sutradara. Kalo kamu temukan sesuatu yang menarik di agamamu atau agama orang lain, catat. Kamu masih mempunyai catatan kecil rahasia kita kan di sakumu?
Kalo kebetulan kamu orang yang tidak percaya
dengan agama dan memutuskan untuk tidak memiliki agama, itu tidak masalah. Yang
harus kamu lakukan adalah temukan alasan kenapa kamu menjauhi agama. Argumenmu
harus lebih kuat daripada apa yang ada di agama itu sendiri. Kamu adalah calon
sutradara, calon pemimpin. Apa yang kamu lakukan bisa jadi dilakukan oleh orang
lain. Makanya kamu harus selalu punya alasan yang orang lain bisa mengerti.
Langkah ke-25 : Nongkrong di Lokalisasi
Sekarang kamu boleh jalan-jalan ataupun
sekedar duduk di daerah yang tidak moralis, carilah lokalisasi terdekat di
kotamu. Kamu kan sudah belajar tentang agama sebelumnya, jadi langkah ini aman
untuk dijalani. Saya sarankan untuk lebih aman lagi, jangan bawa uang. Di
lokalisasi ini semuanya sangat filmis. Kamu harus bisa tangkap itu. Bagaimana
dialog-dialog antara pedagang dan konsumen sangat menarik, atau bahkan sekedar
cara mereka menawarkan dagangan. Bersikaplah seperti orang biasa, jangan tegang
dan jangan mencatat di tempat itu juga. Kamu harus gunakan daya ingatmu dengan
baik di sini. Kalo kamu temukan yang menarik, kamu catat setelah kamu keluar
dari daerah itu.
Kemungkinan terburuk adalah kamu bertemu
dengan tetanggamu. Dan saya kembali menyarankan, jawablah dengan jawaban
seperti yang teman-teman di usiamu lakukan, seperti “sedang penelitian” atau
“lagi jadi volunter sebuah LSM”. Jangan karena saking paniknya kamu jawab “lagi
refreshing” seperti yang saya lakukan dulu. Itu bisa menyebabkan salah paham
yang berkepanjangan. Atau juga jangan kamu jawab dengan jujur “saya kan mau
jadi sutradara, jadi harus ke lokalisasi”, itu juga terdengar aneh. Kamu harus
sadar bahwa calon profesimu itu beda dengan profesi-profesi yang lain. Jadi
masih terdengar aneh jika ada orang mau jadi sutradara. Selain karena langkah
ini juga bukan langkah wajib, ini langkah pilihan, tapi penting.
Yang perlu kamu lakukan adalah berada di
tempat itu, merasakan dan melihat apa yang sebenarnya terjadi disana. Bagaimana
mereka menjalani pekerjaan mereka. Lebih baik lagi kalo kamu bisa merasakan apa
yang mereka rasakan. Sebelum ini mungkin kamu merasa bahwa lokalisasi adalah
sebuah tempat yang penuh dengan dosa dan hal-hal negatif lainnya. Tapi kamu
akan menjadi tahu bahwa disana penuh juga dengan kesedihan, keputusasaan,
penyesalan, rasa takut dan keterpaksaan di balik kedipan mata mereka.
Langkah ke-.... : Jalan-jalan dengan
Film-mu
Langkah berikutnya adalah langkah yang paling
asyik dan menyenangkan, tour with your film. Intinya adalah sebuah
film harus di tonton. Jadi mulailah jalan-jalan dengan filmmu. Kemanapun kamu
pergi, pastikan di dalam tas membawa DVD filmu. Kalo ada kesempatan bertemu
dengan orang yang layak untuk kamu beri, berikanlah. Tapi pakailah strategi.
Kamu harus dikenal sebagai sutradara, bukan sales DVD. Jadi tetaplah punya
harga diri sebagai seorang sutradara, tidak asal ketemu dan langsung memberi
film seperti seorang mahasiswa sekolah film pada umumnya. Ingat, sutradara
bukan mahasiswa sekolah film.
Langkah ke-.... : Festival
Festival adalah cara yang paling tepat. Di
acara inilah pestanya para orang film. Cari tahulah festival-festival yang
penting untuk perjalanan karirmu. Baik di dalam negeri ataupun luar negeri.
Jika di ibaratkan bahwa sebuah festival adalah
perjalanan karirmu sebagai seorang pembuat film, maka jangan mulailah dari
atas. Hindari dulu festival-festival kelas A. Carilah dulu festival yang paling
dekat dengan lingkunganmu. Kalo memang di tingkat RT rumahmu ada festival film,
daftarkan filmu. Pokoknya mulailah dari yang paling bawah. Daftarkan filmmu ke
festival film yang ada di Indonesia. Manfaatkanlah internet, carilah dari situ.
Banyak pembuat film yang mengikutkan filmnya
ke sebuah festival untuk mencari kemenangan, kamu jangan lakukan ini.
Ikutkanlah sebuah festival film agar filmmu di tonton orang dan di apresiasi di
sebuah tempat yang tepat. Kemenangan? Itu bonus, bukan tujuan. Jika filmmu
berhasil diputar di sebuah festival maka hadiri festival itu dengan senjatamu :
DVD yang ada di tasmu. Siapa tahu di festival itu kamu akan bertemu orang yang
kamu anggap harus melihat filmmu. Minimal tulislah nama judul film dan alamat
email di DVD filmmu. Kalo memang dirasa perlu buatlah kartunama dan cantumkan
pekerjaanmu : filmmaker.
Dibawah ini saya catat beberapa sebab kenapa
pembuat film tidak mengirimkan filmnya ke festival :
1. Tidak tahu informasi mengenai festival film
Filmmaker yang mempunyai alasan seperti ini termasuk dalam kategori susah untuk di tolong karena termasuk seorang filmmaker yang malas. Informasi tentang festival film jelas tersebar luas di internet. Salah satu cara selain mencari sendiri di internet adalah dengan cara ikut milis yang berhubungan dengan film seperti dunia film, indomovie, konfiden, indonesian filmmaker dsb. Di milis itu banyak informasi tentang sebuah festival film. Atau bisa bisa masuk : filmfestivalworld.com. Bisa juga menjadi member shortfilmdepot.com atau reelport.com. Di beberapa website itu banyak sekali informasi tentang festival film.
2. Terlalu banyak informasi sehingga tidak tahu festival mana yang akan diikuti
Ini alasan yang sangat logis. Banyak sekali festival film di dunia ini. Tapi paling tidak bisa dimulai dari yang paling dekat. Di Indonesia ada festival film pendek yang diselenggarakan oleh Konfiden (Komunitas Film Independen), daftarkan filmmu dan hadiri festival itu. Kalo kamu berasal dari luar Jakarta dan kebetulan punya uang cukup, naiklah kereta ekonomi. Ingat perjalananmu akan semakin menarik menjadi biografi jika nanti kamu menjadi seorang sutradara besar. Selain itu banyak juga festival yang lain seperti Mafvie Fest di Malang, Jember Film Festival, Festival Film Dokumenter di Jogja, Ok Video, Hello Fest dan banyak lagi. Ingat, jangan mengikutkan sebuah film di festival untuk mencari kemenangan.
1. Tidak tahu informasi mengenai festival film
Filmmaker yang mempunyai alasan seperti ini termasuk dalam kategori susah untuk di tolong karena termasuk seorang filmmaker yang malas. Informasi tentang festival film jelas tersebar luas di internet. Salah satu cara selain mencari sendiri di internet adalah dengan cara ikut milis yang berhubungan dengan film seperti dunia film, indomovie, konfiden, indonesian filmmaker dsb. Di milis itu banyak informasi tentang sebuah festival film. Atau bisa bisa masuk : filmfestivalworld.com. Bisa juga menjadi member shortfilmdepot.com atau reelport.com. Di beberapa website itu banyak sekali informasi tentang festival film.
2. Terlalu banyak informasi sehingga tidak tahu festival mana yang akan diikuti
Ini alasan yang sangat logis. Banyak sekali festival film di dunia ini. Tapi paling tidak bisa dimulai dari yang paling dekat. Di Indonesia ada festival film pendek yang diselenggarakan oleh Konfiden (Komunitas Film Independen), daftarkan filmmu dan hadiri festival itu. Kalo kamu berasal dari luar Jakarta dan kebetulan punya uang cukup, naiklah kereta ekonomi. Ingat perjalananmu akan semakin menarik menjadi biografi jika nanti kamu menjadi seorang sutradara besar. Selain itu banyak juga festival yang lain seperti Mafvie Fest di Malang, Jember Film Festival, Festival Film Dokumenter di Jogja, Ok Video, Hello Fest dan banyak lagi. Ingat, jangan mengikutkan sebuah film di festival untuk mencari kemenangan.
Setelah kamu puas filmmu jalan-jalan di dalam
negeri, cari tahulah festival-festival yang ada di luar negeri. Jangan dulu
festival kelas A seperti Berlin, Venice ataupun Cannes. Mulailah dari yang
paling dekat seperti Singapore Int’l Film Festival atau Cinemanila Film
Festival. Setelah itu kamu bisa mencoba ke festival seperti Pusan Int’l Film
Festival, International Film Festival Rotterdam, Short-Short Film Festival di
Tokyo, Clermont-Ferrand Short Film Festival, Hamburg Int’l Short Film Festival
atau Oberhousen Short Film Festival. Kalo sudah berhasil diputar di beberapa
festival seperti ini, biasanya filmmu akan jalan-jalan dengan sendirinya. Kamu
hanya tinggal membuka email untuk mengecek programmer-programmer yang meminta
filmmu.
3. Mahal
Iya, memang mahal untuk mengirim DVD preview copy dari Indonesia ke sebuah festival di luar negeri. Beberapa solusi yang saya lakukan adalah : Titip. Biasanya dari Indonesia pasti ada yang berangkat ke sebuah festival penting di luar negeri. Carilah informasi itu dan titipkan film kamu. Kalo kamu ingin menjadi seorang penitip yang tidak bertanggung jawab ya titiplah begitu saja. Tapi kalo kamu ingin menjadi penitip yang sedikit bertanggung jawab, bukalah website festival yang akan di datangi orang yang kamu titipi itu. Carilah guest list yang ada di website itu dan catatlah nama dan hotel tempat menginap tamu tersebut. Setelah itu kamu bisa siapkan amplop-amplop berisi filmmu yang sudah tertata rapi berdasarkan hotel tempat tamu itu menginap. Atau berikanlah filmmu dan percayakan bahwa filmmu akan diberikan kepada programmer yang hadir di festival itu. Cara yang lain adalah dengan mengajak teman untuk mendaftarkan ke sebuah festival yang sama. Semakin banyak teman yang bisa kamu ajak, maka biaya pengiriman akan jauh lebih murah.
4. Mutung
Apa sih bahasa Indonesianya? Tapi mutung adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sebab ini. Ini adalah sebab psikologis seseorang tidak mengirimkan filmnya ke sebuah festival. Biasanya filmmaker yang seperti ini mendaftarkan filmnya di sebuah festival untuk mencari kemenangan. Di saat filmnya ternyata tidak menang ia menjadi mutung untuk mengikutkan filmnya ke sebuah festival film yang lain. Bahakan parahnya lagi filmmaker seperti ini biasanya terus memusuhi sebuah festival film. Hanya doa dan bujukan pacar yang bisa menyelesaikan masalah ini.
Ada yang penting juga, carilah festival yang bisa memberi tiket jika filmmu berhasil diputar seperti : Short-Short Film Festival di Jepang, Almaty Int’l Film Festival di Kazakhstan, Hongkong Independent Film-Video Award dan masih banyak lagi. Begitu kamu ada kesempatan ke luar negeri, bawalah senjatamu : DVD, kartunama dan broken english-mu. Jadilah Sutradara!
3. Mahal
Iya, memang mahal untuk mengirim DVD preview copy dari Indonesia ke sebuah festival di luar negeri. Beberapa solusi yang saya lakukan adalah : Titip. Biasanya dari Indonesia pasti ada yang berangkat ke sebuah festival penting di luar negeri. Carilah informasi itu dan titipkan film kamu. Kalo kamu ingin menjadi seorang penitip yang tidak bertanggung jawab ya titiplah begitu saja. Tapi kalo kamu ingin menjadi penitip yang sedikit bertanggung jawab, bukalah website festival yang akan di datangi orang yang kamu titipi itu. Carilah guest list yang ada di website itu dan catatlah nama dan hotel tempat menginap tamu tersebut. Setelah itu kamu bisa siapkan amplop-amplop berisi filmmu yang sudah tertata rapi berdasarkan hotel tempat tamu itu menginap. Atau berikanlah filmmu dan percayakan bahwa filmmu akan diberikan kepada programmer yang hadir di festival itu. Cara yang lain adalah dengan mengajak teman untuk mendaftarkan ke sebuah festival yang sama. Semakin banyak teman yang bisa kamu ajak, maka biaya pengiriman akan jauh lebih murah.
4. Mutung
Apa sih bahasa Indonesianya? Tapi mutung adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sebab ini. Ini adalah sebab psikologis seseorang tidak mengirimkan filmnya ke sebuah festival. Biasanya filmmaker yang seperti ini mendaftarkan filmnya di sebuah festival untuk mencari kemenangan. Di saat filmnya ternyata tidak menang ia menjadi mutung untuk mengikutkan filmnya ke sebuah festival film yang lain. Bahakan parahnya lagi filmmaker seperti ini biasanya terus memusuhi sebuah festival film. Hanya doa dan bujukan pacar yang bisa menyelesaikan masalah ini.
Ada yang penting juga, carilah festival yang bisa memberi tiket jika filmmu berhasil diputar seperti : Short-Short Film Festival di Jepang, Almaty Int’l Film Festival di Kazakhstan, Hongkong Independent Film-Video Award dan masih banyak lagi. Begitu kamu ada kesempatan ke luar negeri, bawalah senjatamu : DVD, kartunama dan broken english-mu. Jadilah Sutradara!
Langkah ke-.... : Bersahabat dengan
Programmer
Profesi ini mungkin belum di kenal di negara
kita. Tapi seorang programmer adalah jabatan yang sangat penting dalam sebuah
festival. Dia lah yang akan memilih film-film yang akan diputar di festivalnya.
Kalo kamu merasa bahwa festival ada;ah jenjang karirmu, maka bersahabatlah
dengan programmer. Jangan ada niatan untuk mendekati programmer karena agar
filmmu diputar, tidak sama sekali. Tapi bersahabatlah seperti kamu bersahabat
dengan temanmu yang lain. Berperilakulah seperti biasa. Pastikan dia memiliki
filmu dan menonton, dan bersikaplah seperti layaknya seorang teman kerja atau
teman main, jangan ada tendensi apa-apa.
Karena semakin kamu mengenal ...
Departemen Kamera
Pengertian Sinematografi :
Secara sederhana, Sinematografi dapat diartikan sebagai seni dan teknologi dari fotografi gambar bergerak (motion picture photography).
Secara sederhana, Sinematografi dapat diartikan sebagai seni dan teknologi dari fotografi gambar bergerak (motion picture photography).
Seni Sinematografi :
1.
Memvisualisasikan
sesuai skenario dan konsep penyutradaraan.
2.
Mengkomposisikan
sebuah adegan.
3.
Menciptakan look dan
mood.
4.
Melukis adegan dan
aktor dengan pencahayaan.
5.
Penggambaran setiap
shot untuk melebur ke dalam cerita.
Teknologi Sinematografi :
1.
Pemilihan kamera,
lensa, dan filter.
2.
Pemilihan bahan baku
untuk dapat menetapkan look dari filmnya.
3.
Pemilihan peralatan
lampu dan menguasai kondisi lokasi.
4.
Koordinasi dengan
personil film dan lighting.
5.
Integrasi dengan
spesial efek.
Seorang sinematografer
diharapkan menterjemahkan naskah cerita dan konsep sutradara ke dalam imaji visual.
Kolaborasi mereka sudah dimulai jauh sebelum shooting dimulai.
Bidang Kerja - Departemen Sinematografi
Praproduksi :
1. Pemilihan dan tes bahan baku/format digital.
2. Pemilihan dan tes filter.
3. Merencanakan pencahayaan.
4. Identifikasi kebutuhan peralatan.
1. Pemilihan dan tes bahan baku/format digital.
2. Pemilihan dan tes filter.
3. Merencanakan pencahayaan.
4. Identifikasi kebutuhan peralatan.
Produksi :
1. Jadwal pembagian shot.
2. Penempatan kamera.
3. Komposisi shot-shot.
4. Menjaga kontinuiti visual.
1. Jadwal pembagian shot.
2. Penempatan kamera.
3. Komposisi shot-shot.
4. Menjaga kontinuiti visual.
Pascaproduksi :
1. Penggunaan spesial proses.
2. Komunikasi dengan laboratorium.
3. Komunikasi dengan editor.
4. Komunikasi dengan colorist.
1. Penggunaan spesial proses.
2. Komunikasi dengan laboratorium.
3. Komunikasi dengan editor.
4. Komunikasi dengan colorist.
Tim Kerja - Departemen Kamera
Tim Kerja Departemen Kamera :
1. Sinematografer/Pengarah Fotografi/Director of Photography
2. Operator Kamera
3. Asisten Kamera 1 / focus puller
4. Asisten Kamera 2 / clapper loader / DV Engineer
5. Kontinuiti Cahaya / still foto
6. Gaffer
7. Best Boy
8. Electrician
9. Grip
10. Best Boy
1. Sinematografer/Pengarah Fotografi/Director of Photography
2. Operator Kamera
3. Asisten Kamera 1 / focus puller
4. Asisten Kamera 2 / clapper loader / DV Engineer
5. Kontinuiti Cahaya / still foto
6. Gaffer
7. Best Boy
8. Electrician
9. Grip
10. Best Boy
Director of Photography (DOP)
Pengertian:
Yang menciptakan imaji visual film adalah sinematografer atau Pengarah Fotografi/PF. Ia adalah orang yang bertanggungjawab terhadap kualitas fotografi dan pandangan sinematik (cinematik look) dari sebuah film. Ia juga melakukan supervisi personil kamera dan pendukungnya serta bekerja sangat dekat dengan sutradara. Dengan pengetahuannya tentang pencahayaan, lensa, kamera, emulsi film dan imaji digital, seorang sinematografer menciptakan kesan/rasa yang tepat, suasana dan gaya visual pada setiap shot yang membangkitkan emosi sesuai keinginan sutradara.
Yang menciptakan imaji visual film adalah sinematografer atau Pengarah Fotografi/PF. Ia adalah orang yang bertanggungjawab terhadap kualitas fotografi dan pandangan sinematik (cinematik look) dari sebuah film. Ia juga melakukan supervisi personil kamera dan pendukungnya serta bekerja sangat dekat dengan sutradara. Dengan pengetahuannya tentang pencahayaan, lensa, kamera, emulsi film dan imaji digital, seorang sinematografer menciptakan kesan/rasa yang tepat, suasana dan gaya visual pada setiap shot yang membangkitkan emosi sesuai keinginan sutradara.
Tugas dan Kewajiban Sinematografer/Pengarah
Fotografi/PF/DOP:
Tahap Praproduksi:
1.
Menganalisa
skenario dan membahasnya bersama sutradara dan penata artistik agar mencapai
kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara
dalam bentuk nyata, dengan menciptakan konsep look dan mood yang disepakati
bersama untuk menunjang penceritaan.
2.
Bersama sutradara dan
penata artistik menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
3.
Bersama sutradara,
penata artistik dan departemen produksi, mengecek dan melihat ulang hasil
hunting (interior/eksterior). Merencanakan letak kamera dan pencahayaan di
lokasi. Kemudian membuat floorplan.
4.
Membentuk,
memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi persyaratan.
5.
Menjabarkan konsep
visual dalam pencapaian look dan mood (mencakup warna, pencahayaan, karakter
visual, komposisi yang juga menghasilkan gerak) lebih baik dengan referensi
foto/gambar yang selanjutnya didiskusikan dengan personil kamera dan
pendukungnya.
6.
Menentukan kebutuhan
dan menjamin semua peralatan dengan spesifikasi sesuai dengan desain visual.
Kemudian mengkoordinasikan tugas personil kamera dan pendukungnya untuk
menyiapkan dan memilih serta menentukan sarana peralatan dan bahan baku yang
diperlukan dalam menjalankan tugasnya (membuat breakdown kebutuhan alat sesuai
dengan desain floorplan).
7.
Melakukan uji coba
peralatan dan bahan baku dengan uji coba filter, make up, kostum, properti dan
warna set.
8.
Ikut menentukan
laboratorium/studio pascaproduksi (film).
Tahap Produksi:
1.
Mempelajari breakdown
script dan shooting script dimana seorang sinematografer dapat mengembangkan
checklist di setiap harinya dan merencanakan berapa set up per harinya. Dalam
setiap set up sinematografer harus memperhatikan lingkungan dan masalah
pencahayaan. Contohnya, jika shooting eksterior, penjadwalan menjadi penting
berkaitan dengan pergerakan matahari. Catatan penting: jika masuk set jangan
lupa dengan block, light, rehearsal, shot.
2.
Memberikan pengarahan
tegas kepada personil kamera sesuai dengan design yang sudah dibuat.
3.
Mengawasi set lampu
dan waspada terhadap kontiniti. Mengarahkan dan menjaga kesinambungan suasana
(atmosfer) dan format visual serta tata cahaya dari setiap shot. Menuntun dan
mengembangkan teknis kreatif pencahayaan sebagai gaya dan perubahan peralatan
untuk menerangi area aksi/subyek visual untuk menentukan eksposur yang tepat.
4.
Pada saat sutradara
mengarahkan aktornya, sinematografer menyiapkan sudut pengambilan gambar,
komposisi sesuai dengan blocking sutradara.
5.
Siap menghadapi
perubahan karena situasi tertentu di luar rencana (perubahan cuaca, lingkungan
set yang berubah).
6.
Memeriksa laporan
kamera (camera report) dan continuity lighting log.
7.
Memberikan petunjuk
kepada pihak laboratorium/studio pascaproduksi (film) mengenai processing
negative (pencucian dengan bahan kimia) dan pencetakan rush copy/release copy
(color grading).
8.
Selalu mengingatkan
tanggungjawab keselamatan personil dan seluruh sarana peralatan dan bahan baku
yang dipergunakan dalam produksi.
9.
Ikut serta memeriksa
hasil release copy untuk koreksi kualitas.
10.
Kebutuhan seorang
sinematografer terhadap kontrol akhir melalui color-timing.
Hak-hak Sinematografer/Pengarah Fotografi/PF/DOP:
1.
Mendapatkan jumlah dan
kualitas awak/kru produksi, sarana peralatan kerja dan bahan baku sesuai dengan
desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
2.
Memberikan
persetujuan; sarana teknis yang akan digunakan, penetapan hasil-hasil shooting
yang baik (OK), memberikan persetujuan atas kualitas hasil cetakan release
copy.
3.
Memberikan usul
kreatif baik teknis, artistik, dan dramatik kepada sutradara dalam hal
perekaman visual untuk mendapatkan hasil yang baik.
4.
Membuat catatan SUP
(shot under protest) bila terpaksa merekam visual yang tidak disetujui.
5.
Jika ada perubahan
yang mendasar dari konsep awal look film, sinematografer berhak diberitahu
sebelumnya.
DOP on Location
Aktifitas
apa saja yang dilakukan oleh team kamera dan lighting di lapangan?
Seluruh aktifitas yang
dilakukan oleh team kamera dan lighting tidak lepas dari kebutuhan yang
tertuang dalam skenario.
Langkah awal Penata
Sinematografi (Director of Photography) bersama dengan sutradara menentukan
serta memilih sudut penempatan kamera. Acuannya bisa saja didapat dari
kesepakatan yang secara bersama sudah diputuskan pada saat hunting location
dilakukan, ataupun penentuan yang merupakan penyesuaian dengan blocking pemain
dan situasi pada set yang sudah digarap oleh team artistik.
Penempatan sudut penempatan
ini juga mungkin saja sekaligus disertai dengan penggunaan sarana pendukung
kamera (grip). Misalnya penggunaan dolly, jimijib (crane) ataupun steadicam.
Juga pemilihan jenis lensa, filter yang dianggap sesuai dengan kebutuhan
adegan.
Langkah berikutnya, Director
of Photography berkoordinasi dengan Gaffer dan crew lighting memilih jenis
lampu, filter dan berbagai sarana pendukung lainnya, kemudian menentukan
peletakannya. Dalam melaksanakan tahapan aktifitas mengacu kepada pola kerja
efektif, baik dalam masalah pengaturan waktu, maupun dalam pencapaian
targetnya. Tentu saja hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan serta
penanganan terhadap peralatan tetap harus terjaga dengan baik.
Terakhir adalah melalui
berbagai fasilitas kamera dan penataan cahaya untuk menciptakan karakter gambar
yang direncanakan/diinginkan.
Juru Kamera - Operator Kamera
Pengertian Juru Kamera (Operator Kamera):
Juru kamera secara teknis melakukan perekaman
visual dengan kamera mekanik ataupun elektronik dalam produksi film di bawah
arahan pengarah fotografi dan bertanggungjawab kepadanya. Sutradara juga
bekerja sama dekat dengan operator kamera untuk memastikan bahwa pandangan
sutradara ditangkap oleh film sebagaimana yang diinginkan. Operator kamera
adalah kru dari yang terpilih dalam produksi film yang secara langsung
bertanggungjawab dari apa yang terlihat di layar.
Tanggungjawab pribadi adalah menjalankan
kamera dan menghentikannya sesuai petunjuk/isyarat dari sutradara.
Mengoperasikan kamera sesuai mood cerita dan efisien selama produksi dan
menjaga komposisi frame yang pantas. Dalam produksi menggunakan video, juru
kamera menggunakan headset yang dihubungkan dengan sutradara. Juru kamera
bertanggungjawab kepada pengarah fotografi atas panning dan tilting dari kamera
dan menjaga shot frame serta komposisi yang sudah diisyaratkan oleh pengarah
forografi dan mempunyai kekuasaan untuk membatalkan shot karena kesalahan gerak
kamera, fokus, komposisi, atau berbagai gangguan yang tidak diinginkan dalam
frame oleh orang, benda dan lainnya.
Pada proyek film dengan bujet kecil, peran
operator kamera biasa dipegang langsung oleh pengarah fotografi. Ia
berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan sinematografi dengan
bantuan beberapa orang asisten. Sistem Inggris (English System), biasanya
memerlukan seorang operator kamera untuk melakukan pembngkaian gambar, karena
pengarah fotografi berkonsentrasi penuh terhadap penataan cahaya. Ia
menginstruksikan operator kamera tentang penggunaan lensa dan filter yang
dibutuhkan, serta gerak kamera yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu
lainnya, seperti dolly atau crane.
Tugas dan Kewajiban Juru kamera (Operator
Kamera):
Tahap Persiapan produksi:
1.
Menganalisa mood dari
skenario dan konsep sutradara. Dengan melakukan pengarahan, melakukan persiapan
dan pemeliharaan peralatan kamera serta sarana penunjangnya.
2.
Melakukan uji coba
secara teknis atas peralatan dan bahan baku yang akan dipergunakan dalam
produksi.
3.
Melakukan koordinasi
dengan key grip sehingga secara teknis dan efisien mampu melaksanakan konsep
visual dan gerakannya.
Tahap Produksi:
1.
Melakukan perekaman
visual secara teknis sesuai arahan pengarah fotografi, baik dalam hal
komposisi, sudut pengambilan, gerak kamera dengan segala perubahannya.
2.
Mengkoordinasikan
awak/kru kamera dalam melaksanakan tugasnya.
3.
Menjaga dan memelihara
peralatan kamera dalam kondisi baik dan siap pakai.
Hak-hak Juru Kamera (Operator Kamera):
1.
Memberikan usulan yang
bersifat teknis agar tercapai hasil rekaman yang baik.
2.
Meminta pengambilan
ulang bila secara teknis hasil rekaman sebelumnya kurang baik.
3.
Operator kamera berhak
untuk mengingatkan setelah pengambilan gambar, seperti menegur pengatur boom
atau microphone apabila masuk ke dalam shot, refleksi equipment atau kru pada
kaca, fokus yang tidak tajam atau kesalahan fokus lainnya, flare pada lensa,
gerak kamera yang kurang halus atau kurang baik, dan hal-hal lain yang dapat
mengurangi keindahan shot yang diinginkan. Pada produksi film yang memiliki
bujet besar, operator kamera dapat melaporkan segala hal yang menjadi
kekurangan setelah selesai melakukan pengambilan gambar.
Departemen Artistik
Pengertian TATA ARTISTIK:
Tata Artistik sebagai seni dan kerajinan (craft) dari cara bertutur sinematik (cinematic storytelling).
Tata Artistik sebagai seni dan kerajinan (craft) dari cara bertutur sinematik (cinematic storytelling).
Yang termasuk di dalam seni tata artistik:
1. Merancang desain-desain sesuai skenario dan konsep sutradara
2. Menciptakan look dan style
3. Menghadirkan karakter melalui penciptaan lewat makeover elemen artistik
1. Merancang desain-desain sesuai skenario dan konsep sutradara
2. Menciptakan look dan style
3. Menghadirkan karakter melalui penciptaan lewat makeover elemen artistik
Yang termasuk di dalam kerajinan (craft):
1. Pemilihan material untuk menetapkan look dan style
2. Pemilihan tekstur sesuai kondisi lokasi dan periode
3. Koordinasi dengan personel tata artistik dan anggota produksi film lainnya.
1. Pemilihan material untuk menetapkan look dan style
2. Pemilihan tekstur sesuai kondisi lokasi dan periode
3. Koordinasi dengan personel tata artistik dan anggota produksi film lainnya.
Seorang production designer (perancang tata
artistik) diharapkan mampu menterjemahkan skenario dan konsep cerita ke dalam
bentuk artistik yang nyata (kasat mata). Kolaborasi sutradara, penata fotografi
(DoP) dan production designer sudah dilaksanakan jauh sebelum shooting dimulai.
Tata Artistik berarti penyusunan segala
sesuatu yang melatarbelakangi cerita film, yakni menyangkut pemikiran tentang
setting. Yang dimaksud dengan setting adalah tempat dan waktu berlangsungnya
cerita film.
Setting harus memberi informasi lengkap
tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan penonton.
1. Setting menunjukkan tentang waktu atau masa berlangsungnya cerita. Apakah dahulu, sekarang, atau di masa mendatang.
2. Tentang tempat terjadinya peristiwa. Di kota, desa, di dalam ruangan, atau di tempat-tempat terbuka. Bagaimana dengan lingkungan masyarakatnya? Adat?
1. Setting menunjukkan tentang waktu atau masa berlangsungnya cerita. Apakah dahulu, sekarang, atau di masa mendatang.
2. Tentang tempat terjadinya peristiwa. Di kota, desa, di dalam ruangan, atau di tempat-tempat terbuka. Bagaimana dengan lingkungan masyarakatnya? Adat?
Bidang Kerja - Departemen Tata Artistik
Bidang Kerja Departemen TATA ARTISTIK:
1. Praproduksi
1. Membuat sketsa-sketsa awal
2. Menuangkan sketsa menjadi rancangan desain-desain
3. Menentukan color palette
4. Menentukan konsep artistik secara integral
5. Merancang biaya tata artistik
2. Produksi
1. Menjadwalkan pembagian shot
2. Membuat setting dan property
3. Menjaga kontinuitas artistik
3. Pascaproduksi (pertanggungjawaban tata artistik)
1. Praproduksi
1. Membuat sketsa-sketsa awal
2. Menuangkan sketsa menjadi rancangan desain-desain
3. Menentukan color palette
4. Menentukan konsep artistik secara integral
5. Merancang biaya tata artistik
2. Produksi
1. Menjadwalkan pembagian shot
2. Membuat setting dan property
3. Menjaga kontinuitas artistik
3. Pascaproduksi (pertanggungjawaban tata artistik)
Tim Kerja - Departemen Artistik
Selain profesi di bawah, di dalam departemen
tata artistik masih ada beberapa pekerja lain yang mendukung. Diantaranya
adalah asisten art director, set decorator, set dresser, property master,
property bayer, hair and make up, costum designer, wardrobe dresser, production
ilustrator, location manager dan special effect.
Art Director (Penata Artistik)
Pengertian:
Art director secara teknis adalah koordinator lapangan yang melaksanakan eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik/gambar kerja yang menjadi tanggungjawab pekerjaan production designer. Seluruh proses penyediaan material artistik sejak persiapan hingga berlangsungnya perekaman gambar dan suara saat produksi menjadi tanggunghawab seorang art director.
Art director secara teknis adalah koordinator lapangan yang melaksanakan eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik/gambar kerja yang menjadi tanggungjawab pekerjaan production designer. Seluruh proses penyediaan material artistik sejak persiapan hingga berlangsungnya perekaman gambar dan suara saat produksi menjadi tanggunghawab seorang art director.
Penyimpangan/perubahan pada saat eksekusi atas
rancangan desain tata artistik/gambar kerja minimal harus atas persetujuan
production designer atau sutradara terlabih dahulu. Seluruh proses dan hasil
kerja seorang art director di bawah kendali/menjadi tanggungjawab production
designer.
Pada proyek produksi dengan biaya terbatas,
peran art director biasa dipegang langsung oleh production designer. Ia
berkonsentrasi pada semua hal yang berhubungan dengan rancangan tata artistik
dengan bantuan beberapa orang asisten.
Sistem produksi yang diterapkan di Eropa
biasanya diperlukan seorang art director untuk mengeksekusi semua rancangan
tata artistik karena seorang production designer berkonsentrasi penuh terhadap
tata artistik secara menyeluruh. Production designer menginstruksikan art
director dan timnya tentang tata letak seluruh elemen-elemen artistik, baik di
dalam set maupun untuk persiapan adegan selanjutnya.
Tugas dan Kewajiban ART DIRECTOR:
Tahap Praproduksi:
1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik sejak persiapan hingga menjelang dilaksanakannya perekaman gambar dan suara di lokasi yang telah ditentukan.
2. Membuat breakdown dan jadwal kerja khusus bidang tata artistik.
3. Menyiapkan elemen-elemen material tata artistik lebih awal sesuai dengan rancangan gambar kerja dari production designer sebagai kesiapan menjelang shooting.
4. Bersama-sama manajer produksi dan asisten sutradara membuat jadwal shooting.
1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik sejak persiapan hingga menjelang dilaksanakannya perekaman gambar dan suara di lokasi yang telah ditentukan.
2. Membuat breakdown dan jadwal kerja khusus bidang tata artistik.
3. Menyiapkan elemen-elemen material tata artistik lebih awal sesuai dengan rancangan gambar kerja dari production designer sebagai kesiapan menjelang shooting.
4. Bersama-sama manajer produksi dan asisten sutradara membuat jadwal shooting.
Tahap Produksi:
1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik termasuk penanggungjawab penyediaan segenap unsur tata artistik sesuai dengan tahapan proses perekaman gambar dan suara.
2. Mengarahkan pelaksanaan kerja staf tata artistik dan menentukan kualitas hasil akhir sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara.
1. Menjadi koordinator teknis eksekusi (eksekutor) tata artistik termasuk penanggungjawab penyediaan segenap unsur tata artistik sesuai dengan tahapan proses perekaman gambar dan suara.
2. Mengarahkan pelaksanaan kerja staf tata artistik dan menentukan kualitas hasil akhir sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara.
Hak-hak Art Director:
1. Bersama production designer memilih dan menentukan tim kerja bidang tata artistik yang profesional dan cocok untuk bekerja dalam sebuah produksi film.
2. Art director berhak menolak perubahan bentuk tata artistik yang tidak mendapat persetujuan dari production designer dan sutradara.
1. Bersama production designer memilih dan menentukan tim kerja bidang tata artistik yang profesional dan cocok untuk bekerja dalam sebuah produksi film.
2. Art director berhak menolak perubahan bentuk tata artistik yang tidak mendapat persetujuan dari production designer dan sutradara.
Production Designer (Perancang Tata
Artistik)
Pengertian:
Perancang tata artistik adalah seorang profesional dibidang perancangan tata rtistik yang bertugas merencanakan dan membuat gambar-gambar desain yang memenuhi standar estetika untuk sebuah produksi film. Bertanggungjawab dalam menciptakan look dan style dari sebuah film. Mengkoordinir seluruh profesional bidang tata artistik dan bekerja sangat dekat dengan sutradara.
Perancang tata artistik adalah seorang profesional dibidang perancangan tata rtistik yang bertugas merencanakan dan membuat gambar-gambar desain yang memenuhi standar estetika untuk sebuah produksi film. Bertanggungjawab dalam menciptakan look dan style dari sebuah film. Mengkoordinir seluruh profesional bidang tata artistik dan bekerja sangat dekat dengan sutradara.
Dengan pengetahuannya tentang arsitektur,
warna, periode, lokasi, desain, set, seorang production designer menciptakan
nuansa, atmosfir dan gaya untuk membangkitkan emosi dari keinginan sutradara.
Tugas dan Kewajiban Production Designer:
Tahap Praproduksi:
1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan pengarah fotografi agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk artistik nyata (kasat mata) dengan menciptakan konsep look dan style yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan.
2. Bersama asisten sutradara dan location manager melakukan hunting lokasi.
3. Bersama sutradara dan pengarah fotografi menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
4. Bersama sutradara dan pengarah fotografi dan departemen produksi mengecek ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merancang desain tata letak (floorplan) untuk menentukan set dekorasi dan berkoordinasi dengan sutradara dan pengarah fotografi dalam menentukan tata letak kamera.
5. Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi syarat.
6. Menjabarkan konsep dari bentuk rancangan desain-desain menjadi bentuk gambar-gambar kerja/foto yang dijadikan acuan untuk dikerjakan saat persiapan produksi oleh seluruh personel tata artistik dan pendukungnya.
7. Menentukan kebutuhan material sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam rancangan desain artistik/gambar kerja bersama seluruh personel tata artistik yang berkepentingan dibidangnya masing-masing (breakdown kebutuhan material artistik sesuai gambar kerja).
1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan pengarah fotografi agar mencapai kesesuaian penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis skenario dan sutradara dalam bentuk artistik nyata (kasat mata) dengan menciptakan konsep look dan style yang disepakati bersama untuk menunjang penceritaan.
2. Bersama asisten sutradara dan location manager melakukan hunting lokasi.
3. Bersama sutradara dan pengarah fotografi menetapkan lokasi shooting hasil dari tim hunting lokasi.
4. Bersama sutradara dan pengarah fotografi dan departemen produksi mengecek ulang hasil hunting (interior/eksterior). Merancang desain tata letak (floorplan) untuk menentukan set dekorasi dan berkoordinasi dengan sutradara dan pengarah fotografi dalam menentukan tata letak kamera.
5. Membentuk, memilih/menentukan teamwork yang dianggap memenuhi syarat.
6. Menjabarkan konsep dari bentuk rancangan desain-desain menjadi bentuk gambar-gambar kerja/foto yang dijadikan acuan untuk dikerjakan saat persiapan produksi oleh seluruh personel tata artistik dan pendukungnya.
7. Menentukan kebutuhan material sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam rancangan desain artistik/gambar kerja bersama seluruh personel tata artistik yang berkepentingan dibidangnya masing-masing (breakdown kebutuhan material artistik sesuai gambar kerja).
Tahap Produksi:
1. Mengkoordinir pekerjaan departemen tata artistik yang secara teknis di lapangan ditangani oleh art director dan asistennya.
2. Melaksanakan kontrol atas hasil akhir pekerjaan tata artistik sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara (shooting).
3. Selalu berada di dekat sutradara manakala harus dengan cepat, tepat, dan cermat mengatasi kesulitan yang timbul di dalam set di saat perekaman gambar dan suara sedang berlangsung.
4. Siap menghadapi perubahan manakala situasi di luar rencana (perubahan cuaca, perubahan tata letak set dan lain sebagainya).
5. Bertanggungjawab atas hasil dan mutu tata artistik baik dari segi teknis maupun estetika secara utuh.
1. Mengkoordinir pekerjaan departemen tata artistik yang secara teknis di lapangan ditangani oleh art director dan asistennya.
2. Melaksanakan kontrol atas hasil akhir pekerjaan tata artistik sebelum dan selama proses perekaman gambar dan suara (shooting).
3. Selalu berada di dekat sutradara manakala harus dengan cepat, tepat, dan cermat mengatasi kesulitan yang timbul di dalam set di saat perekaman gambar dan suara sedang berlangsung.
4. Siap menghadapi perubahan manakala situasi di luar rencana (perubahan cuaca, perubahan tata letak set dan lain sebagainya).
5. Bertanggungjawab atas hasil dan mutu tata artistik baik dari segi teknis maupun estetika secara utuh.
Hak-hak Perancang Tata Artistik
1. Mendapatkan jumlah dan kualitas kru produksi yang profesional, sarana peralatan kerja dan fasilitas sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
2. Mengajukan rancangan tata artistik kepada sutradara dan produser dengan harapan agar pengajuannya disetujui mengingat akan berkaitan erat dengan rancangan biaya tata artistik.
3. Manakala ada perubahan konsep awal, perancang tata artistik wajib diberitahukan perubahan tersebut sebelumnya.
1. Mendapatkan jumlah dan kualitas kru produksi yang profesional, sarana peralatan kerja dan fasilitas sesuai dengan desain produksi, serta memenuhi standar mutu.
2. Mengajukan rancangan tata artistik kepada sutradara dan produser dengan harapan agar pengajuannya disetujui mengingat akan berkaitan erat dengan rancangan biaya tata artistik.
3. Manakala ada perubahan konsep awal, perancang tata artistik wajib diberitahukan perubahan tersebut sebelumnya.
Departemen Editing
Pengertian Editing :
Editing (penyuntingan gambar) dalam produksi film cerita untuk bioskop dan televisi adalah proses penyusunan atau perekonstruksian gambar dan dialog berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan untuk membentuk rangkaian penuturan cerita sinematik yang memenuhi standar dramatik, artistik, dan teknis.
Editing (penyuntingan gambar) dalam produksi film cerita untuk bioskop dan televisi adalah proses penyusunan atau perekonstruksian gambar dan dialog berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan untuk membentuk rangkaian penuturan cerita sinematik yang memenuhi standar dramatik, artistik, dan teknis.
Editor (Penyunting Gambar)
Pengertian:
Adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah film cerita yang utuh.
Adalah sineas profesional yang bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot-shot yang dibuat berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah film cerita yang utuh.
Seorang editor dituntut memiliki sense of
story telling (kesadaran/rasa/indra penceritaan) yang kuat, sehingga sudah
pasti dituntut sikap kreatif dalam menyusun shot-shotnya. Maksud sense of story
telling yang kuat adalah editor harus sangat mengerti akan konstruksi dari
struktur cerita yang menarik, serta kadar dramatik yang ada di dalam shot-shot
yang disusun dan mampu mengesinambungkan aspek emosionalnya dan membentuk irama
adegan/cerita tersebut secara tepat dari awal hingga akhir film.
Tugas dan Kewajiban EDITOR;
Tahap Praproduksi;
1.
Menganalisa skenario
dengan melihat adegan yang tertulis dalam skenario dan mengungkapkan
penilaiannya pada sutradara.
2.
Berdiskusi dengan
departemen yang lain dalam script conference untuk menganalisa skenario, baik
secara teknis, artistik dan dramatik.
3.
Dalam produksi film
ceriita untuk bioskop, editor bersama produser dan sutradara menentukan proses
pascaproduksi yang akan digunakan seperti kinetransfer, digital intermediate
atau negative cutting.
Tahap Produksi;
Dalam tahap ini seorang editor tidak memiliki tugas dan kewajiban khusus. Namun dalam proses produksi ini seorang editor dapat membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi mulai dari laboratorium sampai materi tersebut berada di meja editing. Pihak yang dibantu oleh editor adalah individu profesional yang ditunju kkan oleh rumah produksi yang bersangkutan dalam melaksanakan pendistribusian materi tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh manajer unit, koordinator pascaproduksi (post production supervisor) ataupun seorang runner.
Dalam tahap ini seorang editor tidak memiliki tugas dan kewajiban khusus. Namun dalam proses produksi ini seorang editor dapat membantu mengawasi pendistribusian dan kondisi materi mulai dari laboratorium sampai materi tersebut berada di meja editing. Pihak yang dibantu oleh editor adalah individu profesional yang ditunju kkan oleh rumah produksi yang bersangkutan dalam melaksanakan pendistribusian materi tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh manajer unit, koordinator pascaproduksi (post production supervisor) ataupun seorang runner.
Tahap Pascaproduksi;
1.
Membuat struktur awal
shot-shot sesuai dengan struktur skenario (rough cut 1).
2.
Mempresentasikan hasil
susunan rought cut 1 kepada sutradara dan produser.
3.
Setelah dilakukan
revisi berdasarkan hasil diskusi dengan sutradara dan produser, maka dengan
kreativitas dan imajinasi editor, ia membentuk struktur baru yang lebih baik.
Dalam struktur baru ini editor harus bisa membangun emosi, irama dan alur yang
menarik.
4.
Mempresentasikan dan
mendiskusikan struktur baru yang dihasilkannya bersama sutradara dan produser
hingga struktur yang paling diharapkan (final edit).
5.
Menghaluskan hasil
final edit (trimming) hingga film selesai dalam proses kerja editing (picture
lock).
6.
Dalam produksi film
cerita untuk bioskop, editor bersama sutradara membagi hasil editing tersebut
menjadi beberapa bagian (reeling) untuk kebutuhan laboratorium, pengolahan
suara dan musik. Sementara untuk film for television, editor bersama sutradara
membagi hasil editing tersebut menjadi beberapa bagian untuk pertimbangan
kebutuhan jeda iklan (commercial break).
7.
Editor dapat menjadi
rekanan diskusi untuk pengolahan suara dan musik. Diskusi ini berupa penentuan
suara efek dan musik sebagai pembentuk kesatuan gambar dan suara yang saling
mendukung.
8.
Dalam produksi film
cerita untuk bioskop, editor dapat juga menjadi pengawas pada proses
laboratorium hingga pada proses cetak hasil pertama film (copy A). Sementara
dalam produksi film for television, editor dapat menjadi pengawas proses
transfer hasil editing yang siap untuk ditayangkan (master edit) ke dalam pita
video.
Hak-hak Editor:
1.
Mengajukan usul kepada
sutradara untuk mengubah urutan penuturan sinematik guna mendapatkan konstruksi
dramatik yang lebih baik.
2.
Mengajukan usul kepada
sutradara untuk menambah, mengurangi atau mengganti materi gambar dan suara
yang kurang atau tidak sempurna secara teknis maupun efek dramatisnya.
3.
Mendapatkan ruang
editing serta sarana kerja yang layak/standar.
4.
Mendapatkan honorarium
yang sesuai dengan kontrak yang telah disepakati dan disetujui oleh produser.
5.
Berhak meminta kontrak
baru jika ada permintaan tambahan (misalnya pembuatan trailer) untuk bahan
promosi film.
6.
Berhak untuk menolak
permintaan yang sifatnya pribadi dan menyimpang dari ketentuan yang sudah ada
dalam skenario.
Asisten Editor
Di dalam mengedit film (untuk film cerita
bioskop maupun televisi), editor selalu dibantu oleh asisten editor. Asisten
editor ini bisa lebih dari satu orang. Ada yang disebut dengan asisten editor
1, 2 dan magang.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor 1:
1. Bertanggungjawab untuk menyusun materi sesuai dengan urutan yang ada pada skenario (assembling).
2. Dituntut agar menghafal semua materi (shot). Hal ini berguna apabila editor mencari shot yang dibutuhkan, sehingga asisten editor 1 dapat membantu mencari shot yang dimaksud.
3. Mengawasi distribusi materi dari lapangan (produksi) ke laboratorium, sampai akhirnya di meja editing.
4. Membuat catatan editing atau EDL (Edit Decision List) setelah film dinyatakan picture lock.
5. Dalam produksi film cerita untuk televisi, asisten editor 1 dapat membantu editor mengawasi proses transfer hasil editing yang siap ditayangkan (master edit) ke dalam pita video.
6. Menguasai peralatan yang digunakan untuk proses editing.
1. Bertanggungjawab untuk menyusun materi sesuai dengan urutan yang ada pada skenario (assembling).
2. Dituntut agar menghafal semua materi (shot). Hal ini berguna apabila editor mencari shot yang dibutuhkan, sehingga asisten editor 1 dapat membantu mencari shot yang dimaksud.
3. Mengawasi distribusi materi dari lapangan (produksi) ke laboratorium, sampai akhirnya di meja editing.
4. Membuat catatan editing atau EDL (Edit Decision List) setelah film dinyatakan picture lock.
5. Dalam produksi film cerita untuk televisi, asisten editor 1 dapat membantu editor mengawasi proses transfer hasil editing yang siap ditayangkan (master edit) ke dalam pita video.
6. Menguasai peralatan yang digunakan untuk proses editing.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor 2:
1. Menyusun dan merapikan catatan yang dibuat oleh pencatat skrip.
2. Memasukkan materi ke dalam komputer (digitize) sesuai dengan catatan dari lapangan.
3. Memastikan alat yang digunakan untuk proses editing dalam keadaan baik.
4. Menguasai alat yang digunakan dalam proses editing.
1. Menyusun dan merapikan catatan yang dibuat oleh pencatat skrip.
2. Memasukkan materi ke dalam komputer (digitize) sesuai dengan catatan dari lapangan.
3. Memastikan alat yang digunakan untuk proses editing dalam keadaan baik.
4. Menguasai alat yang digunakan dalam proses editing.
Tugas dan Kewajiban Asisten Editor Magang:
1. Membuat catatan harian (daily report) selama proses editing.
2. Membantu asisten editor 2 untuk merapikan catatan yang dibuat oleh pencatat skrip untuk kebutuhan digitalisasi (digitize).
1. Membuat catatan harian (daily report) selama proses editing.
2. Membantu asisten editor 2 untuk merapikan catatan yang dibuat oleh pencatat skrip untuk kebutuhan digitalisasi (digitize).
Departemen Suara
Pengertian Desain Suara: Desain Suara adalah
seni penciptaan dan penempatan suara yang tepat pada tempat dan saat yang
tepat.
Termasuk di dalam Desain Suara:
Termasuk di dalam Desain Suara:
·
Menggabungkan semua
unsur suara menjadi satu kesatuan
·
Menciptakan efek-efek
suara baru untuk kebutuhan film Termasuk di dalam Teknologi Desain Suara
·
Pemilihan format akhir
suara film
·
Pemilihan peralatan
dan perangkat kerja Departemen Suara
Pada kelompok kerja Departemen Suara,
terdapat beberapa profesi. Diantaranya adalah; 1. Sound Designer (Desainer
Suara) 2. Production Mixer (Sound Recordist) 3. Boom Operator 4. Sound
Assistant 5. Supervising Sound Editor 6. Dialogue Editor 7. ADR Mixer 8. ADR
Editor 9. Assistant Editor 10. Effect Editor 11. Foley Mixer 12. Foley Editor
13. Foley Artist 14. Re-recording Mixer
Sound Designer (Desainer Suara)
Pengertian:
Orang yang bertanggung jawab atas segala aspek suara yang terdapat dalam sebuah film. Bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari desain suara dan tiap track suara berdasarkan fungsinya. Bekerja sama dengan Sutradara dari tahap praproduksi, berdiskusi untuk membuat konsep dan desain suara dari skenario dan visi Sutradara.
Orang yang bertanggung jawab atas segala aspek suara yang terdapat dalam sebuah film. Bertanggung jawab terhadap hasil akhir dari desain suara dan tiap track suara berdasarkan fungsinya. Bekerja sama dengan Sutradara dari tahap praproduksi, berdiskusi untuk membuat konsep dan desain suara dari skenario dan visi Sutradara.
Seorang Sound Designer harus menguasai teori-teori
dasar suara dan pengetahuan teknis. Ia dituntut tidak hanya mendesain suara
dari suara yang sudah ada, tetapi juga harus bisa menciptakan suara-suara baru
yang dapat mendukung skenario dan dapat menjadi karakter sebuah film. Sound
Designer harus dapat menciptakan mood dan suasana yang akan dirasakan oleh
penonton seperti ketegangan, ketakutan, kegelisahan berdasarkan gagasan yang
dituangkan melalui suara dari hasil ide dan imajinasi kreatifnya berdasarkan
pengalaman yang dimiliki.
Sound Designer terkadang turun langsung dalam
penciptaan suara-suara baru untuk kebutuhan sebuah film. Sound Designer juga
harus mempunyai pengetahuan tentang musik, karena musik merupakan bagian dari
desain suara.
Sound Designer dalam pekerjaannya dibantu
supervising sound editor, sound editor, dan re-recording mixer, tetapi dia juga
bisa turun langsung untuk melakukan pekerjaan seperti melakukan editing suara
dan mixing akhir.
Tugas dan Kewajiban Sound Designer;
Tahap Praproduksi;
1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan re-recording mixer untuk mendesain konsep suara apa saja yang akan dibuat berdasarkan skenario dan visi sutradara.
2. Membahas kembali konsep suara yang telah dibuat bersama dengan supervising sound editor dan production mixer.
3. Melakukan perekrutan tim yang dapat bekerja sama dengan baik.
1. Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan re-recording mixer untuk mendesain konsep suara apa saja yang akan dibuat berdasarkan skenario dan visi sutradara.
2. Membahas kembali konsep suara yang telah dibuat bersama dengan supervising sound editor dan production mixer.
3. Melakukan perekrutan tim yang dapat bekerja sama dengan baik.
Tahap Produksi;
1. Mengawasi, menganalisa serta memberikan saran-saran kepada production mixer mengenai hasil perekaman suara.
2. Meminta kepada production mixer untuk merekam suara-suara selain dari dialog yang bisa digunakan dan dibutuhkan pada saat pascaproduksi/mixing.
1. Mengawasi, menganalisa serta memberikan saran-saran kepada production mixer mengenai hasil perekaman suara.
2. Meminta kepada production mixer untuk merekam suara-suara selain dari dialog yang bisa digunakan dan dibutuhkan pada saat pascaproduksi/mixing.
Tahap Pascaproduksi;
1. Menuangkan konsep suara yang telah dibuat ke dalam cue sheet untuk kebutuhan atau acuan bagi sound editor dan re-recording mixer.
2. Ikut terlibat secara langsung dalam pembuatan suara-suara efek baru.
3. Memimpin dan mengarahkan semua bagian di sound-post departement.
4. Hadir dan memberikan masukan pada saat melakukan musik spotting.
5. Bertanggungjawab terhadap hasil desain suara.
6. Bersama re-recording mixer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara (sound transfering) hasil final mix dari jalur suara magnetic ataupun media digital ke jalur suara optik analog maupun digital hingga ke married print.
1. Menuangkan konsep suara yang telah dibuat ke dalam cue sheet untuk kebutuhan atau acuan bagi sound editor dan re-recording mixer.
2. Ikut terlibat secara langsung dalam pembuatan suara-suara efek baru.
3. Memimpin dan mengarahkan semua bagian di sound-post departement.
4. Hadir dan memberikan masukan pada saat melakukan musik spotting.
5. Bertanggungjawab terhadap hasil desain suara.
6. Bersama re-recording mixer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara (sound transfering) hasil final mix dari jalur suara magnetic ataupun media digital ke jalur suara optik analog maupun digital hingga ke married print.
Hak Sound Designer:
Berhak menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan suara film yang sedang dikerjakan.
Berhak menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaan suara film yang sedang dikerjakan.
Production Mixer (Sound Recordist)
Pengertian:
Orang yang bertanggungjawab terhadap perekaman suara langsung di lapangan dan hasil rekamannya.
Orang yang bertanggungjawab terhadap perekaman suara langsung di lapangan dan hasil rekamannya.
Tugas dan Kewajiban Production Mixer (Sound
Recordist);
Tahap Praproduksi;
1. Wajib ikut hunting lokasi
2. Menentukan teknik perekaman suara di lapangan.
3. Menentukan kebutuhan peralatan (jenis mikrofon, alat perekaman dan aksesorisnya).
4. Mengikuti script conference.
5. Wajib melakukan meeting dengan sound designer.
1. Wajib ikut hunting lokasi
2. Menentukan teknik perekaman suara di lapangan.
3. Menentukan kebutuhan peralatan (jenis mikrofon, alat perekaman dan aksesorisnya).
4. Mengikuti script conference.
5. Wajib melakukan meeting dengan sound designer.
Tahap Produksi;
1. Bertanggungjawab untuk melakukan perekaman stok suara (misalnya ambience) di lapangan dan melakukan wild track recording untuk kebutuhan di studio.
2. Menyediakan administrasi sound report dari keterangan hasil rekaman dan jenis mikrofon yang digunakan untuk kebutuhan sound post.
3. Wajib mengarahkan boom operator untuk mengoperasikan mikrofon berdasarkan type of shot.
1. Bertanggungjawab untuk melakukan perekaman stok suara (misalnya ambience) di lapangan dan melakukan wild track recording untuk kebutuhan di studio.
2. Menyediakan administrasi sound report dari keterangan hasil rekaman dan jenis mikrofon yang digunakan untuk kebutuhan sound post.
3. Wajib mengarahkan boom operator untuk mengoperasikan mikrofon berdasarkan type of shot.
Hak-hak Production Mixer (Sound Recordist):
1. Ikut menentukan kelayakan lokasi untuk melakukan perekaman langsung.
2. Berhak untuk ikut menentukan apakah sebuah take bisa diambil atau tidak.
3. Berhak meminta kru lain untuk tenang sebelum sebuah take dimulai.
4. Memiliki hak untuk take ulang apabila take sebelumnya hasilnya tidak bagus dari segi suara.
5. Berhak meminta waktu untuk melakukan perekaman room tone pada saat shooting berlangsung.
6. Berhak meminta waktu untuk melakukan perekaman stok suara, baik pada saat shooting berlangsung maupun di luar shooting.
1. Ikut menentukan kelayakan lokasi untuk melakukan perekaman langsung.
2. Berhak untuk ikut menentukan apakah sebuah take bisa diambil atau tidak.
3. Berhak meminta kru lain untuk tenang sebelum sebuah take dimulai.
4. Memiliki hak untuk take ulang apabila take sebelumnya hasilnya tidak bagus dari segi suara.
5. Berhak meminta waktu untuk melakukan perekaman room tone pada saat shooting berlangsung.
6. Berhak meminta waktu untuk melakukan perekaman stok suara, baik pada saat shooting berlangsung maupun di luar shooting.
Supervising Sound Editor
Pengertian;
Orang yang bertanggungjawab pada tahap editing suara dalam film, termasuk dialog dan efek. Supervising sound editor menyediakan semua elemen suara yang nantinya akan diproses lebih lanjut oleh re-recording mixer. Dalam pekerjaannya supervising sound editor dibantu oleh dialogue dan effect editor.
Orang yang bertanggungjawab pada tahap editing suara dalam film, termasuk dialog dan efek. Supervising sound editor menyediakan semua elemen suara yang nantinya akan diproses lebih lanjut oleh re-recording mixer. Dalam pekerjaannya supervising sound editor dibantu oleh dialogue dan effect editor.
Tugas dan Kewajiban Supervising Sound Editor;
1. Membahas konsep suara dengan sound designer, lalu menjabarkannya kepada dialogue dan effect editor (praproduksi).
2. Mengawasi hasil suara yang telah direkam production mixer (produksi).
3. Mengawasi pekerjaan dialogue dan effect editor (pascaproduksi).
1. Membahas konsep suara dengan sound designer, lalu menjabarkannya kepada dialogue dan effect editor (praproduksi).
2. Mengawasi hasil suara yang telah direkam production mixer (produksi).
3. Mengawasi pekerjaan dialogue dan effect editor (pascaproduksi).
Hak-hak Supervising Sound Editor:
1. Memberikan masukan kepada production mixer apabila ada kekurangan pada hasil perekaman suara sebelumnya.
2. Meminta suara-suara yang mungkin dibutuhkannya kepada production mixer.
3. Meminta revisi suara yang menurutnya masih kurang kepada dialogue dan effect editor.
1. Memberikan masukan kepada production mixer apabila ada kekurangan pada hasil perekaman suara sebelumnya.
2. Meminta suara-suara yang mungkin dibutuhkannya kepada production mixer.
3. Meminta revisi suara yang menurutnya masih kurang kepada dialogue dan effect editor.
Boom Operator
Pengertian;
Orang yang bertanggungjawab untuk mengoperasikan dan mengarahkan mikrofon.
Orang yang bertanggungjawab untuk mengoperasikan dan mengarahkan mikrofon.
Tugas dan Kewajiban Boom Operator;
Tahap Produksi;
1. Melakukan set up mikrofon.
2. Mengikuti instruksi dari production mixer.
3. Menggantikan posisi production mixer apabila yang bersangkutan berhalangan untuk menjalani tugasnya.
4. Wajib membaca script dan menghafal dialog untuk mengetahui perpindahan mikrofon (dari pemain A ke B, dst).
5. Wajib mengetahui ukuran lensa.
6. Wajib bekerja sama dengan camera operator dan kru lighting.
Tahap Produksi;
1. Melakukan set up mikrofon.
2. Mengikuti instruksi dari production mixer.
3. Menggantikan posisi production mixer apabila yang bersangkutan berhalangan untuk menjalani tugasnya.
4. Wajib membaca script dan menghafal dialog untuk mengetahui perpindahan mikrofon (dari pemain A ke B, dst).
5. Wajib mengetahui ukuran lensa.
6. Wajib bekerja sama dengan camera operator dan kru lighting.
Hak-hak Boom Operator:
1. Berhak untuk menentukan posisi mikrofon yang menurutnya ideal.
2. Berhak untuk melihat video assist untuk menentukan posisi mikrofon.
1. Berhak untuk menentukan posisi mikrofon yang menurutnya ideal.
2. Berhak untuk melihat video assist untuk menentukan posisi mikrofon.
Foley Artist
Pengertian;
Orang yang membuat/menciptakan efek-efek suara berdasarkan apa yang dilihatnya di gambar.
Orang yang membuat/menciptakan efek-efek suara berdasarkan apa yang dilihatnya di gambar.
Tugas dan Kewajiban Foley Artist;
Tahap Pascaproduksi;
1. Bekerja sama dengan foley editor untuk membuat cue sheet.
2. Melakukan spotting berdasarkan gambar untuk menentukan jenis-jenis suara efek yang akan dibuat.
3. Menyiapkan propeerti untuk kebutuhan foley.
Tahap Pascaproduksi;
1. Bekerja sama dengan foley editor untuk membuat cue sheet.
2. Melakukan spotting berdasarkan gambar untuk menentukan jenis-jenis suara efek yang akan dibuat.
3. Menyiapkan propeerti untuk kebutuhan foley.
Hak Foley Artist:
Meminta foley mixer untuk melakukan take ulang apabila take sebelumnya tidak bagus secara teknis.
Meminta foley mixer untuk melakukan take ulang apabila take sebelumnya tidak bagus secara teknis.
Re-Recording Mixer
Pengertian;
Orang yang melakukan mixing akhir semua elemen suara yang telah disesiakan oleh supervising sound editor.
Orang yang melakukan mixing akhir semua elemen suara yang telah disesiakan oleh supervising sound editor.
Tugas dan Kewajiban Re-Recording Mixer;
Tahap Praproduksi;
Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan sound designer untuk mendesain konsep suara apa saja yang akan dibuat berdasarkan skenario dan visi sutradara.
Menganalisa skenario dan membahasnya bersama sutradara dan sound designer untuk mendesain konsep suara apa saja yang akan dibuat berdasarkan skenario dan visi sutradara.
Tahap Pascaproduksi;
1. Melakukan mixing suara dalam format mono, stereo ataupun multi-channel untuk kebutuhan bioskop dan juga media lainnya.
2. Mempersiapkan final mix untuk kebutuhan mastering ke dalam berbagai macam media.
3. Bersama sound designer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara (sound transfering) hasil final mix dari jalur suara magnetic ataupun media digital ke jalur suara optik analog maupun digital hingga married print.
1. Melakukan mixing suara dalam format mono, stereo ataupun multi-channel untuk kebutuhan bioskop dan juga media lainnya.
2. Mempersiapkan final mix untuk kebutuhan mastering ke dalam berbagai macam media.
3. Bersama sound designer mengawasi pelaksanaan pemindahan suara (sound transfering) hasil final mix dari jalur suara magnetic ataupun media digital ke jalur suara optik analog maupun digital hingga married print.
Hak Re-Recording Mixer:
Berhak meminta revisi suara yang menurutnya masih kurang kepada supervising sound editor.
Berhak meminta revisi suara yang menurutnya masih kurang kepada supervising sound editor.
Sekilas Tentang Film Pendek
Film pendek merupakan primadona bagi para
pembuat film indepeden. Selain dapat diraih dengan biaya yang relatif lebih
murah dari film cerita panjang, film pendek juga memberikan ruang gerak
ekspresi yang lebih leluasa. Meski tidak sedikit juga pembuat film yang hanya
menganggapnya sebagai sebuah batu loncatan menuju film cerita panjang.
Film pendek pada hakikatnya bukanlah sebuah
reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar wahana pelatihan belaka. Film
pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan film cerita
panjang, bukan lebih sempit dalam pemaknaan, atau bukan lebih mudah. Sebagai
analogi, dalam dunia sastra, seorang penulis cerpen yang baik belum tentu dapat
menulis cerpen dengan baik; begitu juga sebaliknya, seorang penulis novel,
belum tentu dapat memahami cara penuturan simpleks dari sebuah cerpen.
Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi –dari sudut pandang pemirsa- karena tidak mendapatkan media distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.
Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi –dari sudut pandang pemirsa- karena tidak mendapatkan media distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra.
Secara teknis, film pendek merupakan film-film
yang memiliki durasi dibawah 50 menit (Derek Hill dalam Gotot Prakosa, 1997) .
Meskipun banyak batasan lain yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia,
akan tetapi batasan teknis ini lebih banyak dipegang secara konvensi. Mengenai
cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan
pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat
saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media
komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika
variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang
bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali
kontribusi bagi perkembangan sinema.
0 komentar on "Film Guide Book"
Posting Komentar